Jumat, 16 Desember 2022

Sedentari - Gaya Hidup yang Mengancam Hidup

Mager dan obesitas
Tidak dipungkiri kemajuan teknologi, terutama teknologi informatika, semakin memudahkan seseorang untuk memperoleh keinginannya serta menjalani hidup secara praktis dan instan, tanpa perlu banyak mengeluarkan tenaga berlebih. 
 

Layaknya iklan smartphone "dunia dalam genggaman", begitulah kira-kira gambaran betapa teknologi memberikan pengaruhnya bagi penghidupan manusia.  Saat ini apapun cukup dilakukan secara "online"  dari tempat duduk kesayangan kita tanpa perlu capek dan berkeringat.  Begitu tinggi ketergantungan pada gadget, smarphone, televisi, komputer, dan laptop, membuat seseorang rela mengorbankan berjam-jam waktu hanya untuk bersamanya, daripada waktu untuk dirinya dan keluarganya.   Inilah yang tanpa disadari menggiring seseorang berperilaku sedentari.  

"Lantas apasih yang dimaksud dengan sedentari dan resikonya bagi kita?"

Sedentari berasal dari bahasa inggris "sedentary", yang artinya menetap, yang dikerjakan sambil duduk, yang duduk terus menerus, tak berpindah-pindah.  Aktivitas sedentari menurut P2PTM Kemenkes RI didefinisikan sebagai kegiatan yang mengacu pada segala jenis aktivitas yang dilakukan di luar waktu tidur, dengan karakteristik keluaran kalori sangat sedikit yakni kurang dari 1.5 METs.   

METs merupakan singkatan dari metabolic equivalent of task,  yakni satuan yang menunjukan rasio jumlah energi yang diperlukan terhadap massa tubuhnya pada saat melakukan suatu aktivitas fisik dan membandingkannya dengan saat istirahat.   Nilai 1 METs adalah energi yang dikeluarkan saat  duduk beristirahat sebesar 3.5 mililiter oksigen yang dikonsumsi per kilogram (kg) berat badan per menit.  Nilai 1.5 METs diartikan sebagai aktivitas yang membutuhkan energi 1.5 kali kebutuhan energi saat beristirahat.  Aktivitas dengan nilai kurang dari 1,5 METs, seperti dikutip dari laman Kemenkes RI, antara lain: 

  1. Berbaring atau duduk terlalu lama, seperti menonton tv, bermain video game, duduk lama di depan komputer.
  2. Anak-anak pergi ke sekolah diantar menggunakan kendaraan meski jaraknya dekat.
  3. Seseorang pergi ke toko atau mini market dengan jarak yang dekat menggunakan kendaraan.
  4. Kurang berolahraga.

Secara sederhana ukuran seorang dianggap sedentari adalah perilaku malas bergerak dengan aktivitas fisik  kurang dari 30 menit per hari,  karenanya sedentari sering diistilahkan "Mager" (Males Gerak), atau "kaum rebahan". Sedentary lifestyle ternyata telah menjadi gaya hidup sekitar 60% generasi melenial saat ini.  Berikut ini beberapa faktor pemicu munculnya gaya hidup sedentari :

  1. Terpenuhinya fasilitas secara lengkap, menyebabkan orang  malas untuk beraktivitas secara aktif.  
  2. Pandemi Covid 19, menjadi  salah satu pemicu semakin meningkatnya gaya hidup para rebahaner ini.  
  3. Tuntutan atas profesi pekerjaan, misalnya seorang programer, operator komputer, pegawai administrasi, dan sebagainya
  4. Hobi atau kesenangan, misalnya merajut, bermain game online, menulis dan membaca.
  5. Kurang gemar berolah raga. 
  6. Lingkungan dan lokasi tempat tinggal, kebiasaan mager biasanya banyak terjadi di lingkungan perkotaan atau urban. Mereka yang hidup secara komuter berpotensi menjalani hidup sedentari.
  7. Tabiat atau kebiasaan yang menjadi sifat seseorang, biasanya dipengaruhi oleh pendidikan didalam keluarga, misalnya kebiasaan karena meniru atau ikut-ikutan, merasa aman bila didalam rumah, dan sebagainya.

Gaya hidup "gerak minimalis" ini, ternyata sangat beresiko terhadap kesehatan fisik maupun psikis.  Menurut penelitian, 90% orang yang duduk selama lebih dari 6 jam sehari di tempat kerja, lebih rentan terhadap gangguan psikologis seperti gelisah, lelah,  badmood, dan putus asa.  Menyebabkan terganggunya metabolisme tubuh yang beresiko terjadinya obesitas atau kegemukan.  Remaja dengan sedentari, beresiko 4,7 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan remaja aktif.   Selain itu,  gaya hidup sedentari beresiko meningkatnya kadar kolesterol jahat (LDL), diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung koroner, darah tinggi dan stroke, kanker, osteoporosis, dan menurunnya sistem kekebalan tubuh.

Nah setelah membaca ini apakah sohib erwinanta masih mau bermalas-malasan.... ?!  Yukk kita lawan sedentary lifestyle, melalui tips berikut:

  1. Perbanyak aktivitas dengan berjalan kaki. Menurut beberapa literatur, aktivitas berjalan kaki selama minimal 30 menit setiap harinya,  terbukti dapat mengurangi risiko kematian akibat jantung berhenti mendadak (sudden cardiac death).  Aktivitas berjalan kaki tidak hanya dilakukan di rumah, akan tetapi juga dilingkungan kantor.  Naik turun tangga sangat  dianjurkan, karena diyakini banyak membakar kalori  dan memperkuat tulang.
  2. Jika pekerjaan anda mengharuskan untuk beraktivitas lama diatas kursi, cobalah untuk berdiri atau beranjak dari kursi setiap interval waktu 20-30 menit.
  3. Lakukan olahraga sebagai aktivitas rutin. Disarankan untuk melakukan aktivitas fisik sekala sedang dengan nilai METs antara 4.9 - 6.7  selama 150 menit atau 75 menit setiap minggunya.  Contohnya senam aerobik, bersepeda santai, dan jalan santai.
  4. Kerjakanlah sendiri pekerjaan di rumah, jangan seluruhnya diserahkan kepada asisten rumah tangga, seperti menyapu, membersihkan halaman, atau menyiram bunga.
  5. Terpenting adalah habiskan waktu luang anda bersama keluarga, jangan habiskan di depan televisi atau main handphone, misalnya rekreasi bersama keluarga, jalan sehat dan bersepeda bersama keluarga dan sebagainya.


Mulai sekarang mari kita batasi perilaku sedentari, sebelum dia membatasi hidup kita...   ingat keluarga anda sangat membutuhkan kehadiran anda bukan handphone anda ... Salam sehat dan tetap produktif ... 

Wassalam.


Referensi:


3 komentar:

Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer