Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 September 2023

Apa itu Writer’s Block? dan Bagaimana Mengatasinya?

Writer’s Block Cartoon by pngwing.com
Writer’s Block Cartoon by pngwing.com

Pernahkah Sobat mengalami keadaan dimana diri merasa stuck atau merasa tidak lagi produktif untuk menulis?  Galau mau menulis apa, padahal banyak ide, tapi kok macet untuk dituangkan kedalam tulisan.  Seolah semangat untuk menulis terbang entah kemana. Bengong berjam-jam depan laptop, namun tak satupun kalimat yang dapat digoreskan, walau hanya sebaris.  Pastinya bikin stres dan frustasi kan? Apalagi jika tulisannya berupa artikel, naskah, berita, tugas akhir, atau laporan yang sudah ditunggu-tunggu hasilnya oleh redaksi, dosen atau pimpinan, duuhhh rasanya pengen waktu jangan dulu berputar deh.

Apa itu Writer’s Block?

Suatu keadaan dimana seorang penulis mengalami “kebuntuan” akan tulisannya, merasa kehilangan kemampuan menulis yang kemudian membuatnya sulit untuk melanjutkan dan menyelesaikan karya tulisnya, disebut sebagai Writer’s Block. Sederhananya, writer’s block adalah kondisi di mana seorang penulis yang biasanya terampil dalam menulis, lalu tiba-tiba merasa tidak mampu untuk menulis. Writer’s block juga dikenal sebagai penghambat psikologis yang mencegah penulis untuk menyelesaikan tulisannya. Kondisi ini bisa terjadi kepada setiap penulis baik pemula atau profesional, misalnya: Jurnalis, Content Writer, Novelis, Akademisi, Sastrawan, Copywriter, dan Scriptwriter.  Pun begitupula yang saya alami - sebulan yang lalu - begitu sulitnya menghasilkan suatu karya tulis. Rasanya ingin menggantungkan saja laptop dan berhenti menjadi penulis pemula... loh!

Writer's block memiliki tingkat keparahan yang beragam, mulai dari kesulitan memunculkan ide orisinal hingga tidak mampu menghasilkan karya selama bertahun-tahun. Kondisi ini tidak semata-mata diukur dengan skala waktu yang berlalu tanpa menulis, melainkan diukur pula dengan banyaknya karya tulis yang dihasilkan dalam skala waktu yang berlalu atau menurunnya produktivitas dalam menulis, hingga yang kronis adalah munculnya persepsi bahwa diri sudah tidak lagi mampu sebagai seorang penulis.

Writer’s block bukanlah fenomena baru, namunpun begitu istilah tersebut diperkenalkan pertama kalinya oleh Edmund Bergler seorang psikoanalis Austria yang tinggal di Amerika pada tahun 1947. Sebelum diperkenalkan istilah ini, sudah begitu banyak fenomena writer’s block yang menimpa berbagai tokoh-tokoh sastrawan ternama, seperti  Herman Melville [1819 – 1891] , yang berhenti menulis novel setelah menulis Moby-Dick (1851), - salah satu novel klasik terkenal di dunia - yang menginsiprasi banyak para penulis dunia hingga saat ini. 

Penyebab Writer’s Block

Sebagian besar para pakar psikologi, mengidentifikasikan penyebab utama timbulnya hambatan dalam menulis (writer’s block) lebih disebabkan karena faktor mental (psikis), bukan disebabkan karena permasalahan yang bersifat medis. Writer’s Block dapat diatasi dengan seberapa besar dorongan dari diri seseorang untuk menanggulangi hambatan menulis tersebut, karenanya mengatasi writer’s block sama dengan mendiagnosa kesehatan mental (psikis) yang menjadi penghambat produktivitas dalam menulis, dan kemudian diatasi oleh diri sendiri secara tepat. 

Para pakar psikologis seperti Yale Jerome Singer dan Michael Barrios (1970) hingga Reynold (2015), telah mengidentifikasi gejala-gejala seseorang terpapar writer’s block serta faktor-faktor yang berpotensi sebagai pemicu munculnya writer’s block.  Ciri dan gejala umum writer’s block adalah menurunnya kemampuan dan produktivitas seseorang dalam menulis maupun menghasilkan karya tulis. Gejala writer’s block tidak hanya dilihat dari jangka waktu seseorang dalam menyelesaikan karya tulis, tapi juga dilihat dari banyaknya karya tulis yang dihasilkan.  

Edmund Bergler, seorang Psikoanalis Amerika kelahiran Austria,
memperkenalkan istilah Writer’s Block pada Tahun 1947
(sumber: https://diffah.alaraby.co.uk/)

Tanda atau ciri lainnya dari seseorang yang mengalami writer’s block, antara lain kehilangan semangat dan ide untuk menulis, sulit fokus, emosional, frustasi, tidak percaya diri, gampang merasa letih, dan seolah tidak mampu berfikir jernih. Menulis menjadi sesuatu yang membebani dan menakutkan bagi mereka yang mengalami writer’s block, sehingga tidak ada satupun kalimat yang dapat dihasilkan, walaupun sudah berjam-jam duduk di depan mesin ketik atau laptop. Adakalanya Seorang yang terkena writer’s block cenderung mengalami perilaku sedentari atau malas bergerak. 

Baca juga: Sedentari - Gaya Hidup yang Mengancam Hidup  

Pada dasarnya menulis merupakan proses meramu dari kemampuan kognisi, emosi, bakat, kreativitas, dan motivasi serta dorongan dari nilai-nilai eksternalitas, seperti penghargaan dan apresiasi orang lain atas karya tulisnya.  Penyebab munculnya writer’s block tentunya juga dipengaruhi dari permasalahan menurunnya motivasi internal dan respon motivasi eksternal.  

Berikut beberapa faktor penyebab munculnya gejala writer’s block pada diri seseorang, yang Jejak Erwinanta rangkum dari berbagai referensi, silahkan disimak ya Sob: 

1. Perasaan Takut

Siapapun, termasuk penulis, pasti memiliki perasaan “takut”.  Takut merupakan respon emosi dan bersifat naruliah yang dimiliki oleh manusia disaat menghadapi sesuatu yang dianggap ancaman. Takut haruslah disikapi dengan pemikiran yang positif, karena melalui perasaan takut, manusia akan memahami bagaimana bersikap untuk meraih tujuan hidupnya dengan benar. Ketakutan terbesar seorang penulis, adalah kekuatiran akan adanya penilaian yang buruk dan penolakan terhadap hasil dari karya tulisnya. Perasaan takut ini muncul, justru manakala karya tulisan itu belum selesai atau masih dalam proses pengerjaan.  Takut yang kemudian diiringi dengan kecemasan yang berlebihan pada akhirnya akan menghambat seseorang untuk memulai atau menyelesaikan karya tulisnya.  

2. Menunda-nunda Tulisan

Writer’s block dan menunda menulis, merupakan dua keadaan yang berbeda, namun menunda-nunda menulis, bisa menjadi pemicu terjadinya writer’s block atau hambatan menulis.  Biasanya bagi mereka yang suka menunda pekerjaan menulis dalam jangka waktu yang lama, justru akan mengalami kelesuan dan kehilangan gairahnya untuk memulai kembali menulis dan menyelesaikan karya tulisnya.   

3. Perfeksionis

Salah satu yang sering menjadi hambatan bagi penulis dan pekerja kreatif lainnya adalah perfeksionisme. Perfeksionisme adalah sebuah dorongan dari dalam diri untuk terus menerus memiliki kehidupan yang berjalan sempurna. Seseorang yang memiliki karakter perfeksionisme disebut sebagai Perfeksionis, yaitu orang-orang yang menginginkan standar tinggi dan sempurna dari dirinya sendiri, pekerjaannya, atau orang lain. Ciri-cirinya antara lain memiliki standar yang sangat tinggi, sulit menerima kritik, dan selalu membutuhkan pengakuan.  Perfeksionis merupakan bentuk perlindungan diri seorang penulis dari kritikan dan kegagalan, yang justru menjadi hambatan dalam memulai dan menyelesaikan suatu karya tulis. 

4. Kritik diri sendiri yang berlebihan (Self-Criticism)

Karya Tulis merupakan produk yang dihasilkan oleh seseorang, karenanya karya tulis sering menjadi cerminan dari kualitas seseorang bahkan menjadi branding atas profesinya. Guna mempertahankan branding ini, seorang penulis adakalanya melakukan evaluasi diri untuk meningkatkan kepercayaan diri, dan ketrampilannya dalam menghasilkan karya tulis. Namun jarang sekali penulis mengevaluasi manakala karya tulisnya ditolak atau tidak mendapat respon yang baik oleh pembacanya. Kecenderungan yang muncul adalah “overthinking” yang menjurus pada menyalahkan atau menghakimi diri sendiri yang dikenal sebagai self-criticism. Self-criticism adalah salah suatu bentuk penghukuman diri dan evaluasi diri negatif yang dapat dipicu ketika seseorang menghadapi kegagalan atau melakukan kesalahan. Kondisi ini bisa memicu depresi yang menyebabkan seorang penulis menjadi kehilangan semangat dan kepercayaan dirinya untuk menulis. Contoh sederhana self criticism yang memicu writer’s block, “Mungkin karyaku ini sudah mulai membosankan?”, “Bagaimana kalau tulisanku dianggap sampah?”.

5. Mudah Terdistraksi

Secara umum distraksi adalah suatu kondisi di mana perhatian atau fokus seseorang terganggu atau teralihkan dari suatu tugas atau aktivitas yang seharusnya diutamakan. Distraksi sering pula diistilahkan sebagai “gagal fokus”.  Jika Sobat mudah mengalami distraksi atau gagal fokus, bisa dipastikan bahwa sobat bakalan mudah mengalami writer’s block. Distraksi yang menyebabkan seseorang menjadi sulit berkonsentrasi dalam menulis antara lain distraksi fisik misalnya gangguan suara bising. Distraksi mental seperti kekhawatiran, kejenuhan, pengalihan pada hal-hal yang dianggap lebih menarik. Distraksi emosional seperti stress, keraguan, kecemasan. Distraksi sosial seperti ajakan teman mengobrol yang tidak tepat, tuntunan pekerjaan, godaan di media sosial (sesuatu yang sedang viral). 

Herman Melville, penulis novel Moby Dick,
pernah mengalami writer’s block (sumber: www.nps.gov)


6. Kelelahan Otak (Brain Fog)

Brain fog adalah suatu kondisi di mana seseorang kesulitan untuk memusatkan fokus dan konsentrasi terhadap suatu hal. Adapun beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya brain fog adalah kurang tidur, stres, hingga masalah kesehatan tertentu. Seorang penulis yang terlalu ‘Ngoyo” menulis, hingga mengabaikan kesehatan otaknya, justru akan mengalami brain fog, dimana akal pikirannya seolah-olah diselimuti oleh kabut (fog) tebal yang membuatnya menjadi sulit berkonsentrasi, berpikir jernih dan berpikir kreatif dalam menuangkan inspirasinya kedalam tulisan.  Otak yang lelah karena dipaksakan untuk selalu berfikir keras dalam menghasilkan karya tulis, justru menyebabkan terjadinya brain fog yang berujung terkekangnya pikiran seseorang kedalam writer’s block.

7. Tekanan dari luar

Selain tekanan dari dalam diri sendiri, tekanan ataupun tuntutan dari luar juga bisa menjadi penyebab seseorang mengalami writer’s block. Suasana kerja yang tidak nyaman, beban kerja yang tidak seimbang, aturan pekerjaan yang ketat, ketatnya persaingan, dan tingkat penghargaan atas hasil tulisan, dapat  mempengaruhi produktivitas seorang dalam menghasilkan karya tulisnya, bahkan bisa jadi menulis menjadi suatu beban tersendiri yang menyebabkan seseorang terjangkit writer’s block.  

Cara mengatasi Writer’s Block

Nah dari berbagai faktor penyebab diatas, mana kira-kira yang menjadi pemicu sehingga sobat mengalami kondisi writer’s block? Lantas bagaimana mencegah dan mengatasi writer’s block ini?  Berikut beberapa cara untuk mengatasi Writer’s Block yang bisa sahabat lakukan secara mandiri dan dipraktekan sendiri:   

1. Istirahat dan lakukan kegiatan selain menulis

Jika Sobat merasa lelah berfikir dan mengalami brain fog, langkah yang tepat adalah dengan istirahat sejenak. Jangan dipaksakan karena percuma saja, tulisanmu tetap akan menjadi tidak memuaskan. Coba ambil waktu sebentar sekitar 1-2 jam untuk mengistirahatkan otak dari kegiatan tulis menulis, seperti misalnya, jalan-jalan, rekreasi, tidur sebentar (micro sleep), membaca, menari, yoga, berenang, mandi air hangat, atau melakukan kegiatan kecil di rumah (kerajinan tangan, memasak, membersihkan dan merapihkan). Istirahat cukup dan menggerakan tubuh akan memperlancar peredaran darah dan meningkatkan asupan oksigen ke otak, pikiranmu akan menjadi rileks dan lebih segar (fresh). Kalau sudah rileks, kamu bisa berpikir lebih imajinatif dan semangat untuk melanjutkan tulisanmu. Nah jika sobat sudah merasa rilek dan fresh, segeralah kembali untuk fokus pada tulisan anda, jangan malah menunda-menunda dan malah keasikan dengan aktivitas magernya alias males gerak. 

2. Coba menulis sesuatu yang lain (freewriting)

Kalau kamu stuck dan tidak tahu mau nulis apa selanjutnya, coba untuk menulis sesuatu yang lain secara bebas, jangan terpaku pada satu aliran atau genre saja, misalnya menulis artikel dengan topik lain yang lebih ringan, cerita, atau project lain yang sifatnya lebih sederhana.  Menulis dengan sesuatu yang diluar genre yang menjadi kebiasaan, selain menambah pengalaman, juga memberikan sensasi sendiri yang merangsang munculnya ide-ide baru yang akan menambah motivasi untuk menulis. 

Free Writing adalah kegiatan menulis apa saja dengan bebas, tidak perlu mengikuti aturan apapun. Kamu bebas menuliskan apa saja yang terlintas di kepalamu tanpa diedit.  Free writing bisa menjadi simulasi untuk mengatasi kebekuan atau menemukan kembali flow menulismu yang sempat berantakan gara-gara writer’s block.  Banyak teknik untuk mengembalikan irama dan semangat menulismu dengan pendekatan free writing ini, yaitu:

  1. Coba set timer selama 5-15 menit, lalu mulai menulis tanpa berhenti. Tulis saja apapun, perasaanmu, isi pikiranmu, kejadian di hari itu, atau lainnya.
  2. Mendaur Ulang Tulisan Lama; Coba Sobat lihat kembali folder tulisan lama. Temukan tulisan yang sudah atau belum pernah diposting, baca sekilas kemudian coba ditulis ulang, atau diedit menjadi karya tulis baru yang berbeda dengan sebelumnya walaupun dengan judul yang sama. Teknik free writing ini guna melatih meningkatkan ketrampilan menulis dan menghindari plagiarisme atau menciplak karya orang lain, khususnya pada karya tulis ilmiah.

3. Hindari atau singkirkan hal-hal yang mendistraksi

Salah satu tanda kamu terkena writer’s block adalah sulit fokus dan mudah terdistraksi. Untuk mengurangi distraksi, cobalah memahami apa saja yang menyebabkan sobat gampang mengalami distraksi atau gagal fokus, apakah karena keadaan lingkungan fisik yang tidak nyaman, ataukah karena kondisi mental dan sosial yang sedang tidak kondusif.  Sobat bisa mencoba bekerja di tempat lain yang lebih nyaman, atau menulis di waktu-waktu kamu merasa paling kreatif, misalnya di pagi hari (morning person), atau malam hari (night owl). Menulis itu butuh fokus (konsentrasi) yang besar dan terkadang sulit untuk kita melanjutkan tulisan, bila kita sudah terdistraksi.

4. Membaca buku

Membaca buku merupakan salah satu bentuk kegiatan non menulis, namun dapat menambah semangat seseorang untuk menulis agar terhindar dari writer’s block. Membaca bisa membantu kita untuk menemukan kembali ide-ide, membuat otak jadi lebih fresh, dan mengistirahatkan otak sejenak agar tidak melulu memikirkan tulisan. Dari membaca memungkinkan kita bisa menemukan inspirasi, belajar memahami gaya tulisan orang lain, menambah referensi tentang suatu alur cerita, atau menambah perbendaharaan kata-kata yang bisa digunakan di tulisanmu. Tidak harus membaca buku-buku yang berat tapi bacalah buku-buku bacaan yang ringan, seperti komik, cerita pendek (cerpen), novel, berita, atau apapun yang kamu suka. 

5. Buat deadline untuk diri sendiri

Ketika mengalami writer’s block, biasanya kita cenderung menunda-nunda dan malas untuk menyelesaikan tulisan. Kebingungan mau menulis apa selanjutnya, dan merasa tulisan yang dibuat jelek dan tidak sempurna. Untuk mengatasi ini, buatlah deadline untuk dirimu sendiri, agar semangat menulismu yang menghilang dari dirimu kembali menemukan jalan pulangnya kembali pada dirimu.  Mungkin strategi “dikebut semalam” saat kita masih dibangku sekolah dan kuliah, menjadi pengalaman berharga perlunya berkomitmen dengan target waktu yang telah ditetapkan. Biasanya kalau deadline sudah dekat, kita bisa memaksakan diri untuk fokus, menambah porsi semangat, agar tulisan cepat selesai tepat waktu. 

6. Jadikan Menulis sebagai kebiasaan atau rutinitas

Cara yang paling ampuh untuk mengatasi writer’s block adalah dengan menulis itu sendiri. Jadikan menulis sebagai suatu kebiasaan atau rutinitas, layaknya aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Menulis menjadi sesuatu kebutuhan guna memenuhi kepuasan batiniah dan kesehatan mental seseorang.  Kebanyakan penulis yang sukses adalah mereka yang telah mampu mengembangkan kebiasaan menulis yang kokoh, seperti Stephen King yang membiasakan diri menulis 10 halaman setiap harinya. Haruki Murakami berlari 5 Km untuk menjernihkan pikirannya, dan Agatha Christie suka berendam di bak mandi, makan apel, dan melihat-lihat foto TKP, untuk menjaring ide dan inspirasi bagi tulisannya. 

Stephen King seorang penulis kontemporer asal Amerika Serikat,
atasi writer’s block dengan membiasakan menulis 10 halaman setiap hari
(sumber: Netflix.com).

Bagaimana menjadikan aktivitas menulis sebagai suatu kebiasaan?  

  1. Tentukan jadwal atau waktu yang benar-benar anda nyaman menulis  bisa harian, atau mingguan. Penetapan jadwal harus diiringi dengan komitmen dan konsistensi yang kuat agar kebiasaan menulis dapat diwujudkan, misalnya setiap akhir pekan atau setiap malam sebelum tidur.
  2. Biasakan mencatat semua ide-ide yang muncul baik dari hasil membaca, imajinasi, ataupun dari pembicaraan dengan orang lain, walaupun ide tersebut belum menjadi perhatian anda saat ini. 
  3. Terus bereksprimen dalam menulis, untuk memperkaya kosa kata, alur, dan gaya penulisan.
  4. Meyakini bahwa aktivitas menulis merupakan perilaku hidup yang sehat dan positip. 
  5. Bergabung dengan komunitas yang sefrekuensi dalam menulis.

Terakhir sebagai tips mengatasi writer’s block, adalah jauhkan rasa ketakutan dan kecemasan bahwa writer’s block berdampak permanen. Yakinlah bahwa writer's block hanya bersifat sementara dan dapat cepat diatasi, jadi tetaplah berpikir positif sambil melakukan dan mengkombinasikan keenam tips di atas. Writer’s block bisa melanda siapa saja, datang tidak diundang, pergipun tiada yang mengantar, karenanya harus dihadapi dan diatasi, bukan untuk dihindari ya sob, tolong dicatat itu!. 

Jadi bagi sahabat yang saat ini tengah disibukkan dengan penyelesaian tugas akhir berupa karya tulis ilmiah baik skripsi, tesis, maupun desertasi, jika tiba-tiba dilanda gelombang writer’s block, jangan lantas frustasi dan “terkena mental” ya, apalagi mesti mencari pelarian, karena itu justru akan membuat kondisi berakhir tidak menguntungkan.  Ingatlah badai pasti berlalu, dan langitpun akan kembali cerah, jangan berlama-lama meratapi badai, siapkan pula dirimu agar dapat tersenyum dicerahnya masa depan.

Selamat menulis kembali, dan tak lupa salam lestari. 


Referensi: 

  • Devi Lianovanda, 2022. “Sedang Mengalami Writer’s Block? Yuk, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya!” (link: https://blog.skillacademy.com/writers-block-adalah)
  • Audina Chairun Nisa, 2020. “Writer’s Block dan 15 Tips Mengatasinya Dengan Ampuh!” (link: https://www.exabytes.co.id/blog/tips-mengatasi-writers-block/)
  • Reynold, Susan. 2015. ‘Five Reasons You’re Experiencing Writer’s Block’. Tautan: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/prime-your-gray-cells/201510/five-reasons-youre-experiencing-writer-s-block)
  • Bernetta, 2022. “Writer's Block, Musuh Besar Si Penulis” (link: https://kuliahdimana.id/index.php/news/read/1361/Writers-Block-Musuh-Besar-Si-Penulis)
  • Sean Glatch, 2022. “Blok Penulis: Menjelajahi Penyebab dan Pengobatannya” (link: https://writers.com/writers-block)
  • Sinta, moonchild & daydreamer, 2020. Pengertian Writer’s Block (Link: https://sinmoonsun.com/tips-mengatasi-writers-block/)

Senin, 13 Maret 2023

Membina "Keluarga Peduli Lingkungan", mengapa begitu penting?

Keluarga dan Alam, Foto JE

Istilah “ekologi”, belakangan ini semakin populer, mengiringi berbagai alasan yang menjadi penyebab atas berbagai peristiwa bencana banjir dan longsor yang semakin marak terjadi.  Apa itu Ekologi? 

Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Haeckel seorang ahli biologi Jerman pada tahun 1866.  Ekologi berasal dari bahasa yunani Oikos dan Logos. Oikos diartikan sebagai rumah atau tempat tinggal, sedangkan logos artinya ilmu atau pengetahuan. Berdasarkan dua serapan kata ini, ekologi dimaknai sebagai “ilmu yang mempelajari organisme di tempat tinggalnya” atau “ilmu yang mempelajari rumah tangga makhluk hidup”. Umumnya ekologi didefinisikan sebagai "ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme atau kelompok organisme dengan lingkungan dimana organisme itu berada”. Definisi Ekologi yang kemudian banyak dijadikan rujukan adalah apa yang dikemukakan oleh E.P Odum (1963) yakni “ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi dari alam” (The study of the structure and function of nature). 

Ekologi terbagi menjadi dua pendekatan, yaitu yaitu aut-ekologi dan sin-ekologiAut-ekologi - ekologi spesies merupakan studi yang mempelajari hubungan timbal balik makhluk hidup selaku individu dengan lingkungannya, misalnya studi tentang perilaku, metabolisme, kemampuan adaptasi, reproduksi, sejarah atau asal usul makhluk hidup (Genealogi), natalitas dan mortalitas, dan sebagainya.  Contoh judul kajian aut-ekologi antara lain: pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan anakan pinus merkusii, kajian konservasi lahan terhadap pertumbuhan kopi robusta, studi perilaku badak sumatera dan sebagainya. Umumnya kajian aut-ekologi bersifat eksperimental (percobaan), pengamatan, dan induktif.

Sin-ekologi  - ekologi komunitas adalah studi yang mempelajari hubungan timbal balik makhluk hidup sebagai satu kesatuan atau komunitas terhadap lingkungannya termasuk interaksi antar komunitas makhluk hidup lainnya dalam satu tempat hidup (habitat) atau ekosistem. Kajian sin-ekologi biasanya terkait dengan komposisi, relasi dan aksesibilitas, stratifikasi dan struktur, keberagaman, hubungan asosiasi dan fungsional, proses suksesi, spasial dan geografis, dinamika populasi, norma dan pengorganisasian (perserikatan), segregasi, fragmentasi, relung (niche). Contoh judul sin-ekologi adalah studi tentang keanekaragaman hayati hutan hujan tropis, kajian biomassa dan potensi karbon, dampak deforestasi terhadap perubahan iklim, kajian kawasan konservasi eksitu, pengembangan kawasan perdesaan berbasis agroforestry, dan sebagainya. Umumnya kajian sin-ekologi bersifat deskriptif, filosofis, dan deduktif.

Pada dasarnya ilmu ekologi sudah lebih dulu diaplikasikan oleh manusia, jauh sebelum ilmu tersebut dipopulerkan oleh para ahli. Contoh yang tertua adalah budidaya pertanian dimana sebagai organisme adalah tanaman pertanian dan lingkungannya terdiri dari tanah, unsur hara, air, dan organisme lainnya yang berhubungan dengan tanaman pertanian, misalnya lebah yang membantu penyerbukan, hewan ternak untuk membantu membajak dan penghasil pupuk kandang, dan peranan mikroorganisme tanah sebagai pengurai.

Ilmu ekologi - mengajarkan kepada kita bagaimana  siklus atau lingkaran energi, materi, informasi (rantai makanan) dan keseimbangan (homeostasis) berjalan dan terjadi  membentuk suatu sistem yang kemudian disebut sebagai ekosistem. Homeostasis adalah keseimbangan yang terjadi dalam suatu ekosistem, yaitu kemampuan ekosistem untuk menahan (daya tahan) berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Ekosistem menurut Soemarwoto (1983) yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.  Adapun komponen dalam ekosistem terdiri dari  a) Bahan anorganik seperti C, N, CO2, H2O, dan lainnya, b) Bahan organik seperti humus, karbohidrat, lemak, protein dan sebagainya, c) Kondisi Iklim seperti suhu, curah hujan, angin, d) Produsen atau organisme autotrof terutama tumbuhan daun hijau yang menghasilkan energi sendiri, e) Konsumen atau organisme heterotrof yaitu organisme yang tergantung hidupnya dengan mahluk hidup lainnya sebagai sumber energi atau makanannya, f) Dekomposer atau organisme pengurai yang berfungsi memecah atau mengurai materi organik menjadi unsur anorganik.

Nah coba sobat bandingkan antara ilmu ekologi dengan ilmu ekonomi apakah hubungannya saling melengkapi ataukah bertolak belakang?     

Ekologi memberikan gambaran  bahwa manusia berada diposisi puncak dari piramida ekologi, karenanya keberadaan manusia dalam suatu ekosistem, memiliki peranan sangat penting. Manusia dalam sistem ekologi memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai bagian dari sistem alam dan juga sistem sosial, dimana unit terkecil dari komunitas manusia disebut sebagai keluarga atau rumah tangga.   

Baca Juga: Strategi Konservasi, efektif atasi Bencana Ekologis

Ada tiga hal yang menurut Jejak Erwinanta menyebabkan sesorang kurang peduli atau cenderung abai terhadap fungsi utamanya dalam sistem ekologi, sehingga aktivitasnya justru mengancam kelestarian lingkungan hidupnya, yaitu: 

1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman

Selama ini ilmu lingkungan khususnya ilmu ekologi hanya diberikan pada rumpun bidang ilmu pengetahuan alam, padahal lingkungan dapat diajarkan juga melalui rumpun bidang ilmu-ilmu sosial. Terutama melalui pendekatan ilmu agama.  Semua agama di dunia mengajarkan kepada umatnya untuk peduli terhadap lingkungan hidupnya. Ada tiga batasan ilmu agama yang penting untuk membangkitkan kesadaran manusia agar peduli terhadap lingkungan hidupnya, yaitu Ketaqwaan (Kepatuhan), Moralitas (Budi Pekerti) dan Etika (Sikap atau Kesusilaan).         

2. Alasan ekonomi dan gaya hidup. 

Ekonomi dan gaya hidup masih menjadi indikator kemajuan pembangunan dan kesejahteraan suatu negara. Namun keduanya memberikan peluang menyebabkan semakin tingginya kerusakan lingkungan hidup.  Aktivitas ekonomi secara eksploitatif akan memacu lingkaran energi, materi dan informasi semakin cepat, yang berpotensi melebihi kemampuan dukung dari homeostatis suatu ekosistem. Tekanan yang melebihi daya tahan ekosistem akan menyebabkan terjadinya perubahan kearah sistem dengan keseimbangan yang baru, yang ditandai dengan perubahan fungsi, komposisi, keanekaragaman dan siklus, seperti  misalnya perubahan iklim.    

3. Lemahnya keterlibatan dan keberpihakan. 

Undang-Undang 32 Tahun 2009 telah menempatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang wajib terpenuhi bagi setiap warga negara Indonesia. Undang-undang ini mengamanahkan perlunya empati semua pihak untuk terlibat dan melibatkan diri dalam menjamin lingkungan hidup yang baik sebagai HAM.  Gerakan aksi, advokasi, kampanye, pemberdayaan, kepeloporan menjadi penting untuk dilakukan sebagai upaya menumbuhkan dan memperkuat 3 pilar dari HAM, yaitu Perlindungan (Protect), Penghormatan (Respect), dan Pemulihan (Remedy).  Lemahnya peran serta masyarakat juga disebabkan karena tidak adanya kepemimpinan dan kepeloporan yang mampu mendorong dan memotivasi masyarakat untuk menumbuhkan solidaritas lingkungan hidup. 

Berpijak dari hal ini, sudah selayaknya Kita berlatih untuk berfikir dan bertindak dengan pendekatan yang sistemik.  Melalui pendekatan sistem memberikan kesadaran bahwa setiap perubahan akan memberikan reaksi kepada komponen lain yang terikat didalam sistem tersebut, sehingga mendorong manusia untuk bertindak lebih bijaksana dalam mengelola sumber daya alam agar tetap bermanfaat secara berkelanjutan.  Nah salah satu upaya untuk mendorong manusia bijak terhadap lingkungan hidupnya adalah dengan membentuk "Keluarga Peduli Lingkungan"

Apa yang dimaksud “Keluarga Peduli Lingkungan” ? 

Keluarga Peduli Lingkungan adalah unit terkecil dari masyarakat yang memiliki karakter keluarga ramah lingkungan. Tujuan Keluarga Peduli Lingkungan, pada dasarnya adalah meng-upgride salah satu dari fungsi keluarga yaitu fungsi pembinaan lingkungan, agar terbentuk kultur atau perilaku keluarga dengan etika lingkungan di setiap aktivitas kehidupan sehari-hari. "Keluarga Peduli Lingkungan" diharapkan menjadi garda terdepan guna mengatasi permasalahan lingkungan hidup sejak dini.

Menurut Jejak Erwinanta, Keluarga Peduli Lingkungan, sedikitnya memiliki 3 (tiga) karakter yaitu Pertama: Bersahaja yakni sederhana dan tidak berlebihan, Kedua: Aktivitas ramah lingkungan menjadi komitmen dan ketauladanan. Ketiga:  Etika lingkungan hidup menjadi prinsip dalam kehidupan sehari-hari.  

Mengutip dari situs biodiversitywarriors.kehati.or.id,  Sonny Keraf (2002) telah merumuskan sebanyak 9 (sembilan) prinsip etika lingkungan hidup yang menjadi pegangan dan tuntunan bagi manusia terhadap lingkungan hidupnya, yaitu: 

1. Prinsip sikap hormat terhadap alam (respect for nature)

Manusia mempunyai kewajiban menghargai hak semua makhluk hidup untuk berada, hidup, tumbuh, dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan penciptanya. Untuk itu manusia perlu merawat, menjaga, melindungi, dan melestarikan alam beserta seluruh isinya serta tidak diperbolehkan merusak alam tanpa alasan yang dapat dibenarkan secara moral. Manusia mempunyai kewajiban moral untuk menghargai alam dengan segala isinya karena manusia adalah bagian dari alam dan mempunyai nilai pada dirinya sendiri.

2. Prinsip tanggung jawab (moral responsibility for nature)

Prinsip tanggung jawab moral terhadap alam karena manusia adalah bagian integral dari alam. Setiap makhluk hidup diciptakan oleh Allah, guna kepentingan manusia maka sudah selayaknya manusia bertanggung jawab pula untuk menjaganya.  Tanggung jawab bersama tersebut juga terwujud dalam bentuk mengingatkan, melarang dan menghukum siapa saja yang merusak dan membahayakan eksistensi alam semesta, mengingat bahwa alam bernilai terhadap diri manusia.

3. Prinsip solidaritas kosmis (cosmic solidarity)

Prinsip solidaritas kosmis mendorong manusia hadir menyelamatkan semua kehidupan di dunia ini mengingat, alam dan semua kehidupan didalamnya mempunyai nilai yang sama dengan kehidupan manusia itu sendiri. Solidaritas kosmis mencegah manusia untuk tidak merusak dan mencemari alam dan seluruh kehidupan didalamnya. Solidaritas kosmis mendorong manusia untuk mengambil kebijakan yang pro alam, pro lingkungan hidup, dan menentang setiap tindakan yang merusak alam.

4. Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam (caring for nature)

Semua makluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, dirawat dan tidak disakiti. Ini merupakan prinsip moral satu arah terhadap yang lain tanpa mengharapkan balasan dari alam yang  disayangi.

5. Prinsip tidak merugikan (no harm)

Prinsip ini merupakan prinsip tidak merugikan alam untuk hal-hal yang tidak perlu (sia-sia). Bentuk minimal berupa tidak perlu melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain di alam semesta, melakukan tindakan  menjaga , merawat (care), melindungi dan melestarikan alam.

6. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam

Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup, dan bukan kekayaan, sarana, standard material. Prinsip ini lebih menekankan pada mutu kehidupan yang baik. Prinsip moral hidup sederhana harus dapat diterima oleh semua pihak sebagai prinsip pola hidup yang baru agar kita dapat berhasil menyelamatkan lingkungan hidup. Sejauh ini krisis ekologi disebabkan karena pandangan yang hanya melihat alam sebagai obyek eksploitasi dan pemuas kepentingan hidup manusia, dengan pola dan gaya hidup modern konsumtif, rakus dan tamak. Jika saja manusia memahami dirinya sebagai bagian integral dari alam, ia harus memanfaatkan alam itu dengan secukupnya, ada batas sekedar untuk hidup layak bagi manusia, maka prinsip hidup sederhana merupakan prinsip fundamental.

7. Prinsip keadilan

Prinsip keadilan lebih ditekankan pada bagaimana manusia harus berperilaku adil terhadap yang lain dalam keterkaitan dengan alam semesta juga tentang sistem social yang harus diatur agar berdampak positif bagi kelestarian lingkungan hidup. Prinsip keadilan terutama berbicara tentang peluang dan akses yang sama bagi semua anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumbar daya alam, dan dalam ikut menikmati pemanfaatannya.

8. Prinsip demokrasi

Demokrasi justru memberi tempat seluas-luasnya bagi perbedaan, keanekaragaman, dan pluralitas. Oleh karena itu setiap orang yang peduli dengan lingkungan adalah orang yang demokratis, sebaliknya orang yang demokratis sangat mungkin bahwa dia seorang pemerhati lingkungan.

9. Prinsip integrasi moral

Prinsip ini terutama ditujukan untuk para pejabat publik yang memiliki kewenangan perizinan pemanfaatan lingkungan hidup.  Pejabat Publik yang tidak mempunyai integritas moral, sudah dipastikan ia akan menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan diri dan kelompoknya dengan mengorbankan dan menghancurkan lingkungan hidup melalui pemberian kebijakan perizinan dan izin teknis kepada perusahaan tanpa memperhatikan ketentuan yang berlaku dibidang lingkungan hidup, sehingga menyebabkan rusaknya lingkungan hidup.


Prinsip yang menjadi etika lingkungan hidup ini, tentunya harus dapat menjadi kebiasaan yang mulai diajarkan dan ditanamkan sejak dini.  Wadah yang tepat adalah dalam lingkungan keluarga, karenanya sembilan prinsip etika lingkungan ini, tidak hanya menjadi ciri dan karakter bahkan modul untuk mewujudkan “Keluarga Peduli Lingkungan”.

Apa saja keuntungan dari adanya Keluarga Peduli Lingkungan, sehingga begitu penting untuk dibangun dan dibina?

  1. Menampilkan keadaan lingkungan sekitar yang bersih, sehat, dan asri
  2. Menumbuhkan solidaritas sosial dan kerukunan antar tetangga
  3. Kemandirian dalam mengatasi permasalahan lingkungan
  4. Mendorong usaha eco enterpreneurship
  5. Memperkuat aspek pemberdayaan masyarakat
  6. Menjadi kontrol masyarakat terhadap kejahatan lingkungan hidup
  7. Tersedianya keluarga yang tangguh dan harmonis
  8. Peluang terjalinnya kemitraan 

Rasanya sudah cukup panjang lebar, penjelasan dalam postingan kali ini. Mulai dari teori ekologi hingga “Keluarga Peduli Lingkungan” harapannya bahwa memang ada korelasi antara teori dengan praktek.  Semoga tulisan ini dapat menginspirasi untuk meraih kehidupan berkeluarga yang makin baik dan lebih baik.   

Buat rekan-rekan yang bertugas di bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dimanapun berada Selamat Hari Bhakti Rimbawan, 16 Maret 2023, semoga Rimbawan menjadi Pelopor “Keluarga Peduli Lingkungan”, guna Hijaukan Bumi, Birukan Langit - Lingkungan Sehat, Keluarga Tangguh.   

-- Salam Lestari --

Referensi:

  • Malik, A. dkk. 2018. Pemahaman tentang Lingkungan Berkelanjutan. MODUL Vol 18 No 2. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro.
  • Prinsip Etika Lingkungan (Link: https://biodiversitywarriors.kehati.or.id/artikel/prinsip-etika-lingkungan/)


Rabu, 14 Desember 2022

Penderita Jantung si Jantung Hati

Penyakit jantung merupakan penyakit tidak menular, akan tetapi penyebab kematian utama di dunia.  Penyakit jantung dapat menyerang siapa saja, gak peduli  umur, status sosial, bahkan harta dan kekuasaan yang kita miliki.  Gak peduli dimana dan kapan kejadiannya berlangsung.  Celakanya sebagian besar penyakit jantung tidak bisa disembuhkan, hanya dapat dikendalikan agar tidak semakin parah, melalui pengobatan seumur hidup.

Diambil dari halaman  alodokter.com, macam-macam penyakit jantung terdiri dari penyakit jantung koroner (PJK), serangan jantung, aritmia, kardiomiopati, gagal jantung, penyakit jantung bawaan, penyakit katup jantung, endokarditis, dan tumor jantung.   Seseorang dianggap beresiko tinggi terkena penyakit jantung jika mengalami kondisi antara lain hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga, gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Data WHO menyebutkan dari 41 juta penduduk dunia yang meninggal akibat penyakit tidak menular (PTM), sekitar 17,9 juta (43.6%) diantaranya disebabkan karena penyakit jantung koroner (PJK).  Di negara Indonesia, berdasarkan data BPJS, jumlah pasien PJK mencapai  9.4 juta pertahun, dengan kasus kematian setiap tahunnya sebanyak 651.481 jiwa, dan beban pembiayaan mencapai 7,7 triliun rupiah.   

Prevalensi tertinggi PJK adalah aparatur pemerintah sebesar 2.7% (artinya dari 1000 aparatur ada 27 diantaranya menderita PJK) dan masyarakat yang hidup di perkotaan dengan prevalensi mencapai 1.6%.  Nah .. nah... bagi anda yang berprofesi sebagai aparatur pemerintah dan tinggal di kota, sangat berpeluang banget nih berjumpa dengan yang namanya si PJK...  hati-hati ya sob... 

Tingginya resiko kematian akibat PJK, menjadi perhatian khusus Federasi Jantung Dunia, yang kemudian menetapkan tanggal 29 September sebagai Hari Jantung Sedunia.  Diharapkan melalui peringatan hari jantung sedunia ini semakin membuka kesadaran semua orang untuk melawan PJK dengan terus mempertimbangkan cara terbaik penggunaan jantung dengan prinsip sayangi sesama, sayangi alam, dan sayangi diri sendiri.  Akses pengobatan yang buruk, tingginya tingkat polusi, beban psikologis dan stres adalah faktor utama meningkatnya prevalensi dan angka kematian akibat PJK.

Saya dan istri adalah pasien jantung, saya sendiri sudah pasang ring di usia 48 tahun sedangkan istri karena bermasalah pada irama jantungnya (aritmia), dipasang alat pace maker (alat pacu jantung) diusianya yang ke 50 tahun.   

Serangan jantung yang saya alami terjadi pada tanggal 9 desember 2020, akan tetapi gejala sudah mulai terasa sejak 5 bulan sebelumnya.  Ditandai  kaki yang terlihat membengkak jika duduk terlalu lama, nafas berat, dada (ulu hati) terasa sakit seperti dipukul-pukul dan punggung dibagian bawah tulang belikat terasa pegal dan ngilu.   Rasanya seperti masuk angin dan selalu ingin bersendawa.  Puncak serangan jantung ditandai dengan keluarnya keringat dingin, dada nyeri seperti ditusuk-tusuk, telinga berdenging, pandangan gelap,  badan lemas dan terasa dingin.   Nah jika sahabat erwinanta mengalami gejala-gejala seperti ini, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter jantung atau dokter penyakit dalam, jangan menduga-duga dan menyimpulkan sendiri ya.

Pada awalnya saya menerima PJK sebagai malapetaka, merasa diri diibaratkan seperti habis manis sepah dibuang, merasa tidak berguna, menjadi beban, tidak produktif, serta seolah hidup hanya untuk menunggu panggilan sang Pencipta saja. Hampir 1.5 tahun saya mengalami "down" dan "kegamangan" antara loyalitas, keadilan, dan kekecewaan, yang ternyata perasaan yang emosional ini justru menambah PJK saya semakin parah. ... Pikiran bodoh yang justru merugikan diri sendiri.. Jangan suka "baperan" ya sob.

Ada 7 tips  versi jejak erwinanta, agar pasien PJK si jantung hati gak baperan dan mampu menjalankan kehidupannya bersama PJK dengan damai, silahkan disimak ya... 

1. Menerima PJK dengan pikiran positip

PJK wajib kita cegah, tapi jika melanda kita, jangan pula dianggap bencana yang menambah penyesalan dan kekecewaan.  Berusahalah untuk menerima PJK layaknya seperti teman karib yang akan setia menemani disisa umur kita.  Dia akan mengajari kita pentingnya menghargai hidup, menunjukan ke kita siapa sih yang lebih peduli terhadap kita, dan terpenting menyadarkan kita bahwa Tuhan YME itu selalu ada dan menyayangi kita. 

2. Manajemen waktu dengan baik

Rutinitas pasien PJK adalah minum obat secara teratur, istirahat cukup, dan makan minum dengan porsi yang tepat, untuk itu diperlukan pengaturan dan disiplin menggunakan waktu.  Termasuk juga pemanfaatan waktu luang, bekerja, interaksi dengan keluarga, dan ibadah.  Pasien PJK umumnya "slow motion" tidak bisa lagi bekerja dan bertindak seperti sebelum PJK datang.  Jadi segala aktivitas pekerjaan dimulai lebih awal agar dapat selesai tepat waktu. 

3.  Memperbaiki gaya hidup sehat.

Paling berat adalah memperbaiki kebiasaan buruk, yang kadang sudah menjadi "gengsi" seperti merokok, gemar makan makanan berkolesterol tinggi, gila kerja sampai lupa waktu, lupa dengan kondisi badan, lupa dengan kehidupan sosial dan keluarga.  Keberhasilan tergantung seberapa teguh komimen anda mengendalikan godaan tersebut.  Cara yang saya lakukan adalah dengan mensugestikan diri agar mampu mengontrol dan mengendalikan keinginan terhadap aktivitas dan hal-hal yang dapat memancing datangnya PJK semakin parah, misalnya berpuasa, diet, self control terhadap makanan, misalnya menanamkan dibenak kita bahwa "itu sudah pernah saya rasakan" atau "sakit itu tidak enak dan mahal"dan sebagainya.

4. Olah Raga ringan jalan sehat

Olga yang disarankan bagi PJK adalah jalan sehat, minimal 30 menit sehari.  Ternyata banyak manfaat tidak hanya kepada kesehatan fisik, akan tetapi juga psikis. Jalan sehat di pagi hari selain memperoleh udara pagi yang segar,  bertemu dan menyapa tetangga  dengan senyuman menjadi obat gratis pengendali PJK yang cukup ampuh loh.

5. Memperkuat silaturahmi dan beraktivitas sosial dengan baik.

Salah satu efek sampingan dari PJK adalah perasaan tersisihkan baik secara sosial maupun ekonomi, dan biasanya hal ini selalu ditutup tutupi oleh pasien PJK, menjadi beban pikiran yang berujung pada terganggunya kesehatan mental.  Silaturahmi tidak hanya membangun empati dan solidaritas tapi juga saling menguatkan satu sama lain.  Janji Allah dengan memperkuat tali  silaturahmi akan memperpanjang umur dan membuka pintu rezeki.

6. Optimalkan Bakat

Pandangan buruk seorang PJK adalah pasrah dengan keadaan yang justru membuat pasien PJK tidak produktif.  Pasien PJK memang tidak direkomendasikan melakukan aktivitas berat, tapi bukan berarti tidak boleh melakukan aktivitas sama sekali.  Jika anda punya bakat menulis atau seni, tuangkan bakat tersebut sebagai media pengendalian emosional anda, pengisi waktu luang, dan siapa tahu bisa menambah penghasilan anda.

7.  Perbanyak Ibadah

Jika anda selamat dari serangan jantung, bersyukurlah karena Allah masih memberikan kesempatan untuk merevitalisasi hidup anda menjadi lebih baik di dunia ini.   Gunakanlah kesempatan baik ini,  jangan sampai berlalu sia-sia, jadikan "injury time" ini untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, guna anda bawa ke kehidupan akherat, kampung dimana manusia akan mudik kelak.


Semoga bermanfaat ya, salam sehat dan jangan berputus asa...


RS Harapan Kita, 14 Desember 2022


Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer