Tampilkan postingan dengan label Kampanye. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kampanye. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 Oktober 2023

2 Oktober 2023 sebagai Hari Habitat Sedunia, Mereview Tema dan Tujuan Pemukiman Berkelanjutan


Setiap mahluk hidup di bumi, baik itu tumbuhan, hewan dan manusia membutuhkan tempat tinggal guna melangsungkan hidup dan kehidupannya secara normal dan alami, yang disebut sebagai Habitat.  Kata "habitat" berasal dari bahasa latin “habitare” yang artinya “untuk ditinggali” dan “habere” yang artinya untuk dimiliki. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “habitat” merupakan tempat hidup organisme tertentu, sedangkan menurut Clements dan Shelford, habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies (jenis), populasi, atau komunitas jenis.  Habitat menunjukan pula adanya proses adaptasi hingga munculnya evolusi dan seleksi alam berbagai  organisme sebagai suatu proses interaksi terhadap lingkungan fisiknya, karenanya setiap habitat dicirikan dengan keberadaan jenis organisme dominan tertentu yang menjadi penciri utamanya. Keragaman dari habitat membentuk kesatuan fungsional yang dinamakan sebagai ekosistem, yang menghasilkan jasa ekosistem yang berperan penting dalam menjamin  keberlangsungan hidup manusia yang disebut sebagai sistem penyangga kehidupan manusia.     

Manusia memiliki tingkat adaptasi yang tinggi, sehingga mampu hidup pada habitat mahluk hidup lain  dengan cepat, asalkan kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi di habitat tersebut.  Bahkan dengan kemampuan akal pikirannya, manusia mampu menciptakan habitatnya sendiri, yang seringkali justru menyebabkan ancaman terhadap keberadaan dan keberlangsungan organisme lainnya yang ada didalamnya.  Interaksi manusia terhadap sumber daya biotik maupun abiotik di habitatnya, menyebabkan organisme lainnya kembali melakukan adaptasi, hingga terbentuklah keseimbangan ekosistem yang baru.  Proses menuju keseimbangan ekosistem baru ini, pada akhirnya akan berbalik mengancam keberlangsungan kehidupan bagi generasi manusia berikutnya.

Pandemi penyakit, krisis iklim, krisis pangan, krisis air bersih, krisis moneter, konflik tata ruang, konflik tenurial, bencana ekologis, konflik sosial, aneksasi, imperialisme, dan hilangnya peradaban, merupakan  bentuk-bentuk ancaman yang bakalan dihadapi oleh generasi manusia selanjutnya, apabila tidak lagi mampu melindungi, mengendalikan kerusakan, dan melestarikan habitatnya. 

Nama lain dari habitat manusia adalah pemukiman. Pemukiman menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, didefiniskan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.  Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan manusia.  

Perbedaan dalam perilaku ekonomi, sosial, budaya (kultur) dan politik yang  menyebabkan habitat manusia terbagi menjadi dua kawasan yaitu perkotaan dan perdesaan. Kawasan Perdesaan (rural) adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan Perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 

kota dan desa perwujudan dari habitat manusia

Dibandingkan keduanya, Kawasan Perkotaan merupakan habitat manusia yang paling dinamis mengalami perubahan.  Kota merupakan pusat pemukiman, simbol peradaban, dan sekaligus perekonomian. Saat ini, negara-negara di seluruh dunia mengalami pola yang sama; masyarakat berbondong-bondong ke daerah perkotaan untuk mencari mata pencaharian yang berbeda dan standar hidup yang lebih sejahtera. Berfungsi sebagai pusat ekonomi, kota terus tumbuh dan beradaptasi, namun terkadang kurangnya perencanaan dan sumber daya yang memadai menyebabkan masalah besar. 

Pemukiman kumuh, sulitnya akses rumah yang layak dan terjangkau, tunawisma, pengangguran, kriminalitas, polusi dan pencemaran lingkungan, krisis iklim (kota menghasilkan sekitar 70% emisi karbon), banjir, sanitasi rendah, endemi penyakit, tingginya kesenjangan dan segregasi sosial, rentan terhadap bencana, serta maraknya gentrifikasi dan konflik pertanahan menjadi tanda-tanda bahwa habitat manusia tengah mengalami gangguan yang serius.  

Guna mengantisipasi hal tersebut dan menyelamatkan kualitas generasi manusia dimasa depan, Badan Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) melalui resolusi majelis umum PBB No. 40/202 tanggal 17 Desember 1985, menetapkan setiap hari senin pertama di bulan Oktober setiap tahunnya sebagai Peringatan Hari Habitat Sedunia (World Habitat Day).  

Peringatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya menjaga, dan melestarikan pemukiman, khususnya di kawasan perkotaan, dengan pertimbangan bahwa:

  1. Membangun rumah sama dengan membangun kehidupan; Tempat tinggal yang layak dapat menghilangkan hambatan menuju kesuksesan dan peluang yang mungkin sudah lama tidak ada dalam sebuah keluarga.
  2. Hak untuk berlindung: Pesan yang sangat penting bahwa setiap orang di seluruh dunia berhak untuk tinggal di rumah yang layak.
  3. Pembangunan pemukiman harus pula fokus bagaimana menciptakan kehidupan yang berkelanjutan.  Pembangunan pemukiman tidak hanya fokus pada membangun tempat hunian, infrastruktur dan utilitas yang mengakomodir arus urbanisasi, namun juga mempertimbangkan dampak lingkungan yang diakibatkannya, agar pemukiman menjadi tempat yang lebih baik bagi warga masa depan.

Berbeda dengan peringatan hari-hari besar lainnya, hari habitat sedunia tidak berdasarkan tanggal dan bulan tertentu, sehingga jadwal peringatannya walaupun pada bulan yang sama (oktober) namun akan berbeda tanggalnya disetiap tahunnya. 

Peringatan Hari Habitat Sedunia, pertama kali dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 Oktober 1986, di Kota Nairobi, Negara Kenya, dengan tema “Shelter is My Right” (rumah adalah hak saya). Peringatan Hari Habitat Sedunia tahun 2023, jatuh pada hari Senin, tanggal 2 Oktober 2023, yang dipusatkan di Kota Baku, Negara Azerbaijan, dengan mengusung tema: “Resilient urban economies. Cities as drivers of growth and recovery", (Perekonomian perkotaan yang berketahanan. Kota sebagai pendorong pertumbuhan dan pemulihan), diharapkan dengan tema ini, dapat mendorong banyak negara untuk:

  1. Memahami berbagai dimensi perlambatan ekonomi yang dialami kota-kota saat ini dan mengidentifikasi tindakan-tindakan yang dapat diambil oleh kota-kota untuk mendorong pemulihan ekonomi, serta peningkatan derajat hidup masyarakat yang terpinggirkan dan tertinggal.
  2. Berbagi pengalaman antar kota mengenai bagaimana mereka memposisikan diri untuk mengatasi tekanan inflasi dan kondisi keuangan global yang ketat lainnya. Tahun 2023 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi Perekonomian Perkotaan. Pertumbuhan ekonomi global sendiri sedang menurun menjadi sekitar 2,5% dan, terlepas dari krisis awal COVID-19 pada tahun 2020 dan krisis keuangan global pada tahun 2009, ini merupakan pertumbuhan terlemah yang dialami sejak tahun 2001 (WEO oleh IMF) 
  3. Kampanye Kota Berkelanjutan. Kota memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Masa depan banyak negara akan ditentukan oleh produktivitas wilayah perkotaannya. Kota adalah mesin yang menciptakan nilai yang mendorong pemulihan ekonomi. Untuk itu diperlukan kota-kota yang dapat menyerap, memulihkan, dan bersiap menghadapi guncangan ekonomi di masa depan yang dikemas dalam kerangka pemulihan ramah lingkungan (green recovery). Ada 3 model yang akan diperbantukan, yaitu: Fasilitas Investasi Kota (CIF), Fasilitas Jaminan UN-Habitat/UNCDF untuk Kota Berkelanjutan, dan Analisis Cepat Pendapatan Asli Daerah (ROSRA).
  4. Meningkatkan kesadaran negara-negara untuk memperhatikan tempat hunian yang layak, berkeadilan, dan terjangkau bagi masyarakatnya. Masih banyak dijumpai lapisan masyarakat yang tinggal di rumah-rumah yang tidak layak dan berada dilingkungan yang kumuh. Biasanya mereka menempati daerah-daerah yang suram yang berada di pinggiran kota, seperti sempadan sungai, sekitar pasar dan terminal. 
  5. Melakukan pembangunan yang merata, seimbang, yang disesuaikan dengan fungsi keruangannya sebagai kawasan perkotaan ataupun sebagai kawasan perdesaan, sehingga terjadi pemerataan penduduk, kemudahan dalam mendapatkan akses pelayanan dasar pemukiman, dan penyerapan tenaga kerja.  
Kota Baku, Azerbaijan, lokasi pusat peringatan
Hari Habitat Sedunia Tahun 2023 (sumber: www.un.org)

Ternyata Indonesia pernah loh menjadi tuan rumah peringatan Hari Habitat Sedunia, tepatnya pada tanggal 6 Oktober 2020 yang dipusatkan di Kota Surabaya, walaupun ditengah pandemi Covid19, acara yang mengusung tema “Pemukiman untuk Semua: Masa depan Perkotaan yang lebih baik”, sukses diselenggarakan.  Tema ini diambil adalah untuk mensikapi pandemi covid 19 yang melanda dunia, dimana penerapan “lockdown” sebagai upaya pencegahannya memberikan konsekuensi diperlukannya  perlindungan yang cukup didalam rumah, serta fasilitas sanitasi yang memadai saat pandemi, karenanya rumah yang layak dan ketersediaan air yang memadai sangat dibutuhkan dalam kondisi tersebut.

Puncak acara dan juga yang menjadi daya tarik dari perayaan Hari Habitat Sedunia, adalah pemberian penghargaan bergengsi “Scroll of Honour Award” oleh UN-Habitat/UNCDF PBB  kepada lembaga-lembaga diberbagai negara yang telah berkontribusi nyata dan luar biasa terhadap pembangunan dan pelayanan perkotaan yang berkualitas dan berkelanjutan. Penghargaan  “Scroll of Honour Award” adalah salah satu penghargaan pemukiman manusia yang paling bergengsi, yang diluncurkan sejak tahun 1989.  

Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk pengakuan dan apresiasi atas inisiatif, inovasi, dan praktik luar biasa di bidang pemukiman, penyediaan perumahan, pemberdayaan masyarakat miskin atau pengungsi akibat konflik, dan berbagai kontribusi  lainnya terhadap peningkatan kualitas kehidupan perkotaan.  

Penghargaan “Scroll of Honour Award” untuk tahun 2023 diberikan kepada 5 negara, yukk kita simak negara mana saja dan bidang apa saja?  Siapa tau dapat menjadi inspirasi dan inovasi untuk diterapkan di kota kita. 

  1. Program EcoVironment di Sierra Leone (Republik Sierra Leone):  Mengatasi masalah kritis polusi plastik dan dampak buruknya terhadap lingkungan perkotaan sekaligus mendukung ketahanan dan pemulihan ekonomi melalui pengembangan ekonomi sirkular.  Program Ecovironment berkontribusi dalam mengurangi polusi plastik, dengan target mendaur ulang satu juta ton sampah plastik dan menciptakan 2.000 lapangan kerja ramah lingkungan bagi kaum muda dan perempuan kurang mampu. Program ini efektif mengatasi masalah pengangguran kaum muda, dan mendorong inklusi sosial.  
  2. “Assembleia de Moradores” Kota Braga (Portugal): Kebijakan ini berhasil menciptakan solusi pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan bagi seluruh penduduk di Kota Braga. "Assembleia de Moradores” didirikan pada bulan Desember 2021 dan melalui aksi pemberdayaan selama tahun 2022, berhasil menghasilkan rancangan program kota Braga,  yang diberi nama “Viva o Bairro”, yang merupakan model pemerintahan partisipatif yang terdiri dari pengembangan aksi mandiri oleh masyarakat sipil di Lingkungan Sosial Braga, dan  sekaligus memperkuat kohesi sosio-teritorial kota Braga. Dengan memberikan kepercayaan yang kuat akan meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menyelesaikan sendiri permasalahan yang menyangkut kualitas lingkungan pemukiman, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, serta menurunkan tingkat kriminalitas dan konflik sosial.
  3. Gerakan FICA (Fundo Imobiliário Comunitário para Aluguel), São Paulo (Brasil): Gerakan untuk memerangi spekulasi perumahan dan gentrifikasi di wilayah pusat tiga kota besar di Brasil.   FICA adalah organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 2015 di São Paulo, Brasil. FICA menggalang dana dan membeli properti di pusat kota São Paulo dan menyewakannya dengan harga yang terjangkau. Misinya yang unik sebagai tuan tanah sosial yang dermawan, guna melawan spekulasi dan gentrifikasi. FICA adalah asosiasi berbadan hukum, dijalankan oleh dewan direksi, dengan 150 sponsor, 23 investor, dan 4 lembaga pemberi dana. FICA juga mengandalkan jaringan mitra yang luas, seperti relawan, gerakan sosial, organisasi nirlaba lainnya, pembuat kebijakan publik, universitas, dan swasta. Gentrifikasi adalah migrasi penduduk kelas ekonomi menengah ke wilayah kota yang buruk keadaannya atau yang baru saja diperbarui dan dipermodern. Istilah ini muncul pertama kali pada tahun 1964 dan dicetuskan oleh Ruth Glass, seorang ahli perkotaan.  Gentrifikasi memiliki kesamaan dengan konsep kolonialisme. Fenomena ini tidak hanya merampas kekuatan yang ada pada masyarakat lokal dan melemahkan kondisi ekonomi mereka, namun gentrifikasi juga menimbulkan adanya ketidakseimbangan kondisi sosial dan bersifat rasial.  Gentrifikasi urban sering menyebabkan adanya segregasi masyarakat (pengelompokan homogenitas masyarakat berdasarkan kelas ekonomi dan etnis tertentu) dan memicu proses transformasi kelas sosial, serta konflik. 
  4. Program Dubai Municipality di Kota Dubai (Uni Emirat Arab):  Menetapkan dan melaksanakan Program Daur Ulang Limbah Lemak (Fat), Minyak (Oil) dan Gemuk (Grease) (FOG) untuk menangani bahan limbah dari industri perhotelan. Kota Dubai merupakan salah satu kota tujuan wisata dunia, yang memiliki lebih dari 8000 hotel, restoran serta industri pengolahan makanan.  Permasalahan yang muncul adalah limbah makanan yang berupa limbah FOG yang menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pipa buangan rumah tangga, dan  saluran air (drainase), serta pencemaran pada sungai.  Untuk mengatasi masalah ini, Kota Dubai dan kelompok Al Serkal mendirikan fasilitas daur ulang limbah FOG pada tahun 2008-2009 yang berasal dari hotel, restoran, dan industri pengolahan makanan. Program ini berhasil menjaga kelestarian lingkungan hidup kota, mendorong ekonomi sirkular,  menumbuhkan kesadaran masyarakat,  dan menyerap tenaga kerja.
  5. Program “Fundación Pro Empleo Productivo A,C.”, Kota Mexico, (Meksiko): Pengembangan program pelatihan yang mendorong penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas ekonomi perkotaan.  “Fundación Pro Empleo” lahir sebagai respons terhadap pengangguran dan ketidakstabilan yang dipicu oleh krisis ekonomi tahun 1994 di Meksiko.  Melalui program pelatihan dan konsultasi, mereka mempromosikan kegiatan ekonomi seperti penciptaan lapangan kerja, kewirausahaan, formalisasi, dan pertumbuhan usaha mikro. Pro Empleo, di Meksiko, merupakan referensi dalam mempromosikan budaya kewirausahaan sebagai cara hidup yang bermartabat dan diinginkan yang memungkinkan orang untuk mengakui dan menggunakan hak asasi mereka untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. Pro Empleo dilakukan dengan metode pemberdayaan masyarakat untuk membangun memotivasi, kepemimpinan dan kewirausahaan. 

Baca Juga: Lampung Barat sebagai Kabupaten Konservasi, dari Konsep hingga Komitmen

Berbagai strategi dan rencana aksi yang telah dilakukan oleh banyak negara guna menjamin keberlangsungan pemukiman perkotaannya dapat lestari dan berkelanjutan. Lantas apa yang sudah kita lakukan terhadap kualitas dan masa depan tempat tinggal kita? 

"Tindakan lokal sangatlah penting, dan kerja sama global sangat diperlukan. Mari kita berjanji untuk membangun pemukiman yang inklusif, aman, berketahanan, dan berkelanjutan untuk semua orang, di mana pun"  - Antonio Guterres (2023)

Seperti di Kota Liwa ini yang dijuluki sebagai kota budaya, kota berbunga, dan negeri diatas awan.. Sudahkah kita berupaya secara nyata mewujudkan apa yang menjadi motto dan slogannya itu?, dan membangun perilaku yang positip agar menjadi kebanggaan dan teladan bagi anak cucu kita kedepannya.   

Selamat HUT Lampung Barat ke-32, pada tanggal 24 September 2023, semoga Allah SWT menjaga negeri ini dari bencana, dan menjadikannya negeri yang tetap Subur, Sejahtera, dan Sentosa... 


Salam Lestari


Referensi:

  • Adhe Junaedy, 30 September 2023, "2 Oktober Hari Habitat Sedunia, Begini Sejarah dan Tujuannya" (link: https://www.detik.com/sumut/berita/d-6956241/2-oktober-hari-habitat-sedunia-begini-sejarah-dan-tujuannya)
  • https://www.un.org/en/observances/habitat-day
  • https://www.theschoolrun.com/homework-help/human-habitats
  • https://www.sciencedirect.com/topics/social-sciences/human-habitat
  • https://media.un.org/en/asset/k1r/k1rftq4bze
  • https://urbanoctober.unhabitat.org/whd

Senin, 22 Mei 2023

Memahami Tema Hari Keanekaragaman Hayati Internasional tahun 2023: “From Agreement to Action: Build Back Biodiversity”


Setiap tahun pada tanggal 22 Mei, negara-negara di dunia memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional atau International Day For Biodiversity.   Apa yang dimaksud dengan Keanekaragaman Hayati dan mengapa begitu penting sehingga menjadi perhatian dunia? yuk disimak ulasan berikut.

Apa itu Keanekaragaman Hayati ?

Keanekaragaman hayati atau Biodiversity yang kemudian di Indonesia sering disingkat dengan “KEHATI” dalam rumusan Konvensi Biodiversity PBB tahun 1992 dinyatakan sebagai variability atau  keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies dan ekosistem. 

Para ahli Biologi menjelaskan bahwa biodiversity merupakan ukuran variasi keseluruhan gen, spesies, dan ekosistem di suatu wilayah yang berperan penting dalam mendukung keseimbangan sistem kehidupan di bumi.  Diperkirakan sekitar 1 triliun spesies flora, fauna maupun mikro organisme yang menghuni planet Bumi, dan hanya seperseribu dari satu persen diantaranya yang telah dideskripsikan (staff, 2016 - wikipedia).  

Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa, merupakan negara tropis yang dianugerahi dengan keanekaragaman  sumber daya genetik, spesies dan ekosistem yang tinggi bahkan diantaranya memiliki karakteristik tertentu (endemik) yang berbeda dengan ekosistem lainnya.   

Berdasarkan Global Biodiversity Index (GBI) 2022, Indonesia menempati urutan kedua dunia dengan tingkat Keanekaragaman Hayati terbesar, dengan nilai GBI sebesar 418,78. Urutan pertama ditempati oleh Brazil dengan nilai GBI sebesar 512,34, dan urutan ketiga diduduki oleh Columbia dengan nilai GBI sebesar 369,76. 

Indonesia memiliki sebanyak 1,723 jenis burung, 282 jenis amfibi, 4,813 jenis ikan, 729 jenis mamalia, 773 jenis reptil, dan 19,232 jenis tanaman vaskular. 

Potensi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin beragam dan kompleks, yang dikenal dengan istilah bioprospeksiBioprospeksi atau bioprospecting merupakan akronim dari biodiversity prospecting (pencarian keanekaragaman hayati), yang diartikan sebagai upaya penelusuran sistematik, penelitian mendalam, dan penerapan teknologi terhadap keanekaragaman hayati yang berguna bagi kemaslahatan umat manusia, seperti bahan baku obat-obatan, sumber pangan, energi, serat, kosmetik, sumber genetik, dan kombinasi untuk pengembangan material organik baru.

Berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memicu terjadinya dampak perubahan iklim dan pemanasan global, serta menyebabkan sekitar 25% spesies tumbuhan dan hewan terancam kepunahan (IPBES, 2019).   Diperkirakan saat ini terdapat 191 spesies mamalia, 33 spesies burung, 33 spesies amphibi, 30 spesies reptil, 231 spesies ikan, 63 spesies moluska, dan 26 spesies kupu-kupu yang terancam keberadaannya di Indonesia. Termasuk tujuh spesies lebah madu dunia yang ditemukan Indonesia, dua jenis di antaranya endemik dengan status terancam punah (Rosichon, LIPI 2020).

Untuk itu diperlukan upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari dengan berbagai bentuk pengalokasian ruang, dan pembiayaan yang efektif untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumber daya hayati termasuk transfer pengetahuan dan teknologi bagi kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Pengelolaan KEHATI menjadi parameter penting bagi suksesnya penyelenggaraan pembangunan berkelanjutan.

Sejarah, Tema dan Pengarusutamaan

Indonesia menjadi negara ke-8 dari 157 negara yang menandatangani konvensi keanekaragaman hayati yang dirumuskan oleh UNCED pada tanggal 5 Juni 1992 saat Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang ke-20 dan juga bertepatan dengan Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro - Brazil.  Konvensi keanekaragaman hayati adalah perjanjian antar bangsa untuk menangani masalah-masalah global, khususnya yang berkenaan dengan pengelolaan keanekaragaman hayati menuju kelestarian pemanfaatannya.  Menindaklanjuti komitmen KEHATI Internasional ini, Indonesia meratifikasi konvensi PBB tersebut kedalam UU No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati).  

Sebelumnya antara tahun 1994 – 2000, Hari Kehati Internasional dilaksanakan setiap tanggal 29 Desember, tanggal dimana mulai diberlakukannya Konvensi KEHATI hasil KTT Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1993.  Kemudian sejak tahun 2000, Hari Keanekaragaman Hayati mengalami perubahan menjadi tanggal 22 Mei, hingga saat ini. Perubahan tanggal tersebut guna memperingati kembali adopsi konvensi biodiversity yang diselenggarakan di Nairobi, Kenya pada tanggal 20-22 Mei 1992.   

Landscape KEHATI di Lampung Barat

Setiap tahun, peringatan keanekaragaman hayati selalu mengusung tema-tema spesifik dan berbeda yang ditentukan oleh sekretariat PBB. Tema Hari Keanekaragaman Hayati Internasional tahun 2023 adalah “From Agreement to Action: Build Back Biodiversity” atau “Dari Persetujuan ke Tindakan: Bangun Kembali Keanekaragaman Hayati”.  

Tujuan umum peringatan hari Kehati adalah untuk meningkatkan kesadaran dan menumbuhkan kecintaan terhadap keanekaragaman hayati, sedangkan tujuan secara khusus adalah mengajak para pihak mengurangi laju hilangnya keanekaragaman hayati, memulihkan ekosistem, serta pengakuan hak masyarakat adat, sebagaimana tertuang dalam adopsi Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework (KM – GBF), hasil kesepakatan 188 negara dalam Konferensi Para Pihak ke-15 (Conference of the Parties) Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention of Biological Diversity) atau yang dikenal dengan COP-15 CBD di Montreal, Kanada pada tanggal 7 - 19 Desember 2022.

GBF terdiri dari empat tujuan global yang menjadi elemen kunci kerangka kerja global keanekaragaman hayati 2050, yaitu:  

  1. Melindungi alam, termasuk menghentikan kepunahan spesies terancam akibat ulah manusia dan mengurangi tingkat kepunahan semua spesies sepuluh kali lipat pada tahun 2050; 
  2. Pemanfaatan dan pengelolaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan untuk memastikan bahwa kontribusi alam bagi manusia dihargai, dipertahankan, dan ditingkatkan; 
  3. Akses sumber daya genetik dan pembagian keuntungan yang berkeadilan (Access and Benefit Sharing/ABS),  
  4. Implementasi Digital Sequencing Information (DSI) terkait dengan keanekaragaman hayati yang dapat diakses oleh semua Pihak, khususnya Negara Terbelakang dan Negara Berkembang.

Empat tujuan Global Biodiversity Framework dijabarkan kedalam 23 target pencapaian pada 2030. Target tersebut dikelompokkan dalam tiga isu besar, yaitu: 

  1. Pengurangan resiko ancaman terhadap kepunahan KEHATI (8 target),  
  2. Pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pemanfaatan berkelanjutan dan pembagian manfaat (5 target), dan 
  3. Mendukung implementasi dan pengarusutamaan KEHATI (10 target).  Pengarusutamaan keanekaragaman hayati adalah mengintegrasikan atau memasukkan tindakan konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan pada setiap tahapan kebijakan, rencana, implementasi program dan siklus kegiatan dari setiap pemangku kepentingan (stakeholder). 

Beberapa target penting dan ambisius dari 23 target GBF yang diadopsi oleh banyak negara berkembang termasuk di Indonesia untuk pencapaian hingga 2030, sebagaimana dirangkum dalam situs www.dcceew.gov.au, sebagai berikut:

  1. Memastikan setidaknya 30 persen kawasan ekosistem terestrial, perairan pedalaman, dan pesisir dan laut yang terdegradasi berada di bawah pemulihan yang efektif (Target 2)
  2. Memastikan setidaknya 30 persen daratan, perairan pedalaman, dan wilayah pesisir dan laut dilestarikan dan dikelola secara efektif (Target 3)
  3. Mengurangi tingkat introduksi dan pembentukan spesies asing invasif lain yang diketahui atau potensial setidaknya 50 persen, pada tahun 2030 (Target 6)
  4. Mengurangi risiko polusi dan dampak polusi dari semua sumber untuk mencegah dampak berbahaya terhadap keanekaragaman hayati (Target 7)
  5. Meminimalkan dampak perubahan iklim dan pengasaman laut terhadap keanekaragaman hayati (Target 8)
  6. Mengarusutamakan keanekaragaman hayati ke dalam pengambilan keputusan lintas pemerintah dan bisnis (Target 14 dan 15) 

Pelestarian keanekaragaman hayati telah menjadi perhatian di tingkat nasional, dengan terbitnya Instruksi Presiden No. 1 tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2023, memberikan 9 langkah pengarusutamaan keanekaragaman hayati dalam pembangunan berkelanjutan,  yaitu: 

  1. Menetapkan kebijakan sektor untuk rnengarusutamakan pelestarian keanekaragaman hayati dalam pembangunan berkelanjutan.
  2. Memastikan adanya keseimbangan penggunaan ruang untuk tujuan pembangunan ekonomi dan konservasi keanekaragaman hayati dalam setiap kebijakan sektor.
  3. Mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing kementerian/lembaga dan pemerirrtah daerah secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk mendukung peran keanekaragaman hayati dalam pembangunan berkelanjutan.
  4. Menyusun strategi dan perencanaan pembangunan sektor dan daerah dengan mempertimbangkan potensi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan yang menjamin keseimbangan antara konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, untuk menghasilkan berbagai produk bernilai ekonomi tinggi, strategis, dan memberikan keunggulan kompetitif.
  5. Melakukan eksplorasi dan pemanfaatan secara lestari dalam rangka bioprospeksi.
  6. Menerapkan prinsip adanya pembagian keuntungan yang adil dan merata atas pemanfaatan keanekaragaman hayati.
  7. Menerapkan pembangunan rendah karbon dalam sektor kehutanan, kelautan, pertanian, industri, dan energi.
  8. Melakukan fungsi pengawasan dan pengendalian sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam pengarusutamaan pelestarian keanekaragaman hayati.
  9. Melakukan fungsi penegakan hukum dalam rangka perlindungan keanekaragaman hayati.

Tingkatan Keanekaragaman Hayati

Menyadur dari gramedia.com. Keanekaragaman hayati meliputi organisme tingkat rendah hingga organisme tingkat yang tinggi yang mencakup variasi dari tingkatan gen, spesies, hingga ekosistem, masing-masing dijelaskan sebagai berikut:  

1. Tingkat Gen

Fenotipa mahluk hidup ditentukan dari faktor genetik dan faktor lingkungannya.  Gen sendiri merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang dapat dijumpai di dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberi penampakan (fenotip), baik anatomi ataupun fisiologi, pada setiap organisme. Bila susunannya berbeda, maka penampakannya pun akan berbeda pada satu sifat atau bahkan secara keseluruhan.  Keanekaragaman tingkat gen adalah variasi gen atau struktur gen dalam suatu spesies makhluk hidup.

Biasanya, keanekaragaman hayati tingkat gen disebut sebagai varietas dan plasmanutfah.  Varietas dapat didefinisikan sebagai sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies tanaman yang memiliki karakteristik tertentu seperti bentuk, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, dan biji yang dapat membedakan dari jenis atau spesies tanaman lain, dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.  Plasmanutfah adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme. 

Plasma nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga karena dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau direkayasa melalui persilangan atau hibridisasi antar organisme, agar tercipta suatu jenis hayati atau kultivar baru yang memiliki sifat unggul.  

Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada tumbuhan:

  • Padi (Oryza sativa) dengan varietas padi rojolele, padi ciherang, padi ciliwung, dan lain-lain
  • Kopi robusta (Coffea canephora) dengan klon lokal Lampung Barat antara lain: Tugu Kuning (Korolla 1), Tugu Hijau (Korolla 2), Lengkong (Korolla 3) dan Bodong Jaya (Korolla 4).

2. Tingkat Spesies 

Keanekaragaman tingkat spesies dapat ditemukan pada komunitas atau kelompok berbagai spesies makhluk hidup dalam genus atau famili yang sama di suatu habitat. Keanekaragaman tingkat spesies yang tinggi pada umumnya dijumpai pada ekosistem hutan.

Keragaman spesies flora di Lampung Barat

  • Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada tumbuhan: Famili Dipterocarpaceae atau yang dikenal dengan kelompok jenis meranti-merantian, merupakan vegetasi yang menjadi penciri dari ekosistem hutan hujan tropis di Indonesia. Famili Dipterocarpaceae memiliki 13 genus dan 470 spesies, 9 genus diantaranya terdapat di Indonesia, yaitu Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Vatica, Cotylelobium, Parashorea, Anisoptera, dan Upuna. 
  • Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada hewan dari genus Felis, diantaranya kucing leopard (Felis bengalensis), kucing rumahan (Felis silvestris), dan kucing hutan (Felis chaus). 

Baca Juga : Mengenal satwa dilindungi dan berkonflik di Lampung Barat

3. Tingkat Ekosistem

Keanekaragaman ekosistem terjadi akibat adanya perbedaan letak dan kondisi geografis yang menyebabkan perbedaan iklim, dan kondisi geologis, perbedaan tersebut menyebabkan flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan bervariasi pula sebagai akibat dari proses evolusi dan adaptasi terhadap kondisi habitatnya. 

Evolusi adalah perubahan yang terjadi dalam waktu lama yang akan membentuk makhluk hidup berbeda dengan asalnya sehingga menimbulkan spesies baru, sedangkan adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berbeda dan akan menghasilkan makhluk hidup yang berbeda pula.

Keragaman ekosistem di  danau Ranau Kab. Lampung Barat

Berdasarkan hasil inventarisasi dan penamaan pulau oleh Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, tahun 2010, Indonesia terdiri atas lebih dari 13.487 pulau. Pulau yang satu dan yang lain dipisahkan oleh lautan sehingga membuahkan 47 ekosistem yang sangat berbeda, memiliki 450 spesies terumbu karang dari 700 spesies dunia.

Salah satu contoh keanekaragaman hayati di tingkat ekosistem adalah ekosistem hutan hujan tropis yang ditumbuhi beragam pohon yang didominasi dari famili Dipterocarpaceae, liana, dan epifit. Hewan yang hidup di dalamnya misalnya gajah, badak, harimau, tapir dan sebagainya.  UNESCO pada tahun 2004 telah menetapkan tiga Taman Nasional (TN) di Sumatera sebagai warisan dunia ekosistem hutan hujan tropis sumatera, yaitu TN Leuser, TN Kerinci, dan TN Bukit Barisan Selatan. 

Manfaat Keanekaragaman Hayati 

Biodiversitas atau keanekaragaman hayati di bumi memiliki manfaat yang vital bagi berlanjutnya hidup seluruh makhluk. Keragaman hewan dan tumbuhan serta organisme di bumi memenuhi segala macam kebutuhan yang diperlukan bagi keberlangsungan hidup manusia. Berbagai bidang manfaat keanekaragaman hayati yang perlu diketahui: 

Baca Juga: Bernilai Sedekah, inilah 10 Manfaat Menanam Pohon


1. BIDANG PANGAN, SANDANG, DAN PAPAN

Keanekaragaman hayati memiliki manfaat langsung sebagai penyedia kebutuhan pokok manusia berupa pangan, sandang, dan papan. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang berkaitan dengan makanan dan minuman. Sandang merupakan kebutuhan pokok manusia berupa pakaian. Papan merupakan kebutuhan pokok manusia yang berkaitan dengan tempat tinggal.

Berdasarkan hasil penelitian, Indonesia memiliki ratusan jenis tanaman penghasil bahan pangan seperti sayur dan buah. Tercatat 400 spesies penghasil buah dan 370 spesies penghasil sayuran serta 55 penghasil rempah dan yang lainnya. Tercatat pula bahwa di Indonesia tumbuh 70 jenis spesies penghasil umbi, yang berpotensi sebagai sumber karbohidrat. 

Beberapa jenis tanaman dan hewan, yang dapat diolah menghasilkan produk pangan, sandang dan papan antara lain: 

  • Hewan sebagai sumber pangan (protein), seperti sapi, kerbau, kambing, domba, rusa, kelinci, beberapa jenis unggas seperti ayam, itik, dan bebek, serta hewan-hewan lain seperti ikan, udang, kerang, kepiting serta rajungan.
  • Sumber vitamin, seperti tanaman yang kaya vitamin A (alpukat, belimbing, mangga dan wortel), tanaman yang kaya vitamin B (kulit ari beras, jagung dan kedelai). Tanaman yang kaya vitamin C (jambu monyet, jambu biji, dan pepaya).
  • Berbagai pohon penghasil kayu untuk konstruksi bangunan, perabotan, dan perkakas, seperti jati, meranti, keruing, kamper dan sengon.
  • Penghasil serat untuk pakaian, seperti kapas (Gossypium hirsutum), ulat sutera (Bombyx mori), kulit hewan, benang wol dan sebagainya. 

2. BIDANG EKOLOGI

Manfaat tidak langsung dari keanekaragaman hayati adalah peranan ekologis yang terjadi dalam suatu ekosistem, dimana prosesnya menghasilkan produk berupa jasa ekosistem atau jasa lingkungan hidup. Manfaat jasa ekosistem yang penting adalah sebagai paru-paru bumi, menjaga kestabilan iklim global, mempertahankan suhu dan ke lembaban udara, siklus hara dan air, dimana prosesnya disebut sebagai Sistem Penyangga Kehidupan.   Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur hayati dan non hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk (UU 5 tahun 1990).

Dalam Peraturan Pemerintah RI No.: 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan Jasa Lingkungan Hidup adalah "Manfaat dari ekosistem dan lingkungan hidup bagi manusia dan keberlangsungan kehidupan yang mencakup: Penyediaan sumber daya alam, Pengaturan alam dan lingkungan hidup, Penyokong proses alam, dan Pelestarian nilai budaya."

Baca Juga: Wana Wisata dan Kebangkitan Ekonomi Hijau


3. BIDANG FARMASI DAN KOSMETIK

Di Indonesia diperkirakan tumbuhan yang dapat dijadikan bahan baku obat-obatan  sebanyak 940 jenis spesies dan 250 spesies diantaranya telah dikomersilkan sebagai obat herbal.  Obat-obatan tradisional yang memanfaatkan unsur hayati merupakan manfaat etnobotani dari keanekaragaman hayati  yang menjadi kearifan lokal masyarakat Indonesia.  Beberapa produk yang dikenal adalah jamu. 

Aneka tumbuhan yang biasa dipakai untuk obat yaitu pohon kina dengan fungsi sebagai obat penyakit malaria karena kandungan alkaloidnya. Selain itu ada pula buah mengkudu yang memiliki peran penurun tekanan darah yang tinggi. Contoh lain yaitu madu yang dipercaya akan meningkatkan daya tahan tubuh siapa pun yang meminumnya.

Baca Juga: Mengenal Trigona spp - "si Lebah tanpa sengat" 


4. BIDANG ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Berdasarkan Pusat Penelitian Biomaterial LIPI (2019), dari 1,5 juta – 3 juta Fungi (Cendawan) yang ada di Dunia, sekitar 86.000 spesies atau 1,9% spesies dijumpai di Indonesia, dimana baru sekitar 2.273 spesies diantaranya  yang telah terdeskripsikan. Masih banyak sumber daya hayati yang belum diketahui klasifikasi, deskripsinya dan kebermanfaatnya, hal ini membuka peluang untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka bioprospeksi.

Salah satu contoh bioprospeksi fungi adalah White Root Fungi (WRF) yang tengah dikembangkan untuk mendukung teknologi bioproduk pengendalian pencemaran lingkungan. WRF memiliki kemampuan mendegradasi lignin, mendegradasi pewarna pada limbah tekstil, dan mampu mendegradasi minyak mentah sehingga dapat mengatasi tumpahan atau cemaran minyak di laut. 

Baca Juga: Mengenal PGPR – Teknologi pertanian ramah lingkungan


Upaya Pelestarian Hayati

Keanekaragaman hayati memiliki peran penting atau esensial guna menjamin sistem penyangga kehidupan berlangsung secara seimbang dan teratur.  Dampak penting dari terganggunya kondisi keanekaragaman hayati adalah perubahan iklim yang memberikan ancaman terhadap  keberlangsungan hidup manusia di permukaan bumi, seperti bencana banjir, kekeringan, gagal panen dan kelaparan, kebakaran hutan dan lahan,  wabah penyakit, dan menurunnya angka harapan hidup manusia.  

Untuk itu keberadaan dan jumlah sumber daya hayati harus tetap dijaga kelestariannya. Upaya pelestarian sebenarnya dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun ada dua metode yang kerap digunakan yakni metode insitu dan metode eksitu

A) METODE INSITU  

Metode Insitu adalah sebuah upaya pelestarian dari keanekaragaman hayati, yang dilakukan pada tempat atau habitat dimana flora dan fauna itu berada. Metode ini, memberikan perlindungan pada kawasan yang dianggap memiliki ekosistem unik atau flora dan fauna yang terancam punah. 

Biasanya dilakukan dengan membangun atau menetapkan kawasan pelestarian alam yang terdapat secara eksisting, seperti Suaka Marga Satwa, Cagar Alam, Hutan Suaka Alam, Hutan Lindung dan Kawasan berfungsi lindung setempat,  Cagar Biosfer, Cagar Geologi (Geopark), Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Kawasan Konservasi Laut dan Perairan Darat, Hutan Adat.

B) METODE EKSITU

Metode Eksitu adalah metode pelestarian dari keanekaragaman hayati yang dilakukan menggunakan cara pengambilan fauna serta flora dari wilayah aslinya atau dikenal sebagai upaya penangkaran. Bertujuan sebagai konservasi, perlindungan, dan pengembangbiakan di luar habitat asalnya. Metode ini dilakukan ketika ekosistem dimana flora dan fauna tersebut tinggal sudah hancur total maupun rusak, sehingga membutuhkan waktu agar dapat ditempati kembali. 

Pengelola konservasi hayati eksitu dilakukan oleh "Lembaga Konservasi" yang dapat berasal dari lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Tujuan lembaga konservasi yaitu pengembangbiakan terkontrol dan penyelamatan tumbuhan serta satwa dengan mempertahankan kemurnian jenisnya. Lembaga konservasi juga berfungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan, penitipan sementara, sumber indukan, dan cadangan genetik untuk mendukung populasi di habitat aslinya, sarana rekreasi yang sehat, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi, dikelompokan menjadi dua, yaitu untuk kepentingan umum dan khusus. Lembaga konservasi untuk kepentingan umum terdiri atas: Kebun binatang, Taman safari, Taman satwa, Taman satwa khusus, Museum zoologi, Kebun Botani, Herbarium.  Lembaga konservasi untuk kepentingan khusus adalah lembaga yang fokus pada fungsi penyelamatan atau rehabilitasi satwa, seperti  Pusat penyelamatan satwa, Pusat latihan satwa khusus, Pusat rehabilitasi satwa. 

Contoh metode eksitu lainnya antara lain: Kebun Raya, Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik seperti Taman Hutan Kota, Taman Kota, Taman Kehati.

Optimalisasi Pekarangan untuk Pelestarian KEHATI

Baca Juga: Strategi Konservasi: mengatasi Bencana Ekologis

Metode diatas, adalah kegiatan yang dilakukan dengan mempertahankan dan menyiapkan kawasan pelestarian minimal 30%, lantas upaya apa saja yang dapat kita  perbuat sebagai bentuk kepedulian diri terhadap pelestarian kehati, beberapa saran yang dapat dilakukan sebagai berikut: 

  • Mengoptimalkan lahan yang dimiliki seperti pekarangan rumah, kebun dan ladang sebagai “benefit sharing” keanekaragaman hayati, yang berperan pula sebagai Ruang Terbuka Hijau private yang memiliki fungsi ekologis.
  • Meningkatkan produktivitas lahan budidaya dengan pengolahan lahan yang responsif terhadap pelestarian keanekaragaman hayati, seperti metode konservasi tanah dan air melalui pendekatan vegetatif antara lain teknik permakultur, aquacultur, vertikultur, forest garden, agroforestry, silvopasteur, silvofisheries, pertanian organik, dan sebagainya
  • Penghematan penggunaan energi listrik, sumber daya air, dan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil
  • Melakukan pemilahan sampah dan pengelolaan timbulan sampah rumah tangga dengan prinsip-prinsip 3R yang bermanfaat bagi kesejahteraan dan lingkungan.
  • Keberminatan pada kewirausahaan ramah lingkungan atau ecoenterpreneurship, seperti produk-produk ramah lingkungan (ecofriendly), penerapan eco office, sistem pertanian terpadu, bank sampah, dan sebagainya.
  • Jika kita termasuk komunitas pencinta flora dan fauna, baiknya tingkatkan menjadi komunitas hijau yang memiliki kepedulian dan kepekaan yang tinggi terhadap pelestarian KEHATI dengan melakukan edukasi, pengawasan, advokasi, dan pembinaan, seperti pengawasan dan pengendalian flora dan fauna yang berpotensi invasif, melaporkan adanya perdagangan flora dan fauna yang dilindungi, menjaga kesehatan flora dan fauna yang dimiliki, melakukan restocking, pelepas liar, atau pengkayaan jenis vegetasi endemik. 
  • Jangan meninggalkan Sampah Makanan (Food waste), khususnya pada kawasan pelestarian alam, baik Insitu maupun Eksitu. 
  • Menghormati hak-hak adat dan pengetahuan dan kearifan lokal (local wisdom), seperti eksistensi  hutan adat, norma adat, etnobotani tanaman obat dan sebagainya.
  • Mendonasikan pendapatan atau pengalokasian anggaran,  atau dana CSR untuk mendukung program dan kegiatan pelestarian Keanekaragaman Hayati atau mitigasi perubahan iklim. 
  • Tidak melakukan aktivitas budidaya yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan, serta penangkapan atau perburuan flora dan fauna yang dilarang secara undang-undang.
  • Tinggalkan gaya hidup Sedentary dan Hedonis
  • Mendukung dan mengembangkan Investasi Hijau bukan Kapitalisasi Hijau.
  • Menumbuhkan semangat volunteer dan kerelawanan dalam pelestarian Kehati, misalnya dengan membentuk Keluarga Peduli Lingkungan.
  • Tidak melakukan konversi ekosistem hutan menjadi kawasan budidaya atau areal penggunaan lain yang tidak ramah lingkungan. 
  • Berkontribusi dalam menyusun Tata Ruang Desa, peraturan desa, dan rencana pembangunan desa yang adaptif terhadap pelestarian kehati dan responsif terhadap mitigasi perubahan iklim. 

Ancaman pengurangan, kelangkaan, dan kepunahan keanekaragaman hayati dipastikan dapat menimbulkan terganggunya keseimbangan ekosistem dan sistem kehidupan biosfer serta proses evolusi, yang pada gilirannya akan mengganggu berlangsungnya kehidupan manusia. Karenanya Kita wajib melindungi dan menjaga Bumi beserta keanekaragaman hayati yang terkandung didalamnya, agar kualitas hidup manusia tetap terpelihara dari generasi ke generasi secara baik dan berkelanjutan.

Selamat Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, semoga bermanfaat ya

"Keanekaragaman hayati memperkuat ekosistem, meningkatkan ketahanannya terhadap peristiwa iklim ekstrem, dan meningkatkan kapasitasnya untuk membendung perubahan iklim." (Oswald Schmitz, 2023). 

--- Salam Lestari ---


Referensi:

  • UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI KEANEKARAGAMAN HAYATI)
  • Keanekaragaman Hayati: Pengertian, Tingkatan, Manfaat & Pelestariannya (Link: https://www.gramedia.com/literasi/keanekaragaman-hayati/)
  • SIARAN PERS Nomor: SP. 088 /HUMAS/PPIP/HMS.3/03/2023 (link: http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/7092/membumikan-kunming-montreal-global-biodiversity-framework-untuk-keanekaragaman-hayati-indonesia)
  • Apa Saja Hasil COP15 Montreal? (link: https://www.forestdigest.com/detail/2123/hasil-cop15)
  • A New Global Biodiversity Framework: Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework (Link: https://www.dcceew.gov.au/environment/biodiversity/international/un-convention-biological-diversity/global-biodiversity-framework)
  • Hari Keanekaragaman Hayati Internasional – 22 Mei (link: https://rimbakita.com/hari-keanekaragaman-hayati-internasional/)

Minggu, 30 April 2023

Memperingati Hari Bumi Sedunia Tahun 2023, Apa kontribusi kita untuk menjaga dan merawat Bumi?

sumber: earthreminder.com

“Bumi makin panas” sepenggal kalimat yang acap kali terdengar, mendeskripsikan kondisi cuaca yang dirasakan sebulan terakhir ini. Padahal kami berdomisili di daerah yang boleh dikatakan terdingin di Propinsi Lampung. Cuaca yang panas, membuat suasana menjadi tidak nyaman, gampang emosi dan tempramental (stress), dan membuat malas beraktivitas.  Ancaman terbesar dari cuaca panas adalah kekeringan yang beresiko terjadinya paceklik, inflasi, wabah penyakit, dan kebakaran lahan dan hutan.   Ada apa ya dengan bumi ini? 

Munculnya kekuatiran akan masa depan planet bumi yang kemudian diikuti dengan berbagai kampanye dan aksi kepedulian penyelamatan dari kerusakan, berlangsung sudah sejak lama. Adalah seorang Senator dari Wisconsin, Amerika Serikat bernama Gaylord Nelson, yang pertama kali memulai menyelenggarakan Hari Bumi pada tanggal 22 April 1970. Nelson terinspirasi setelah menyaksikan kerusakan akibat tumpahan minyak di Santa Barbara, California pada tahun 1969. 

Aksi yang dilakukan oleh Gaylord Nelson menyadarkan manusia akan pentingnya kondisi lingkungan hidup yang lestari. Dia berharap Hari Bumi menjadi cara untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya perlindungan lingkungan.  Lebih dari 20 juta orang di seluruh Amerika Serikat  berpartisipasi dalam Hari Bumi pertama. Hari Bumi dengan cepat menjadi fenomena global, yang terus diperingati pada tanggal 22 April setiap tahunnya.  Tujuan global Hari Bumi sedunia adalah untuk membangkitkan kesadaran terhadap masalah lingkungan yang tengah mengancam kehidupan di bumi dan mempromosikan solusi untuk masa depan yang berkelanjutan.

Tahun 2023 merupakan hari bumi sedunia yang ke-53, yang dirayakan lebih dari 1 milyar manusia di 193 negara di seluruh dunia.  Tema hari bumi tahun 2023 masih melanjutkan tema hari bumi tahun 2022 yaitu “Invest in Our Planet”.  Tema ini bertujuan agar terjalin hubungan kemitraan yang kuat untuk membangun masa depan bumi yang hijau, sejahtera, dan adil, membangun keterlibatan secara nyata dan inovatif antara swasta, pemerintah, dan masyarakat sipil dalam mengatasi krisis iklim, dan mengadopsi prinsip-prinsip ekonomi hijau dalam penyelenggaraan pembangunan berkelanjutan. 

Peringatan Hari Bumi di Indonesia, dibarengi dengan peringatan Hari Idul Fitri, dan peristiwa fenomenal berupa gerhana matahari hybrid pada tanggal 20 April 2023, serta udara panas yang melanda di 32 propinsi di Indonesia.

Berbagai Tema peringatan Hari Bumi Sedunia dari tahun 2005-2022:

  • Tahun 2005: “Healthy Environment for Children” dimaksudkan untuk mengajak masyarakat melestarikan lingkungan untuk generasi yang akan datang.
  • Tahun 2006: “Science and Faith” dimaksudkan bahwa untuk melindungi planet bumi didasari pada kepercayaan akan ilmu pengetahuan.
  • Tahun 2007: “Be Kind to the Earth” dimaksudkan agar pengelolaan sumber daya di bumi dilakukan secara bijaksana dengan prinsip-prinsip kelestarian. 
  • Tahun 2008: “Trees Please”, bertujuan untuk mendorong setiap orang agar melindungi pohon dan hutan.
  • Tahun 2009: “How Do You Get Around”,  berfokus pada cara-cara untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim akibat polusi yang berasal dari sistem transportasi.
  • Tahun 2010: “A Billion Acts of Green”, Upaya kecil dapat membuat perbedaan besar. Mempopulerkan gerakan penanaman pohon.
  • Tahun 2011: “Clear the Air”, gerakan udara bersih melalui pembatasan aktivitas yang berpotensi timbulkan polusi udara.
  • Tahun 2012: “Mobilize the Earth”, bertujuan memobilisasi setiap individu harus terlibat dan dilibatkan dalam menjaga lingkungan.
  • Tahun 2013: “The Face of Climate Change”, menumbuhkan kesadaran masyarakat akan dampak buruk perubahan iklim .
  • Tahun 2014: ”Green Cities”, membangun kawasan perkotaan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. 
  • Tahun 2015: “It’s Our Turn to Lead”, mendorong pemimpin-pemimpin negara untuk berkomitmen dalam merawat bumi tetap lestari.
  • Tahun 2016: “Trees for the Earth”, Menanam lebih banyak pohon untuk mencegah deforestasi adalah salah satu tujuan dari kampanye ini.
  • Tahun 2017: “Environmental & Climate Literacy”. Fokus pada kesadaran akan perubahan iklim
  • Tahun 2018: “End Plastic Pollution”, gerakan untuk membatasi penggunaan plastik.
  • Tahun 2019: “Protect Our Species”, mencegah punahnya spesies flora dan fauna akibat aktivitas manusia.
  • Tahun 2020: “Climate Action”, gerakan aksi mitigasi perubahan iklim.
  • Tahun 2021: “Restore Our Earth”, setiap aspek kehidupan di Bumi saling berhubungan, karenanya selamatkan bumi sama dengan menyelamatkan kehidupan. 
  • Tahun 2022: “Invest in Our Planet”, membangun investasi dan gerakan ekonomi hijau, dengan memperkuat kemitraan multipihak.


Baca Juga:


Bagaimana Cara Terlibat dalam Hari Bumi 2023?

Ada banyak cara untuk merayakan Hari Bumi 2023. Cara paling efektif untuk memulainya adalah dengan mengetahui masalah lingkungan yang sedang kita hadapi, dan solusi apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Berikut ini beberapa upaya untuk menyelamatkan bumi yang dapat dimulai dari diri dan tempat tinggal kita:

  • Menempatkan makna Hari Bumi untuk menumbuhkan empati terhadap lingkungan. Kontribusi kecil bagi bumi sudah cukup untuk membuat perubahan besar, misalnya meletakkan kaleng bekas atau sampah lainnya di tempat sampah. 
  • Menghemat penggunaan air.  Air adalah sumber daya berharga yang telah disediakan oleh bumi, dimana secara persentase ketersediaan air bersih dan air minum menurun setiap tahunnya. 
  • Pengelolaan limbah yang tepat dan menguntungkan. Kompos adalah cara terbaik untuk membuang sampah organik rumah tangga seperti sayuran dan kulit buah, daun, ampas kopi bekas, dan lain sebagainya. 
  • Kurangi Jejak Karbon. Jejak karbon secara sederhana didefinisikan sebagai jumlah karbon dioksida (karbon) yang dikeluarkan oleh tindakan individu, produk, peristiwa, kelompok atau organisasi yang secara langsung atau tidak langsung merugikan bumi kita. Upaya yang dapat dilakukan antara lain mengurangi bahan bakar fosil, mengembangkan green transportation 
  • Menanam pohon. Menanam pohon merupakan solusi untuk mengatasi semua masalah lingkungan seperti erosi, pencemaran, dan keanekaragaman hayati
  • Katakan Tidak pada Plastik. Polusi plastik adalah musuh dan ancaman terbesar bagi bumi. Sampah plastik merupakan sampah non-biodegradable yang membutuhkan waktu ribuan tahun untuk terurai.
  • Aplikasikan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Jika kita mengikuti Tiga R ini dengan benar, kita dapat menyelamatkan bumi kita. Penting untuk mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya yang merusak sumber daya alam kita . Kita harus menggunakan barang-barang yang dapat kita gunakan kembali seperti tas belanja yang terbuat dari kain, bukan plastik. Daur ulang barang sebanyak yang Anda bisa.
  • Jaga Kebersihan Lingkungan. Bumi juga rumah bagi kita, karenanya perlu dijaga kebersihannya. 
  • Penggunaan Energi Baru Terbarukan yang Ramah Lingkungan. Sumber energi konvensional seperti batubara, minyak bumi, gas alam, semakin berkurang jumlahnya, dan hari demi hari, sumber daya alam ini semakin habis. Sumber energi konvensional juga penyumbang meningkatnya emisi gas rumah kaca.
  • Kurangi Penggunaan Kertas. Lebih banyak kertas berarti lebih banyak penebangan pohon . Untuk menghentikan penebangan pohon kita perlu menghentikan atau mengurangi penggunaan kertas yang tidak perlu.
  • Pembangunan berkelanjutan atau pembangunan rendah karbon.  Pembangunan tanpa menguras  dan mengeksploitasi sumber daya alam dikenal sebagai pembangunan berkelanjutan. 
  • Mendidik dan Menyebarkan Kesadaran. Mendidik diri sendiri dan mencoba mendidik orang lain tentang kondisi bumi yang rentan. Jelajahi, pelajari, kumpulkan pengetahuan, dan bagikan dengan dunia.
  • Berdonasi untuk amal. Jika Anda tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan Hari Bumi apa pun , Anda masih dapat menjadi bagian dari acara global tersebut dengan berdonasi ke organisasi yang bekerja untuk konservasi Bumi.
  • Belanja Lokal dan Budidaya Organik. Dengan mendukung petani dan bisnis lokal, kita dapat mengurangi polusi dari transportasi , dan kita juga dapat mengurangi penggunaan pestisida dan bahan kimia berbahaya lainnya.

Pemanasan global, perubahan iklim , polusi udara, polusi air, polusi tanah, dan lain sebagainya adalah beberapa masalah utama yang diderita bumi kita. “Selamatkan Bumi Selamatkan Kehidupan”

--- Salam Lestari ---

Referensi:

Disarikan dari judul “Earth Hour 2023: Theme, Date, Latest Events and Celebrations (link: https://www.earthreminder.com/earth-day-2023-theme-date-events-celebrations/)


Jumat, 24 Maret 2023

Memperingati Hari Hutan, Air, Meteorologi Sedunia tahun 2023, Mewaspadai Ancaman di Masa Depan

Tanggal 21, 22, dan 23 Maret, merupakan hari spesial bagi masyarakat peduli lingkungan di seluruh dunia, karena dengan mengenang ke tiga hari peringatan ini, seolah memberikan petunjuk penting kepada kita, fenomena alam di masa depan yang bakal dihadapi apabila ketiga makna dibalik peringatan ini kita abaikan.  Apa saja hari peringatan dibalik ketiga tanggal tersebut yang patut Sahabat ketahui ? Silahkan disimak ya Sob.

Tanggal 21 Maret : Hari Hutan Internasional (International Day of Forests)

Pada awalnya tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Kehutanan Dunia (World Forestry Day) yang ditetapkan pada saat Konferensi Food and Agriculture Organization (FAO) ke-16 pada tahun 1971.  Kemudian pada tahun 2012,  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui sidang umum yang diselenggarakan pada tanggal 28 November 2012, merubah World Forestry Day menjadi International Day of Forests yang ditetapkan melalui resolusi PBB 67/200. Sejak saat itu, setiap tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Hutan Internasional.

Hutan dan Kesehatan, sumber: JE

Penetapan Hari Hutan Internasional, dilatarbelakangi dengan keberadaan dan kondisi hutan yang semakin berkurang baik luasan maupun fungsinya. PBB mencatat setiap tahunnya sekitar 13 juta hektar area hutan di bumi hilang akibat deforestasi maupun kebakaran.  Deforestasi menyebabkan musnahnya ekosistem yang mengayomi 80% keanekaragaman hayati yang ada didalamnya, dan menyebabkan pula 12-18% emisi karbon dunia tidak terserap. Emisi karbon atau emisi gas rumah kaca menyebabkan terjadinya perubahan iklim, yang memicu munculnya berbagai bencana ekologis seperti banjir dan longsor yang kian marak terjadi.  

Berdasarkan Vademecum Kehutanan tahun 1976, tipe hutan di Indonesia berdasarkan pembentukannya terbagi menjadi formasi Klimatis (terbentuk karena faktor iklim) dan formasi edafis (terbentuk karena faktor tanah).  Tipe hutan yang termasuk formasi klimatis adalah hutan hujan tropis (tropical rain forest), hutan musim (mansoons forest), dan hutan gambut (peat forest).  Tipe hutan yang termasuk formasi edafis, yaitu hutan payau (mangrove forest), hutan rawa (swamp forest), dan hutan pantai (littoral forest).  Masing-masing Tipe Hutan ini memiliki ciri-ciri khas yang ditunjukan dari keunikan jenis vegetasi yang tumbuh didalamnya, seperti: meranti (Shorea spp) di hutan hujan tropis, ramin (Gonystylus bancanus) di hutan gambut,  bakau (Rhizophora spp) di hutan mangrove, dan jati (Tectona grandis) di hutan musim. 

Nah bisa dibayangkan bagaimana dampaknya terhadap iklim dan tanah, jika tipe-tipe hutan ini lenyap dari bumi Indonesia?

Manusia sejak peradaban zaman batu hingga zaman digital tidak terlepas hidupnya dari hutan.  Hutan memiliki manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) bagi kehidupan manusia. Manfaat langsung hutan antara lain penyedia bahan baku berupa kayu dan non kayu bagi kebutuhan hidup manusia seperti sandang, pangan, papan. Sedangkan manfaat tidak langsung antara lain pengawetan plasmanutfah (biodiversity), bank genetik berbagai obat-obatan, menjaga kesuburan lahan, penyedia oksigen dan penyerap emisi karbon, pengaturan siklus hidrologi, dan yang terpenting adalah menjaga temperatur bumi tetap stabil.  

“Hutan dan Kesehatan”, menjadi tema peringatan Hari Hutan Internasional Tahun 2023.  Apa makna tema ini ? Silahkan Sobat renungkan sendiri ya. 

Tanggal 22 Maret : Hari Air Sedunia (World Water Day)

Hari Air Sedunia dimulai pada tahun 1992 saat Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro. Majelis Umum PBB menetapkan resolusi yang menyatakan setiap tanggal 22 Maret sebagai Hari Air Sedunia.  Peringatan pertama Hari Air Sedunia dilakukan setahun kemudian, di tahun 1993. Tujuannya adalah untuk mensikapi berbagai isu seputar penyelenggaraan sumber daya air dan menyadarkan masyarakat dunia akan pentingnya air bersih dan pengelolaan sumber air yang berkelanjutan.

Tema Hari Air Sedunia tahun 2023 adalah “Accelerating Change” yang membahas tentang upaya mempercepat perubahan untuk mengatasi krisis air dan sanitasi serta bagaimana kita mampu melindungi dan memelihara sumber daya air secara lestari. Tujuan utama Hari Air Sedunia saat ini adalah guna mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang ke-6: “Air dan sanitasi untuk semua”.

Legenda burung kolibri untuk Hari Air Sedunia, sumber: Kementerian PUPR, 2023

Bappenas RI memperkirakan bahwa tahun 2045, Indonesia akan mengalami krisis air bersih, sebagai akibat dari perubahan iklim, kerusakan ekosistem hutan dan DAS sebagai catchment area yang tidak mampu diatasi. Diperkirakan proporsi luas wilayah krisis air akan meningkat dari 6 persen pada 2000 menjadi 9,6 persen pada 2045, dan  menurut data BPS (2020), ketersediaan air per kapita per tahun di Indonesia pada 2035 hanya akan tersisa 181.498 meter kubik. Jumlah tersebut berkurang jauh dibanding ketersediaan air per kapita per tahun pada 2010 yang masih berada pada angka 265.420 meter kubik.

Untuk menjaga agar air senantiasa tersedia dengan kuantitas dan kualitas yang memadai, perlu dilakukan upaya konservasi air. Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air, konservasi sumber daya air dapat dilakukan melalui upaya:

  1. Perlindungan dan pelestarian sumber air, terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam dan yang disebabkan oleh tindakan manusia. Contohnya dengan tidak menebang pohon dan melakukan penghijauan di daerah resapan air.
  2. Pengawetan air, bertujuan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan air sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Dilakukan dengan cara menghemat penggunaan air, mengelola air hujan menggunakan kolam tandon, biopori atau sumur resapan.
  3. Pengelolaan kualitas air, dengan cara memperbaiki kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air.
  4. Pengendalian pencemaran air, dilakukan dengan cara mencegah terjadinya pencemaran pada sumber air dan prasarana sumber daya air, yaitu dengan tidak membuang sampah ataupun limbah yang belum diolah ke sumber air.

Air tidak hanya untuk air minum, tapi juga untuk mendukung sektor ekonomi seperti pertanian, perkebunan dan perikanan, lantas masihkah kita tidak peduli dengan kondisi sumber air kita? 

Mari kita wariskan mata air, jangan air mata kepada para generasi penerus kita.

Tanggal 23 Maret: Hari Meteorologi Sedunia (World Meteorological Day)

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk badan meteorologi bernama World Meteorological Organization (WMO) pada tanggal 23 Maret 1950. Tanggal itulah yang kemudian dijadikan sebagai peringatan Hari Meteorologi Sedunia atau World Meteorological Day setiap tahunnya.  WMO merupakan badan khusus PBB yang membidangi masalah cuaca dan iklim, hidrologi, dan ilmu geofisika.  WMO beranggotakan 193 negara.

Meteorologi berasal dari bahasa Yunani “meteoros” yang berarti benda-benda di udara (atmosfer), dan “logos” yang berarti ilmu, Meteorologi kemudian didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang cuaca. Cuaca yaitu keadaan atmosfer dalam jangka waktu tertentu dengan wilayah yang sempit, sedangkan Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca dalam waktu yang lama (sekitar 30 tahun) dan mencakup wilayah yang luas. Unsur-unsur pembentuk cuaca dan iklim adalah suhu, kelembaban, angin, intensitas cahaya matahari, dan curah hujan.

Contoh pernyataan tentang cuaca:  Hari ini Liwa diguyur hujan lebat, cuaca ekstrim diperkirakan akan melanda dibeberapa kecamatan untuk 2 hari kedepan. Contoh pernyataan iklim: Curah hujan di Lampung Barat lebih dari 2.500 mm/tahun, diperkirakan musim kemarau tahun ini lebih panjang dari tahun sebelumnya. 

Hari Meteorologi Sedunia 2023 mengangkat tema “The future of weather, climate, and water across generations”. Tema tersebut dapat diterjemahkan sebagai “masa depan cuaca, iklim, dan air untuk lintas generasi”.  Tujuan dari tema ini adalah guna mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-13 yaitu Penanganan Perubahan Iklim. Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.

Salah satu upaya strategis mengatasi perubahan iklim adalah meningkatkan pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini perubahan ikim (target 13.3.).

Faktor dan Dampak Perubahan Iklim, sumber Ditjen PPI, 2019

Baca Juga:

Peringatan dunia tentang hari Hutan, Air, dan Meteorologi yang berurutan dimulai dari tanggal 21-23 maret, walau berlatar sejarah yang berbeda, tapi seolah menunjukan bahwa hutan, air dan cuaca memiliki satu hubungan linear yang sama, yakni berpengaruh terhadap penghidupan manusia dimasa depan. Menjaga hutan berarti kita menjaga air dan cuaca tetap berjalan secara teratur dan seimbang. 

Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi !’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan’,” (Al-Baqarah ayat 11).

Mungkin masa depan sudah tidak kita rasakan, tapi janganlah generasi masa depan, mengutuk perbuatan kita di masa kini karena keserakahan terhadap alam yang kita perbuat. Tiada hutan, tiada lagi air yang layak, dan tiada lagi keadaan cuaca yang nyaman, jangan tinggalkan bencana untuk anak cucu kita.  

--- Salam Lestari ---


Rabu, 04 Januari 2023

Bernilai Sedekah, inilah 10 Manfaat Menanam Pohon

Setiap tanggal 10 Januari, diperingati sebagai Hari Gerakan Menanam Sejuta Pohon. Di Indonesia, Gerakan ini pertama kalinya dicanangkan oleh Presiden Soeharto, pada tanggal 10 Januari 1993 di Jakarta. Dalam pidatonya, Presiden Soeharto mengajak semua lapisan masyarakat di setiap propinsi agar menanam lebih dari sejuta pohon setiap tahunnya.

Sejarah gerakan menanam pohon, bermula di Nebraska Amerika Serikat pada tanggal 10 April 1872.  Pada mulanya merupakan gerakan komunitas yang kemudian dikukuhkan sebagai program pemerintah Nebraska pada tahun 1874 oleh Gubernur Nebraska bernama Robert W. Furnas, dengan membagikan hadiah kepada masyarakatnya berupa 1 juta pohon guna ditanam pada lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.  Kepeloporan gerakan menanam pohon di Nebraska yang kemudian diikuti oleh banyak negara ini,  tidak terlepas dari peran seorang pencinta alam bernama Julius Sterling Morton dan istrinya yang bernama Caroline Joy French.  Keluarga Morton berasal dari Michigan yang pindah ke Nebraska pada tahun 1854.  Melihat kondisi lingkungan di Nebraska yang gersang, tidak ada pepohonan, dan rawan terpaan angin kencang, timbul kekuatiran Morton, akan masa depan kota Nebraska.  Morton menggagas agar dilakukan gerakan menanam dengan cara menyisihkan waktu sehari untuk diisi dengan kegiatan menanam pohon serentak di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.  Adanya dukungan pemerintah setempat menjadikan Gerakan Morton ini meluas hingga ke distrik lainnya.  Tahun 1882 gerakan menanam pohon menjadi tradisi dan materi pelajaran di sekolah-sekolah Nebraska.  Kepeloporan Morgan telah menyelamatkan kota Nebraska dari kemunduran akibat kondisi lingkungan yang buruk.   Nebraska kemudian dinobatkan sebagai kota kelahiran gerakan menanam dan hari pohon sedunia (the Arbor Day).

RTH Public

Sebenarnya di Nusantara yang mayoritas penduduknya berbudaya pertanian (agriculture), menanam pohon bukanlah sesuatu yang asing, bahkan dibeberapa suku, menanam pohon menjadi bagian dari entitas adat, dan menjadi kearifan lokal yang patut dilestarikan seperti misalnya di daerah Kami di Lampung Barat dikenal dengan budaya “siap kawin, siap tanam.”

Aktivitas menanam pohon dianggap sesuatu yang sepele, tapi sebenarnya memiliki nilai manfaat besar untuk masa depan.  Menanam pohon sama dengan menanam kebaikan, bahkan dalam ajaran agama Islam, menanam pohon merupakan aktivitas mulia yang nilainya setara dengan bersedekah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

“Dari sahabat Anas ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Tiada seorang muslim yang menanam pohon atau menebar bibit tanaman, lalu (hasilnya) dimakan oleh burung atau manusia, melainkan ia akan bernilai sedekah bagi penanamnya,” (HR Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi).

Berikut rangkuman Jejak Erwinanta tentang manfaat Pohon bagi lingkungan dan manusia serta bernilai sedekah bagi yang menanamnya, silahkan disimak ya.

1. Pohon memberikan kesejukan

Pohon memiliki tajuk atau kanopi berbentuk bulat, parabolic, kerucut, atau lonjong.  Tajuk pohon berguna sebagai bidang penyerap sinar ultraviolet untuk proses fotosintetis. Sekitar 50% sinar ultraviolet dapat diserap oleh tajuk pohon, sehingga terjadi perbedaan suhu antara bagian bawah dengan bagian atas tajuk.  Suhu di bawah tajuk lebih sejuk dibandingkan di bagian atasnya.  Perbedaan suhu ini menyebabkan terjadinya sirkulasi udara.  Menanam pohon di sekitar rumah, selain melindungi penghuni rumah dari bahaya sinar ultraviolet, juga memperlancar sirkulasi udara di dalam rumah. Rumah menjadi teduh dan sejuk.  Keberadaan pohon mampu menghemat biaya penggunaan listrik untuk AC sebesar 15-50% pertahun. Bahkan mesin AC akan bekerja lebih efisien apabila terlindungi dari paparan sinar matahari

RTH Publik

2. Pohon meredam polusi suara dan udara

Masyarakat yang hidup di kota, hari-harinya dihadapkan pada kondisi lingkungan yang bising, dan udara yang tercemar  debu dan emisi kendaraan bermotor.  Kebisingan dan udara yang kotor beresiko terhadap kualitas kesehatan dan produktifitas manusia.  Depresi, stress, penyakit jantung, paru-paru, ISPA, kanker, dan kelainan genetik merupakan contoh penyakit yang disebabkan karena kebisingan dan udara yang tercemar.  Pepohonan dapat menjadi benteng hijau guna menyerap kebisingan dan penyaring udara kotor.  Suatu penelitian menunjukan bahwa jalur hijau (greenbelt) di tepian jalan mampu mereduksi kebisingan sebesar 3,7% - 16,04%.  Beberapa jenis pohon seperti  Ganitri (Elaeocarpus sphaericus) mampu menyerap polutan karbon monoksida (CO) sebesar 81.53 % (0.587 ppm).   

3. Pohon menjaga kesehatan mental

Kandungan senyawa klorofil merefleksikan warna hijau pada daun.  Berdasarkan hasil penelitian, warna hijau yang diidentikan dengan sesuatu yang bersifat alam, dianggap memiliki arti keseimbangan dan keharmonisan.  Warna hijau memberi kesan segar (fresh), tenang, dan damai, sehingga cocok sebagai terapi bagi seseorang yang bermasalah secara emosi,  gangguan terhadap hubungan sosial dan keseimbangan pikiran.  Pepohonan dengan warna tajuknya yang hijau dapat meningkatkan fungsi kognitif, mengurangi stres, menyehatkan jantung, bahkan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Seorang anak yang memiliki gejala Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), akan menjadi lebih ringan jika waktunya dihabiskan di alam sekitar pepohonan.

4. Pohon mencegah abrasi, banjir dan longsor

Pohon memiliki desain akar yang khas sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi habitatnya. Ada yang disebut sebagai akar tunjang, akar pasak, akar lutut, akar papan, akar gantung, akar banir, akar pencekik, dan sebagainya.  Berbagai model akar ini, selain untuk mengambil unsur hara tanah, juga sebagai pondasi untuk memperkuat posisi pohon agar tetap tegak, dan tidak gampang rubuh, sekaligus melindungi tempat tumbuhnya dari abrasi, banjir dan longsor.

5. Pohon penyedia kebutuhan pangan dan gizi

Pohon menghasilkan glukosa melalui proses fotosintetis.  Glukosa adalah zat gula yang digunakan oleh pohon untuk mendukung proses pertumbuhan generatif dan juga sumber pangan bagi mahluk hidup lainnya, termasuk manusia.  Disamping itu bunga dari pohon menghasilkan nektar dan pollen, yang menjadi pakan lebah dan baik bagi kesehatan dan gizi manusia.  Tapi harus sobat ingat, tidak semua pohon memiliki daun dan buah yang layak dikonsumsi secara aman oleh manusia. 

6. Pohon sebagai "Apotik Hidup" dan "Biosida Alami"

Setiap pohon menghasilkan zat yang dinamai alelopati sebagai bentuk pertahanan diri dari pesaingnya. Disamping itu pohon memiliki zat hijau daun atau klorofil yang membantu metabolisme dan respirasi tanaman melalui proses yang dinamai fotosintetis. Komposisi dan kandungan zat alelopati dan klorofil ini  dapat diekstrak, dan digunakan untuk menghambat pertumbuhan beberapa organisme yang bersifat patogenic, meningkatkan antibodi, memiliki efek antioksidan, dan detokfikasi.  Beberapa pohon dapat dimanfaatkan sebagai apotik hidup dan biosida yang ramah lingkungan.

RTH public

7. Pohon menjamin ketersediaan air dan kelembaban tanah

Akar tanaman yang menjalar secara vertikal maupun horizontal di lapisan tanah, dan daya hisap akar, dapat meningkatkan kapasitas dan ketersediaan air tanah, dan melindungi tanah dari kehilangan akibat  erosi.  Air dan kelembaban tanah sangat dibutuhkan bagi organisme pengurai dalam proses pembusukan atau dekomposisi yang merupakan tahapan penting dari siklus hara.

8. Pohon  menyerap Karbon  menghasilkan Oksigen

Melalui proses fotosintetic, pohon menyerap CO2 dan H2O dan mengubahnya menjadi energi berupa glukosa dan melepaskan O2 ke udara.  Menurut The global oxygen budget and its future projection, setiap orang dewasa memerlukan 1,17 kg oksigen per hari atau 0,013 gram per detik.  Satu helaan nafas secara normal membutuhkan waktu 16-18 detik, atau setara dengan 0,00081 gram oksigen per satu helaan nafas.

Setiap pohon memiliki kemampuan berbeda-beda dalam memproduksi oksigen dan penyerapan karbon. Contohnya satu pohon sonokeling (Dalbergia latifolia) setinggi 10 meter bisa menghasilkan oksigen 207,33 kilogram per hari, sementara satu pohon akasia menghasilkan oksigen 143,33 kilogram sehari. Dengan demikian, maka satu pohon sonokeling dapat menyuplai oksigen bagi 177-239 orang dewasa perhari  dan pohon akasia berkisar 122-165 orang dewasa perhari.  Pohon Sonokeling mampu menyerap carbon sebanyak 14,04 ton pertahun dan akasia sebesar 25,92 ton per tahun.

Emisi Karbon yang berlebih di udara menyebabkan terjadinya efek gas rumah kaca. Dampak buruknya adalah peningkatan suhu bumi yang menyebabkan naiknya permukaan laut,  perubahan iklim seperti cuaca ekstrim, musim kemarau yang panjang, gelombang udara panas, dan sebagainya.  Nah bisa dihitung berapa manusia yang dirugikan jika satu pohon sonokeling ditebang!

9. Pohon untuk tempat hidup flora dan fauna

Dalam rantai makanan, pohon berperan sebagai produsen atau penyedia energi untuk mahluk hidup lainnya, karenanya dalam satu batang pohon dapat menjadi rumah dari berbagai jenis mahluk hidup, mulai yang mendiami di sekitar akar, batang, maupun di tajuk pohon. Jenis-jenis mahluk hidup yang umum dijumpai pada pohon, antara lain: anggrek, liana, lumut, pakis, burung, primata, serangga, reptil, tupai, jamur, dan sebagainya.

10. Pohon sebagai literasi dan edukasi

Setiap pohon  memiliki syarat tumbuh yang berbeda tergantung darimana ekosistemnya berasal. Pohon bakau tidaklah cocok ditanam di dataran tinggi, begitupula pohon duren tidaklah cocok ditanam sebagai tanaman peneduh tepi jalan.   Semuanya membutuhkan pengetahuan yang dapat dipelajari dan dipraktekkan, mulai dari pengenalan jenis, pembiakan, penanaman, perawatan,  hingga pemanfaatannya.  Bahkan perumusan tujuan,  desain dan perencanaan untuk penanaman pun, tidak terlepas dari ilmu pengetahuan yang mendasarinya.

RTH Publik

Sobat pernah membaca kisah Nabi Nuh dengan mukzizatnya yang dikenal sebagai Bahtera Nabi Nuh? Nah bayangkan jika Allah tidak menciptakan pohon dan tidak membukakan ilmu-Nya tentang manfaat pohon di masa itu? mungkin sekarang kita tidak mengenal ilmu-ilmu tentang botani, biologi, dendrologi, ekologi, silvikultur, konservasi, taksonomi, evolusi, biogeografi, biofisika, bioteknologi, farmasi, genetika, bioinformatika, agronomi, mikologi, paleontologi, mikrobiologi dan morfologi. 😋

Jika ada manfaat lainnya, silahkan sobat tambahkan ya, karena sebenarnya banyak sekali manfaat tanaman baik manfaat yang langsung dirasakan, maupun manfaat tidak langsung.  Baiknya dipahami juga batasan tentang “pohon”, karena tidak semua tanaman adalah pohon.  Nah sobat selamat Hari Menanam Pohon ya, mari kita hijaukan bumi kita agar menjadi rumah tinggal yang nyaman, aman, damai, dan tentram untuk semua mahluk Tuhan.

Salam Sehat, Salam Lestari...


Baca Juga: Hari-Hari Besar Kehutanan dan Lingkungan Hidup


REFERENSI

Tanam Satu Pohon Beri Oksigen Ratusan Orang, Forest Digest, 8 Januari 2021 (https://www.forestdigest.com/detail/942/kebutuhan-oksigen-manusia)

Diperingati Setiap 10 Januari, Inilah Sejarah dan Tujuan serta Link Twibbon Hari Gerakan Satu Juta Pohon (https://kids.grid.id/read/473087096/diperingati-setiap-10-januari-inilah-sejarah-dan-tujuan-serta-link-twibbon-hari-gerakan-satu-juta-pohon?page=all)


Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer