Selasa, 06 Desember 2022

Wana Wisata dan Kebangkitan Ekonomi Hijau

Taman Hamtebiu - Liwa
Taman Kota Hamte Biu (@Jejakerwinanta, 2018)

Assalamualaikum ... Salam Rimba Lestari

Postingan kali ini, kayaknya pada bikin dahi berkerut, berat banget nih mikirnya, kok mirip orasi ilmiah gitu ya... he he he.  Jejak Erwinanta gak ada niatan atau maksud sponsor kok, gak juga ngajak berargumentasi, tulus ingin mengamalkan sedikit ilmu yang dimiliki untuk kemajuan negeri ... cakeep .... 😘 

Berbahagialah buat bapak, ibu, om dan tante yang daerahnya masih luas hutan dan hamparan hijaunya, tiap hari bisa menghirup udara yang segar, minum air  bersih yang murah, mendengar merdunya suara burung, masih bisa makan makanan yang bergizi tanpa kuatir terkontaminasi, dapat tidur nyenyak tanpa kuatir rumahnya kebanjiran, belum lagi tiap hari dapat kiriman doa syukur dari masyarakat yang tinggal di hilir.... wow bahagiaa banget ya kalau bisa hidup kayak begini ... semoga yang baca postingan jejak erwinanta ini semakin peduli dengan lingkungan, dan bahagia hidupnya dunia dan akherat... aamiin.. 

Panjang ya prologenya ? Terus apa hubungannya Hutan - Wana Wisata - Ekonomi Hijau ? Baiknya kita mengenal dulu batasan atau definisi dari masing-masing frase kata ini ya.  

Hutan dan Kawasan Hutan

Hutan dan Kawasan Hutan menurut definisinya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dirumuskan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan, sedangkan Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 

Definisi ini kemudian terus disempurnakan, karena dianggap hanya menyajikan dari sisi kualitatif sementara batasan secara kuantitatif belum dijabarkan secara tegas.   Definisi terbaru tentang hutan adalah Suatu areal lahan lebih dari 6,25 hektare yang ditumbuhi oleh pepohonan dengan tinggi lebih dari 5 meter pada waktu dewasa dan tutupan kanopi lebih dari 30%.  Definisi ini memadukan antara Peraturan Menteri LHK Nomor P.2/2020 dengan tujuan UNFCCC COP 23 yang mengakomodir pelaksanaan "Mekanisme Pembangunan Bersih"  (Sumber: Forestdigest, 25 April 2021).  

Dari definisi ini, hutan sudah memiliki batasan yang tegas baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Nah kalau sahabat punya lahan pekarangan dengan luas dan isinya seperti gambaran diatas, sudah dipastikan pekarangan anda adalah hutan dan anda yang berada di dalamnya bisa dikatakan sebagai orang hutan ... he he he - bercanda - tentu tidak seperti itu ya ...

Untuk mengenal lebih jauh tentang Hutan, Tipe Hutan dan sebagainya, silahkan sahabat baca di wikipedia ya. 

Wana Wisata atau Hutan Wisata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) wana wisata atau hutan wisata adalah wisata yang tujuan atau sasarannya adalah hutan, sedangkan menurut Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 687/Kpts II/ 1989 Hutan Wisata adalah kawasan perhutanan yang diperuntukkan secara khusus untuk dipelihara dan dibina guna kepentingan pariwisata dan berburu, yakni hutan wisata yang memiliki keindahan alam dan ciri khas tersendiri sehingga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan budaya.  

Jika disimpulkan wana wisata atau hutan wisata adalah wisata yang mengintegrasikan keindahan alam, rekreasi dan budaya pada kawasan hutan baik hutan lindung, hutan produksi, hutan desa, atau hutan adat. 

Ekonomi Hijau

Ekonomi hijau adalah sebuah sistem ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara signifikan. Ekonomi Hijau juga berarti perekonomian yang rendah atau tidak menghasilkan emisi karbon dioksida dan polusi lingkungan, hemat sumber daya alam, dan berkeadilan sosial. 

Saat ini ekonomi hijau masih merupakan suatu gerakan yang mengkolaborasikan atau mengintegrasikan antara aspek lingkungan dan kesetaraan sosial kedalam sistem ekonomi guna pencapaian tujuan global pembangunan berkelanjutan.  Konsep ekonomi hijau di Indonesia diarahkan untuk pengurangan efek emisi gas rumah kaca melalui pendekatan paradigma pembangunan rendah karbon, yang salah satunya adalah mendorong pertumbuhan sektor pariwisata.  

Semakin tingginya kesadaran negara-negara maju, akan pentingnya kelestarian sumberdaya alam, akan semakin mendorong pula implementasi ekonomi hijau secara global.  Ini adalah peluang masa depan bagi Kabupaten Lampung Barat yang wilayahnya dianugerahi sumber daya alam hayati dan energi yang melimpah, agar segera mempersiapkan diri, memelihara sumber daya pembangunannya dengan bijaksana, agar pada saatnya nanti benar-benar memberikan manfaat yang maksimal dan  berkelanjutan.  Ironis jika sumberdaya yang ada keburu rusak atau habis sebelum termanfaatkan.   

Mudah-mudahan dengan penjelasan diatas, sudah terlihat  benang merah antara hutan, wana wisata dan ekonomi hijau.  Jika belum juga ketemu benangnya, yuk kita lanjut lagi membacanya...

Postingan sebelumnya, Jejak Erwinanta telah mengulas tentang ekosistem hutan sebagai sistem penyangga kehidupan.  Ekosistem hutan menghasilkan produk berupa komoditi hasil hutan dan juga jasa (service) yang sangat essensial bagi keberlangsungan kehidupan, peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Produk jasa (service) ini kemudian  dikenal dengan nama "Jasa Lingkungan Hidup" atau "Jasa Ekosistem".

Baca juga: Hutan Penyangga Kehidupan Negeriku ... [Part 1],   Hutan Penyangga Kehidupan Negeriku ... [Part 2];

Jasa Lingkungan Hidup atau Jasa Ekosistem

Dalam Peraturan Pemerintah RI No.: 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan Jasa Lingkungan Hidup adalah "Manfaat dari ekosistem dan lingkungan hidup bagi manusia dan keberlangsungan kehidupan yang mencakup: Penyediaan sumber daya alam, Pengaturan alam dan lingkungan hidup, Penyokong proses alam, dan Pelestarian nilai budaya."

  • Penyedia Sumber Daya Alam  (Provisioning)  meliputi penyediaan pangan, penyediaan air, penyediaan bahan bakar dan material lain serta penyediaan sumberdaya genetik (plasmanutfah)
  • Pengaturan Alam & Lingkungan Hidup (Regulating) mencakup  pengaturan kualitas udara,  iklim, mitigasi terhadap bencana alam (banjir, longsor, kebakaran, dan tsunami), pengaturan terhadap siklus sumber daya air, pengurai / mendekomposisi limbah,  penyerbukan alami, dan pengendalian Hama.
  • Penyokong Proses Alam (Supporting) yaitu memberikan dukungan layanan dan kinerja ekosistem lainnya seperti regenerasi habitat dan keanekaragaman hayati, pembentukan dan regenerasi tanah, dan siklus hara.
  • Pelestarian Nilai Budaya (Cultural) berupa manfaat non material yang diperoleh dari interaksi antara ekosistem terhadap nilai-nilai sosial seperti: etnobotani, estetika, persepsi, budaya, teknologi, sistem kepercayaan, teknologi budidaya & kearifan lokal. 

Jasa lingkungan hidup dapat dinilai secara nominal (uang) untuk mengukur seberapa besar biaya  yang harus dibayarkan atau dikembalikan (cost sharing) oleh penerima manfaat kepada pihak penyedia, agar kinerja jasa lingkungan yang dihasilkan tetap produktif dan berkelanjutan. Konversi pembiayaan ini dikenal dengan nama kompensasi atau imbal jasa lingkungan yang dituangkan melalui ikatan perjanjian berbasis kinerja.   Salah satu pemanfaatan jasa lingkungan hidup yang potensial pada kawasan hutan lindung dan juga sejalan dengan prinsip-prinsip ekonomi hijau adalah  Wana Wisata.

Faktor Pengungkit Wana Wisata

Faktor yang utama adalah bahwa Bumi Lampung Barat dianugerahi dengan kawasan hutan lindung yang luas, layaknya seperti sabuk hijau yang mengelilingi sepanjang wilayah Lampung Barat. Ada 5 (lima) komponen jasa lingkungan dari kawasan hutan yang dapat mengangkat nilai jual wana wisata di Lampung Barat, yaitu sumber daya air, udara yang sejuk, keberagaman hayati, keunikan geologi, dan keberagaman budaya. 

Sumber daya air seperti air terjun, air panas, danau, telaga, sungai yang jernih dapat dijadikan atraksi wana wisata yang menarik, apalagi jika dikombinasikan dengan udara yang dingin, sejuk, dan segar.  Keberagaman hayati khususnya keunikan vegetasi turut menambah atraksi wana wisata, apalagi dibeberapa hutan lindung di Lampung Barat merupakan habitat alami untuk jenis Amorphophallus titanum atau yang dikenal sebagai bunga bangkai raksasa. 

Keunikan flora di Lampung Barat

Keunikan geologi disini bukan hanya berupa susunan bebatuan, akan tetapi juga mencakup keindahan bentang alam dan proses kejadiannya.  Komponen penting lainnya adalah menyangkut budaya dan kultur masyarakat mulai dari nilai-nilai etnobotani, aneka kuliner, kehidupan tradisional, seni dan tradisi, hingga persepsi positip masyarakat terhadap pariwisata merupakan kekuatan penting  pengembangan wana wisata.  Keberadaan situs arkeologis,  atraksi seni budaya, kopi robusta, yang dikolaborasikan dengan keindahan bentang alam,  menjadi branding dan kekhasan tersendiri dari wana wisata di Lampung Barat. 

Cantik Alamku, Luhur Budayaku

Ketersediaan sumber daya manusia turut memberikan kekuatan sebagai motor penggerak wana wisata.  Berdasarkan data Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, hingga bulan Maret 2022, jumlah gabungan kelompok tani hutan (gapoktan) yang telah mendapatkan izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan (IUPHKm) di Lampung Barat mencapai 53 Gapoktan dengan jumlah anggota sebanyak ± 14.862 kk dengan luas HKm mencapai ± 32.758,06 Ha.

Peran pemerintah daerah juga sangat menentukan terhadap perkembangan wana wisata di Lampung Barat.  Pemkab Lampung Barat telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2016 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Lampung Barat Tahun 2016-2031.  Perda ini menjadi kekuatan regulasi dan sinergitas pembinaan terhadap destinasi wisata di Lampung Barat.  Selain sisi regulasi, peranan pemerintah daerah dalam menyiapkan infrastruktur pendukung destinasi wisata, menjadi faktor kekuatan dalam pengembangan dunia pariwisata di Lampung Barat.

Faktor Penghambat Wana Wisata

Konsep Wana Wisata yang Buruk: Konsep wana wisata yang baik adalah kemampuan mengemas atau mengkolaborasikan antara keindahan alam,  unsur rekreasi, dan   budaya (kultur) sebagai kesatuan atraksi yang unik & khas sehingga memberikan daya tarik tersendiri.  Perencanaan dan konsep wana wisata penting untuk disusun, karena akan menyangkut branding, dan daya saing dalam menarik minat kunjungan wisatawan.  Hal penting lainnya adalah kemampuan dalam mempertahankan kualitas lingkungan dan inovasi dari konsep wana wisata yang disajikan.  

Contoh sukses konsep wana wisata yang baik seperti Wana Wisata Watu Payung di Yogyakarta yang dikelola oleh HKm Sidomulyo III yang berhasil mendapat penghargaan II tingkat nasional  Kategori Kelompok HKM Lomba Wana Lestari tahun 2019. Strategi yang dilakukan adalah menggagas konsep Wisata Alam Berbasis Kearifan Lokal dengan membangun spot wisata alam berdasarkan cerita legenda “Jaka Tarub dan 7 Bidadari”.     

Akses Sulit, Beresiko, dan Membosankan: Salah satu kelemahan wana wisata terletak pada atraksi tunggal yang menjadi unggulan wisatanya, misalnya hanya menyajikan keindahan air terjun, tanpa didukung oleh atraksi lainnya.  Kebanyakan atraksi wanawisata terletak  pada kondisi medan yang cukup ekstrim, jauh dan sangat sulit dijangkau oleh wisatawan dengan kelas umur tertentu dan  memiliki keterbatasan fisik. Biasanya waktu tempuh yang masih dapat ditoleransi oleh wisatawan adalah 1 jam perjalanan dengan maksimum dua moda transportasi. 

Kurangnya Keterlibatan Masyarakat Sekitar:  Kultur merupakan atraksi kunci wana wisata, yang didapat dari masyarakat sekitar lokasi wana wisata, karena itu keterlibatan masyarakat menjadi penting guna keberlanjutan wana wisata di masa depan. Imbal balik dari keterlibatan masyarakat yang utama adalah membangun citra yang positif, keamanan, kenyamanan, dan kepuasan bagi wisatawan.  

Harga yang tidak bersahabat: Sebagian besar wisatawan wana wisata berasal dari daerah sekitar (wisatawan lokal).  Biasanya yang menjadi keluhan wisatawan umumnya menyangkut harga parkir kendaraan dan tiket masuk, serta ongkos angkut kendaraan menuju dan dari lokasi wisata. 

Kurangnya Promosi: Promosi salah satu penentu keberhasilan pemasaran wana wisata. Hambatan dalam mempromosikan wanawisata antara lain: kurangnya kemampuan pengelola wana wisata dalam mendesain dan mengemas konten promosi, adanya ketimpangan kewenangan menyangkut pengurusan izin & pembiayaan antara UPT, Pemkab, dan Kelompok Hkm, hubungan kemitraan yang buruk, dan tidak tepatnya pemilihan media promosi yang digunakan.  Media promosi yang murah adalah dengan memanfaatkan media sosial yang berkembang saat ini, caranya adalah dengan membangun spot dan zona wisata yang "instagramable" 

Kurangnya Layanan Pendukung:  Tidak tersedianya penginapan yang representatif,  tidak tersedianya  atm/bank, blank spot,  jauh dari pos pelayanan keamanan dan pelayanan kesehatan, tidak dilengkapi fasilitas umum seperti toilet, tempat ibadah, layanan emergency dan informasi, serta tidak tersedianya kelengkapan perangkat keselamatan.

Serangan wabah penyakit dan bencana alam: merupakan kejadian luar biasa yang bisa berdampak meluas terhadap semua destinasi wisata.  Untuk yang satu ini, kita hanya bisa memanjatkan doa kepada Tuhan YME, semoga  Indonesia tetap menjadi negeri yang aman, damai dan sentosa. 


Berbagai Atraksi Wana Wisata

Banyak atraksi wisata yang dapat di "create" pada wana wisata untuk mendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.  Berikut adalah berbagai atraksi yang dapat diterapkan seperti hiking, berkuda, jelajah goa, susur danau, off road, camping, piknik, berfoto, santai di hammock, jogging, berenang, bersepeda, arung jeram, bird watching, interaksi dengan satwa jinak, menginap di rumah pohon,  selfie di menara pandang, forest healing sambil bersantai menikmati kopi dan aneka kuliner, menyaksikan dan ikut dalam atraksi seni dan budaya, dan lain sebagainya.

Opini yang opo iki, mudah-mudahan bisa menjadi tambahan wawasan yang dapat menginspirasi  saudara-saudaraku  kelompok Hutan Kemasyarakat dalam berjuang membangun hutan lestari masyarakat sejahtera. Melalui Wana Wisata kami titipkan Hutan kami, agar generasi Kami nanti masih dapat menikmati udara yang sejuk berselimut mega, gemericik air pegunungan nan segar, dan nyanyian simponi alam yang indah. 


Lestari Alamku
Gombloh - [Soedjarwoto Soemarsono, 1982]

Lestari Alamku Lestari Desaku
Dimana Tuhanku Menitipkan Aku
Nyanyi Bocah-bocah Di Kala Purnama
Nyanyikan Pujaan Untuk Nusa

Damai Saudaraku Suburlah Bumiku
Kuingat Ibuku Dongengkan Cerita
Kisah Tentang Jaya Nusantara Lama
Tentram Kartaraharja Di Sana

Reff:
Mengapa Tanahku Rawan Ini
Bukit Bukit Telanjang Berdiri
Pohon Dan Rumput Enggan Bersemi Kembali
Burung-burung Pun Malu Bernyanyi

Kuingin Bukitku Hijau Kembali
Semenung Pun Tak Sabar Menanti
Doa Kan Kuucapkan Hari Demi Hari
Kapankah Hati Ini Kapan Lagi


2 komentar:

  1. Lambar mmg mantul alamnya, semoga tetap terjaga

    BalasHapus

Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer