Tampilkan postingan dengan label Budidaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budidaya. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 April 2023

Mengenal PGPR – Teknologi pertanian ramah lingkungan sekaligus menguntungkan secara ekonomi


PGPR merupakan singkatan dari Plant Growth Promoting Rhizobakteri atau diterjemahkan sebagai Rizobakteri Pemacu Tumbuh Tanaman (RPTT). PGPR merupakan bakteri penghuni lapisan tanah (rhizosfer) yang hidup berkoloni dan  berasosiasi pada akar tanaman membentuk hubungan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan) antara bakteri dengan tanaman. 

Rhizosfer merupakan lapisan tanah tipis antara 1-2 mm di sekitar zona perakaran. Lapisan tanah rhizosfer kaya akan nutrisi dan menjadi media untuk pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, sehingga terbentuk pori-pori tanah yang cukup untuk sirkulasi oksigen dan karbondioksida yang dibutuhkan pula bagi bakteri tanah dalam mendukung kehidupannya.  Bakteri tanah (PGPR) memproduksi phytohormon seperti Indol Asam Asetat (IAA), mengurai fosfat (P) dan memfiksasi nitrogen (N), sebagai unsur hara penting bagi pertumbuhan tanaman serta menyehatkan akar tanaman. 

Hampir semua tanaman memiliki asosiasi dengan bakteri tanah di bagian akarnya. Tanaman yang paling mudah diketahui simbiosisnya dengan bakteri adalah tanaman dari famili Leguminosae atau tanaman kacang-kacangan. Pada Leguminosae terdapat bintil-bintil akar yang berisi bakteri Rhizobium. Bakteri tersebut berperan dalam proses penangkapan Nitrogen. 

Tanaman lain yang akarnya berasosiasi dengan PGPR diantaranya adalah akar jagung, padi, gandum, rumput gajah, rumput teki, alang-alang, kelapa, bambu, dan tanaman putri malu.  Jenis bakteri tanah atau PGPR yang dapat berasosiasi dengan akar tanaman sebagian besar merupakan bakteri gram negatif yang bergenus seperti Bacillus sp., Pseudomonas sp., Enterobacter sp., Burkholderia sp., Klebsiella sp., Variovoraz sp., Azospirillum sp., Azotobacteria sp., dan Serratia sp.

Secara garis besar, PGPR memiliki 4 (empat) manfaat utama bagi tanaman, yaitu: 

  1. Sebagai pemacu atau perangsang pertumbuhan (biostimulants) dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai jenis zat pengatur tumbuh (Phytohormon) seperti auksin, sitokinin, giberelin, dan etilen. Phytohormon berfungsi untuk memperbaiki dan merangsang pertumbuhan akar menjadi lebih banyak sehingga memperluas bidang absortif akar dalam menyerap unsur hara, meningkatkan daya berkecambah benih, dan merangsang pembentukan bunga dan buah, serta menghambat produksi etylen (zat yang menyebabkan tanaman cepat tua dan mati).
  2. Sebagai penyedia unsur hara (biofertilizers) dengan mengikat nitrogen (N) dari udara secara asimbiosis dan melarutkan unsur hara fosfat (P) yang terikat dalam tanah, dengan demikian kebutuhan nutrisi tanaman dapat tercukupi, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap stress kekeringan, salinitas tinggi, dan racun-racun logam.  
  3. Sebagai pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT) yang berasal dari tanah (bioprotectans) pertumbuhan penyakit melalui mekanisme: menginduksi resistensi sistemik dari tanaman, memproduksi siderofor yang mengkhelat besi sehingga besi tidak tersedia untuk pathogen, sintesis metabolit yang bersifat anti jamur, seperti antibiotik, enzim yang mendegradasi dinding sel jamur, atau hidrogen sianida yang menekan pertumbuhan jamur pathogen, dan berkompetisi ruang hidup terhadap patogen untuk nutrisi atau tempat di akar. 
  4. PGPR sebagai teknologi pertanian ramah lingkungan. Penerapan PGPR akan mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan kimia (anorganik) seperti pestisida di dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. PGPR merupakan teknologi pengendalian OPT melalui prinsip “Budidaya Tanaman Sehat” secara ekologis dan juga ekonomis (rendah biaya).

Teknik pembuatan PGPR dilakukan dengan tiga tahapan utama, yaitu Tahap Penyiapan Biang, Tahap Penyiapan Inokulan, dan Tahap Fermentasi (Inkubasi).   

A. Penyiapan Biang PGPR 

Foto: Iqbal (2021)
  • Siapkan akar tanaman yang berasosiasi dengan PGPR, seperti akar bambu, akar putri malu, akar rumput gajah, sebanyak ± 500 gram. 
  • Bersihkan tanah yang menempel di perakaran tapi jangan terlalu bersih, setelah bersih dipukul (geprek) dengan bambu sampai memar
  • Masukkan kedalam wadah dan diisi dengan 2 Liter air
  • Tutup rapat dengan plastik hitam dan diikat dengan karet
  • Simpan di tempat sejuk dan jangan dibuka selama 5 -7 hari
  • Biang siap pakai memiliki ciri beraroma masam, warna air keruh, dan berbusa 

B. Penyiapan Media Inokulan PGPR 

Foto: Iqbal (2021)
  • Air bersih atau air masak (steril) yang berasal dari air sumur atau air hujan sebanyak 20 liter
  • Bekatul (dedak) sebanyak 0,5 Kg atau air cucian beras (air leri) sebanyak 1-2 liter (penyedia karbohidrat)
  • 1 ons terasi (berfungsi untuk penyedia protein)
  • 1 sendok makan kapur sirih (berfungsi meningkatkan pH)
  • Molase (tetes tebu) atau gula merah / gula pasir sebanyak 2 ons (berfungsi sebagai energi bagi bakteri untuk memperbanyak dirinya)
  • Bekatul / air leri, terasi dan gula dimasukan ke dalam panci dan tambahkan air (dari air yang 20 liter) sebanyak 4 liter.  Adonan diaduk hingga merata dan dipanaskan hingga mendidih (15-20 menit).
  • Setelah adonan mendidih, diangkat kemudian diamkan sampai mendingin (temperatur adonan sama dengan temperatur udara luar/ruangan)
  • Peras atau saring adonan sehingga menjadi larutan kental dan kemudian masukan ke dalam wadah sisa air yang 20 liter.

Foto: Iqbal (2021)

C. Proses fermentasi (inkubasi) PGPR

Foto: Iqbal (2021)

  • Campurkan biang PGPR (hasil proses A) ke dalam larutan hasil perasan adonan (proses B)
  • Tong atau wadah tempat pencampuran tersebut kemudian ditutup rapat (pastikan tidak ada celah udara, guna menghindari kontaminasi)
  • Diamkan selama 1-2 minggu.
  • Lakukan pengadukan setiap hari (dapat menggunakan aerator) selama 5-7 hari. 
  • Setelah 1-2 minggu larutan siap pakai, yang dicirikan dengan aroma berbau masam.
 
PGPR siap diaplikasikan 

Cara Aplikasi / penggunaan PGPR

PGPR bukanlah pupuk daun, sehingga dalam pengaplikasiannya dilakukan dengan cara disemprotkan atau dikocorkan pada media tanam atau tanah di sekitar tanaman.  Pengaplikasian dianjurkan pada sore hari setelah pukul 15.00 - 17.00 atau pada pagi hari 07.00 -  09.00.

a) Perlakuan pada benih:

  • Terlebih dahulu benih dicuci dengan air bersih yang mengalir, guna membuang sisa-sisa senyawa kimia pestisida sekaligus memisahkan benih yang berkualitas jelek.
  • Larutkan 250 cc PGPR kedalam 20 liter air bersih kemudian benih direndam selama 10 – 12 jam.

b) Perlakuan pada tanaman:                                                                        

  • Tanaman Padi: gunakan PGPR sebanyak 12 ml/liter pada 3 hari sebelum tanam , 15 hst, 30 hst dan 45 hst (hst= hari setelah tanam) dengan cara disemprotkan dengan volume semprot bertekanan rendah (boros/tidak berkabut)
  • Tanam hortikultura: kocorkan PGPR sebanyak 12 ml per liter air setiap 7- 10 hari sekali.
  • Tanam keras: kocorkan PGPR sebanyak 17 ml per liter air setiap 1 bulan sekali.
  • Tanaman semusim: PGPR dibuat dengan konsentrasi 5 ml per liter air dengan volume sebanyak 400-600 ml larutan per tanaman. 
  • Tanaman tahunan, jumlah larutan yang dipergunakan dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman.
  • Tanaman di persemaian: larutkan 250 – 1000 cc  PGPR  kedalam 20 liter air bersih, kemudian siramkan disekitar media persemaian. Lakukan setiap 7- 10 hari sekali. 

Baca juga : 

PGPR mendukung pertanian ramah lingkungan. Pertanian ramah lingkungan adalah usaha pertanian yang bertujuan untuk memperoleh produksi optimal tanpa merusak lingkungan, baik secara fisik, kimia, biologi, maupun ekologi.  Ciri dari pertanian ramah lingkungan adalah adanya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam proses produksinya, antara lain ditandai dengan terpeliharanya keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekologis biota pada permukaan dan lapisan olah tanah, serta bebas cemaran residu kimia, limbah organik dan anorganik yang berbahaya atau mengganggu proses hidupnya tanaman.   

Yuk kita jaga bumi kita dari pencemaran akibat aktivitas pertanian yang tidak ramah lingkungan.    


--- Salam Lestari ---

Referensi:

  1. PGPR: BAKTERI MENGUNTUNGKAN YANG MEMBANTU PENGENDALIAN OPT (Link: https://ditjenbun.pertanian.go.id/pgpr-bakteri-menguntungkan-yang-membantu-pengendalian-opt/)
  2. Muhammad Iqbal, 2021. Prosedur Pembuatan Pemicu Pertumbuhan Tanaman (PGPR), Plant Growth Promoting Rhizobakteri. Modul KKN, P2KPM- LP2M Universitas Mulawarman.  

Kamis, 19 Januari 2023

POC Super, Berbahan Dasar Tempe Busuk

Siapa tidak kenal dengan jenis panganan khas Indonesia yang bernama Tempe?  Panganan legend yang dijuluki sebagai “magic food” oleh masyarakat Eropa ini memiliki cita rasanya yang bikin “ngangenin” dan segudang manfaat yang luar biasa untuk kesehatan dan daya tahan tubuh.  Tempe ternyata sudah populer di Eropa sejak tahun 1946.  Komersialisasi tempe di Amerika, Eropa, dan Jepang dimulai sejak tahun 1983, tapi standardisasi "tempe" baru disetujui pada tanggal 9 Juli 2011 melalui Sidang Codex Alimentarius Commission di Geneva.   Tahun 2012 Badan Standardisasi Nasional (BSN)  menerbitkan standar tempe, dengan nomor SNI 3144:2009-Tempe Kedelai.   Kita patut berbangga hati, memiliki makanan tradisional  berstandar internasional.  Sangat disayangkan bila sebagai orang Indonesia tidak mengenal tempe apalagi  tidak pernah tau nikmatnya makan tempe... 😀  

tempe
Tempe Kedelai
“Tempe” sudah ada sejak abad ke-16.  Sejarah tempe dituliskan dalam “Serat Centhini” yang berbahasa jawa kuno. Serat Centhini menceritakan perjalanan “Cebolang” dari Candi Prambanan menuju Pajang, dan dijamu makan  "brambang jae santen tumpi”  oleh Pangeran Bayat di dusun Tembayat di wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.  Kata “tumpi”  dalam bahasa Jawa Kuno artinya putih, dari kata ini kemudian nama "tempe" menjadi populer.  

Tempe segar memang rasanya lebih enak dan gurih, tapi adakalanya kita tidak sempat mengolah tempe menjadi berbagai menu makanan, dan akhirnya menjadi “tempe busuk” atau tempe semangit (dalam bahasa Jawa) dengan ciri-ciri berwarna putih kelabu hingga kehitaman. Sebenarnya tempe busuk adalah tempe yang mengalami fermentasi lebih lanjut, dan masih layak untuk dikonsumsi. Zat gizi yang terkadung dalam tempe busuk antara lain: aglikon, daidzein, genistem, glisten, vitamin B12, lemak, protein,  dan kalsium yang bermanfaat bagi tubuh kita.  

Namun  ada juga yang tidak menyukai tempe busuk ini, karena aromanya seperti “bau pesing”.  Nah bagi sobat yang gak suka tempe busuk, jangan dibuang ya, karena dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair (POC) yang sangat bermanfaat untuk tanaman kesayangan kita.

Cara Pembuatan

Cara membuat POC berbahan tempe busuk, sangatlah mudah.  Pertama yang perlu disiapkan tentu saja tempe busuk berukuran 5 x 10 cm.  Tempe busuk ini dapat dipotong kecil-kecil ukuran dadu, dilumatkan menggunakan blender atau ditumbuk dengan menggunakan ulekan/cobek.  Siapkan juga air cucian beras (air leri) sebanyak 1,5 liter, air kelapa sebanyak 500 ml, dan air hujan atau air sumur sebanyak 1 liter. Terakhir gula pasir sebanyak 5 sendok makan.

POC Tempe
POC berbahan Tempe, JE 2022

Selanjutnya siapkan jerigen ukuran 3 - 5 liter.  Air cucian beras (air leri),  air kelapa dan air hujan / air sumur, serta gula pasir masukan ke jerigen, kemudian diaduk atau dikocok agar gula melarut. 

Terakhir baru masukan tempe busuk yang sudah dilumatkan atau dipotong-potong tersebut ke dalam jerigen. Tutup jerigen dengan menggunakan penutupnya tapi jangan ditutup secara rapat ya, biarkan ditutup kendor saja.  

Biasanya hingga hari ke-5, produksi gas metan dari hasil proses fermentasi  masih tinggi, dan dapat menyebabkan jerigen meledak akibat tekanan yang ditimbulkan. Dengan dikendorkannya tutup jerigen memberikan celah bagi gas metan dapat keluar dari sela-sela tutup jerigen.  Biarkan kondisi tutup jerigen seperti ini, sampai POC berumur 7 hari, baru kemudian tutup jerigen dikencangkan. Selanjutnya, letakan jerigen pada tempat yang kering, teduh, dan jangan terkena sinar matahari langsung.  Diamkan selama ± 14 hari (2 minggu). 


Simak juga : | Pupuk PSB: Murah, Mudah, Mujarab |

Minggu pertama, sebaiknya dilakukan pemeriksaan.  POC dengan proses fermentasi yang baik,  ditandai dengan permukaannya yang diselimuti oleh lapisan seperti busa atau serabut-serabut halus berwarna putih kekuningan, dan beraroma asam segar seperti bau yakult atau tape.  Jika POC berbau tidak sedap, tambahkan saja gula pasir sebanyak 3-5 sendok makan.  

Hari ke-14 dilakukan pemeriksaan kembali untuk melihat apakah POC yang kita buat berhasil dengan sukses atau mengalami kegagalan.  Tanda POC siap digunakan, dicirikan dengan larutan yang berwarna keruh kekuningan hingga berwarna coklat.  Di permukaan larutan terdapat bercak-bercak berwarna putih kekuningan, dan aroma berbau tape.  Jika larutan berwarna hitam, dan berbau busuk amonia atau berbau seperti got (siring) tandanya POC gagal dan baiknya larutan dibuang dan wadah dibersihkan.

Cara Penggunaan

POC tempe
POC berbahan Tempe, JE 2022

Cara penggunaan POC berbahan Tempe Busuk adalah dengan melarutkan 1 tutup botol jerigen atau ± 5 sendok makan larutan POC kedalam 1 liter air sumur atau air hujan, kemudian disemprotkan pada seluruh bagian tanaman, terutama pada bagian bawah daun yang banyak terdapat stomata.  Penyemprotan dilakukan pada pukul 7 pagi atau pukul 4 sore, karena pada jam-jam tersebut, stomata terbuka secara maksimal.  

Selain disemprotkan pemberian POC ke tanaman, dapat dilakukan dengan pengocoran atau penyiraman pada media sekitar tanaman.  Jika dikocorkan, maka konsentrasi larutan POC ditambah menjadi 2 tutup botol jerigen untuk 1 liter air.  Pemberian POC baik disemprotkan maupun disiram / dikocor, sebaiknya dilakukan sebanyak 2 kali dalam sebulan. 

Setiap POC pasti menghasilkan ampas yang tidak turut hancur, begitu halnya dengan POC berbahan tempe busuk.  Ada dua pemanfaatan residu / ampas, yaitu dimanfaatkan kembali menjadi POC dengan menambahkan air leri, air kelapa, air hujan dan gula pasir, layaknya seperti awal pembuatan POC. Pemanfaatan lainnya dengan menjadikan ampas POC sebagai biang atau starter guna mempercepat proses pembuatan pupuk kompos padat.

Manfaat POC tempe busuk bagi tanaman antara lain: merangsang pertumbuhan akar dan tunas, menjaga bunga dan buah tidak cepat rontok, memperkuat batang dan daya tahan tanaman dari serangan penyakit yang disebabkan jamur, menjaga kelembaban tanah, serta memfiksasi nitrogen di udara agar dapat terserap akar dan daun. 

Nah, ternyata tempe tidak hanya menguntungkan bagi manusia, akan tetapi juga bagi tanaman, dan pembuatan pupuk cairnya pun cukup mudah, bukan? Silahkan dipraktekan ya Sob. Salam Sehat, Salam Lestari.

Happy Gardening


Referensi:

BSN, 2012. Tempe: Persembahan Indonesia untuk Dunia. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.


Minggu, 18 Desember 2022

Pupuk PSB: Murah, Mudah, Mujarab

Pupuk PSB umur 15 hari
Assalamualaikum, Salam Rimba Lestari...


Kali ini Jejak Erwinanta ingin berbagi pengalaman tentang Pupuk PSB, singkatan dari Photosyntetic Bacteria, sesuai dengan namanya dikenal juga sebagai bakteri autotrop, karena kemampuannya berfotosintetis. Di alam bakteri ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri anoxygenic (tidak membutuhkan oksigen) dan oxygenic (membutuhkan oksigen), karenanya bakteri ini ada yang hidup di atas permukaan air, bersimbiosis dengan tanaman, tapi ada pula yang hidupnya di dasar lumpur dengan sedikit cahaya matahari.


Salah satu bakteri fotosintetis yang sering digunakan dalam dunia budidaya pertanian adalah jenis Synechococcus sp dari  kelompok bakteri cyanobacteria, yang memiliki pigmen berwarna merah, ungu, atau hijau, yang lebih dikenal sebagai "Pupuk PSB".

Cara kerja bakteri fotosintetis adalah melakukan penetrasi kedalam jaringan daun dan membantu meningkatkan daya fotosintesis bagi tanaman yang kurang terpapar cahaya matahari,  serta memfiksasi nitrogen bebas di atmosfer yang kemudian diberikan kepada inangnya sebagai nutrisi. Uniknya bakteri ini tidak membutuhkan substrat dari tanaman inangnya, sebagai bentuk imbal jasa, pamrih ataupun kompensasi.  Bakteri ini benar-benar tulus membantu induk semangnya.. so sweat banget ... 😍

Berikut berbagai manfaat dan kegunaan Bakteri Fotosintesis yang Jejak Erwinanta rangkum dari berbagai sumber:

  1. Membantu menstimulasi ketebalan kulit dan batang tanaman menjadi lebih kuat, sehingga tanaman tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
  2. Merangsang pertumbuhan akar menjadi lebih banyak.
  3. Menghemat penggunaan pupuk kimia
  4. Jika dikombinasikan dengan pupuk organik cair hasil fermentasi akan memperkuat kualitas pupuk organik cair tersebut.  
  5. Merangsang pembentukan bunga lebih banyak
  6. Memfiksasi nitrogen dari udara yang berguna bagi tanaman
  7. Membantu proses pelepasan gas hidrogen sulfida di dalam tanah hasil proses dekomposisi bahan organik. 
  8. Mempercepat pertumbuhan tanaman.  Pupuk PSB menghasilkan asam amino, asam nukleat, yang berguna sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT).

Bakteri fotosintetetik dapat diperoleh dari alam dengan cara yang mudah, dan murah.  Bahkan dibeberapa toko online sudah banyak menawarkan produk pupuk PSB dengan harga berkisar antara Rp 6.000,- hingga Rp 46.000,-. Bagi sahabat Erwinanta yang hobi budidaya tanaman hias atau juga yang berprofesi sebagai petani, baiknya belajar dan membuat sendiri pupuk PSB, selain bisa menghemat, juga bisa mengamalkan ilmu dan pengalamannya kepada sesama. Jika begini dijamin bakal dilancarkan rezeki dan menambah keberkahan tuh... aamiin.

Berikut teknik pembuatan pupuk PSB yang Jejak Erwinanta lakukan dan praktekan, silahkan dicontoh dan diaplikasikan oleh sahabat-sahabat ya, jangan lupa sebelum memulai mengucapkan bissmillahirrohmanirrohim, supaya bernilai ibadah.

Bahan yang digunakan:

  1. Telur ayam atau telur bebek sebanyak 1 butir. Telur merupakan bahan utama pembuatan pupuk PSB. Telur menghasilkan asam amino yang diperlukan oleh bakteri fotosintetis untuk berkembang biak.
  2. Micin/MSG merk apa saja ukuran 1 sachet  (19 gram). Micin / MSG sebagai sumber energi bagi bakteri fotosintetik guna memperbanyak dirinya. 
  3. Kecap asin / saos tiram sebanyak 2 sendok makan. Kecap asin / saos tiram menyediakan mineral dan menciptakan kondisi basal yang disukai oleh bakteri fotosintetik untuk lebih aktif.  Kecap asin / saos tiram hanya sifatnya bahan tambahan atau pendukung, jika tidak ada, tidak apa-apa.
  4. Air hujan atau air kolam sebanyak lebih kurang 1 liter, dapat juga menggunakan air sumur, jangan gunakan air yang mengandung kaporit ya, karena kaporit merupakan senyawa yang bersifat disinfektan.
  5. Botol air minum kemasan berbahan plastik ukuran 1,5 liter sebanyak 1 botol atau  ukuran 600 ml sebanyak 2 botol.  Baiknya gunakan botol plastik bekas ya, supaya kita membantu mengurangi sampah plastik.  Ingat pupuk organik ingat semboyan 3R ya Sob, - reuse - reduce - recycle.
  6. EM4 atau effective microorganism sebanyak 4-6 tutup botolnya.  Sebagai biang bakteri EM4 mengandung sekitar 80 jenis microorganisme, terutamanya lima jenis kelompok yang esensial yaitu bakteri Fotosintetik, Lactobacillus sp,  Streptomyces sp, ragi, dan Actinomycetes. 
  7. Jika tidak ada EM 4 dapat pula menggunakan terasi sebanyak 3 sachet (1 sendok), atau bisa menggunakan adukan dari air lumpur kolam.  PSB yang menggunakan terasi biasanya berwarna hijau.  Untuk PSB berbahan baku telur dan terasi Jejak Erwinanta belum pernah mencobanya, yang pernah dan justru bikin ketagihan adalah telur sambal terasinya ... hmm yammy 😂😁.
  8. EM4,  terasi, air lumpur kolam, hanya sebagai biang bakteri atau aktivator saja, guna mempercepat proses, tidak mesti harus tersedia.  Tapi bagi sahabat Erwinanta yang ingin membuat berbagai varian pupuk organik, sebaiknya memiliki EM4, paling tidak cukup sebotol saja yang berwarna orange.
  9. Perlengkapan pendukung lainnya corong, senduk, mangkuk, dan tisu atau kain pembersih, serta gayung.

Cara pembuatan:

  1. Telur, msg, kecap asin/saos tiram diaduk menjadi satu hingga merata, kemudian campurkan EM4 atau terasi diaduk kembali dan biarkan selama 15-30 menit, agar bakteri yang ada dari EM4 atau terasi dapat aktif. Proses ini dilakukan diwadah sendiri menggunakan mangkuk.  
  2. Setelah 15-30 menit, campuran tersebut kemudian dimasukan ke botol bekas air minum kemasan ukuran 1,5 lt, atau yang ukuran 600 ml, dengan menggunakan corong.  Masing-masing botol sebanyak 4-5 sendok makan  atau disesuaikan pembagiannya agar merata disemua botol kemasan. 
  3. Kemudian tambahkan air tampungan hujan atau air kolam sampai volumenya mencapai setengah atau 2/3 dari tinggi botol.  Harus disisakan ruang kosong dalam botol, agar tersedia ruang bagi gas metan hasil fermentasi. Selanjutnya botol kembali ditutup dan di kocok-kocok agar campuran kembali merata.  
  4. Letakan atau gantung botol yg berisi calon PSB tersebut di tempat terbuka yang terkena sinar matahari langsung, biarkan selama 15-30 hari.  Setiap hari tutup botol dibuka sesaat, untuk mengeluarkan gas metan hasil proses fermentasi, guna menghindari botol meledak dan pecah. Kemudian botol diguncang-guncangkan agar endapan tercampur kembali menjadi larutan. Perlakuan ini biasanya berlangsung selama 7 - 14 hari di awal.
  5. Supaya praktis, tidak mesti buka tutup botol tiap hari, caranya adalah dengan melubangi tutup botol dengan jarum, kemudian tutup dengan tisue yang dibasahi, dan dipayungi dengan gelas plastik guna menghindari lalat bertelur pada tutup lubang dan sekitar tisue. 
  6. Setelah 15 hari, larutan akan nampak berubah warna menjadi merah, jingga, merah maron, hijau atau ungu. Biarkan sampai warna air di botol berwarna lebih pekat, sebagai tanda pupuk PSB sudah siap digunakan.
  7. Pupuk PSB memiliki aroma yang kurang sedap, bagi sahabat yang tidak tahan dengan aromanya sebaiknya menggunakan masker. 

Cara pengaplikasian :

  1. Ada 2 cara pengaplikasiannya, yaitu dengan cara dikocorkan dan disemprotkan.   
  2. Jejak Erwinanta merekomendasikan  sebaiknya dilakukan dengan cara disemprot di seluruh batang dan daun tanaman pada pagi hari antara pukul 07.00 - 09.00 WIB.
  3. Diupayakan penyemprotan juga dilakukan pada bagian bawah daun, karena stomata banyak terdapat di bagian bawah daun di bandingkan pada permukaannya. 
  4. Aroma yang tidak sedap dari PSB berguna untuk mengusir beberapa serangga yang menjadi hama tanaman.
  5. Larutan yang digunakan dengan komposisi 1 liter PSB di larutkan dengan 5 liter air untuk sistem dikocor, sedangkan untuk disemprot dengan komposisi 1 liter PSB dilarutkan kedalam  10 liter air.  Diberikan selama seminggu sekali.
  6. Jangan semua PSB dihabiskan untuk pupuk cair ya sob, sisakan seperempat dari botol, sebagai biang untuk pembuatan pupuk PSB selanjutnya, sehingga dapat menjadi pengganti aktivator dan menghemat penggunaan EM4.

Baca juga :  Jangan Sia-siakan Sampahmu , Atasi Genangan dengan Biopori


Pengalaman Jejak Erwinanta menggunakan pupuk PSB racikan sendiri, dengan komposisi 500 ml PSB dilarutkan kedalam 10 liter air dan diberikan dengan cara disemprotkan.  Penggunaannya untuk tanaman anggrek, begonia, dan aglonema yang dilakukan sekali dalam sebulan.  

Nah cukup mudah bukan? ... silahkan dicoba ya... jika berhasil jangan lupa dishare kepada sesama, indahnya berbagi... 


Happy Gardening



Referensi:

  1. Pengaruh Aplikasi Bakteri Fotosintetik Synechococcus sp. Terhadap Laju Fotosintetis Tanaman Kedelai  (https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23230)
  2. Potensi Asosiasi Bakteri Fotosintetik Synechococcus sp. dengan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) (https://jurnal.ikipjember.ac.id/index.php/biocons/article/view/229)
  3. Bakteri Fotosintesis, Penambah Nutrisi Tanaman (http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/80391/Bakteri-Fotosintesis-Penambah-Nutrisi-Tanaman/)


Rabu, 07 Desember 2022

Propagasi Begonia dengan Media Air

Begonia  Keriting

Waduhhhh ... tidaaak ... begoniaku jatuh ... !!! 


Hujan sore ini cukup deras disertai juga dengan tiupan angin dan pot bunga begonia itu jatuh dengan sempurna ...  hiksss 😭😭


Tapi ... jangan sedih dulu sahabat.  Begonia ini tidak akan terbuang sia-sia, kita bisa perbanyak dari daun-daunya yang patah.  Kita akan melakukan perbanyakan (propagasi) tanaman begonia dengan menggunakan media air. Karena sedang musim hujan, mungkin propagasi dengan cara stek daun agak riskan, karena tingkat kelembaban yang tinggi. 


Propagasi dengan media air ini sangat mudah. Kita cukup menyediakan wadah yang berisi air untuk meletakkan potongan-potongan tangkai begonia seperti pada foto. 

Wadah ini diletakkan di tempat yang teduh (tidak terkena paparan sinar matahari langsung). Setelah sekitar 2-3 minggu,  akan tumbuh akar di batang atau tangkai begonia.  

Sahabat sebaiknya melakukan pengecekan air setiap 3 (tiga) hari sekali, untuk memastikan air tidak menjadi sarang nyamuk dan memastikan tangkai daun tidak busuk. Bila terdapat tangkai yang busuk, maka kita potong dan buang bagian tersebut, dan lakukan perendaman kembali pada tangkai yang masih bagus. Untuk kondisi seperti ini, bila akar dirasa sudah cukup banyak, maka kita dapat memindahkan begonia ke pot dengan media tanah. 


Kita juga dapat menunggu tumbuhnya daun - daun baru dalam 1-2 minggu berikutnya, dan baru kemudian memindahkannya ke pot dengan media tanah. ... Sungguh mudah bukan. ...😍


Happy Gardening


Baca Juga: Perbanyak Begonia dengan Cara Stek Daun


Minggu, 04 Desember 2022

Perbanyak Begonia dengan Cara Stek Daun

 
Assalamu'alaikum .... Salam Rimba Lestari

Kesempatan kali ini, Jejak Erwinanta akan berbagi hobi tentang budidaya tanaman hias yang bernama Begonia.  Kami menyukai tanaman hias ini, karena bentuk daunnya yang unik, dan cantik, serta gampang sekali untuk membiakannya. Dibeberapa daerah tanaman ini digunakan sebagai tanaman obat dan bahkan juga dikonsumsi layaknya lalapan.  Tapi kami belum pernah melakukannya, karena sayang dengan daunnya yang cantik bila harus mendekam di dalam perut kami.. hi hi hi ....

Begonia merupakan penamaan umum untuk semua anggota genus tanaman berbunga  dari famili Begoniaceae.  Nama Begonia sendiri diberikan oleh  Charles Plumier seorang ahli Botani Perancis untuk menghormati mantan Gubernur Prancis di Haiti yang bernama Michel Begon.  Begonia merupakan satu dari sepuluh genera angiosperma terbesar, umumnya dijumpai hidup secara terestial dan kadang-kadang efipit, merupakan tanaman herba yang hidup baik dibawah tegakan tanaman (under shrubs) dengan kebutuhan cahaya matahari yang rendah.  Spesies begonia di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 2.000 spesies, tersebar di wilayah beriklim lembab, subtropis dan tropis, mulai dari  Amerika Selatan dan Tengah, Afrika hingga Asia Selatan.  

Indonesia wajib berbangga, karena berhasil menambah spesies Begonia di dunia, yaitu Begonia manuselaensis, yang merupakan spesies endemik yang ada di Taman Nasional Manusela, Pulau Seram. Tumbuhan ini ditemukan oleh peneliti LIPI, yaitu Wisnu H Ardi dan I Made Ardhaka, pada akhir tahun 2015, dan dipublikasikan melalui Jurnal Reinwardtia edisi Juni 2016 (sumber: Wikipedia)

Walaupun begonia hidup di wilayah beriklim lembab, tapi bukan berarti begonia suka dengan lingkungan yang basah.  Media tanam yang terlalu basah (over watering) akan menyebabkan begonia gampang busuk dan menyebabkan kematian.  Masalah lainnya adalah serangan hama tanaman begonia yang lumayan banyak, seperti kutu putih, tungau, thrips, ulat,  dan nematoda.   Pada kesempatan lain Jejak Erwinanta akan memberikan Tips bagaimana mengatasi hama dan perawatan tanaman begonia secara organik, murah dan mudah dikerjakan. 

serangan ulat dan thrips pada daun begonia

Koleksi tanaman begonia kami belumlah banyak, hanya sekitar  20 jenis saja. Jenis-jenis yang kami punya diantaranya begonia escargot, soli mutata, catedral, mansoniana (tapak macan), angel wing, moss carpet/imperialis lemaire, black mamba, viollet, rex merah, dan polgadot.


Koleksi Begonia Erwinanta

Cara kami melakukan pembiakan Begonia adalah dengan teknik vegetatif stek daun, cara ini cukup efektif, mudah, murah, cepat dan tingkat keberhasilan bisa mencapai 80%-90%.   Tapi tidak semua begonia dapat diperbanyak dengan stek daun, begonia yang memiliki batang, seperti begonia polgadot, atau begonia rex merah, kami melakukan perbanyakannya dengan cara stek batang.

Baca juga: Propagasi Begonia dengan Media Air



Langkah-langkah Perbanyak Begonia melalui Stek Daun

  1. Potong daun begonia. Carilah daun begonia yang sudah dewasa.  Biasanya yang kami lakukan adalah dengan memanfaatkan daun begonia yang sebagian sisi daunnya termakan ulat, daripada dibuang kan lebih baik ditanam lagi... he he he. Sebenarnya stek daun begonia bisa juga dilakukan dengan memotong mengikuti tulang daun utamanya, tapi teknik ini jarang kami lakukan karena tingkat kegagalannya tinggi.
  2. Pada tangkai daun sisakan sepanjang 1-2 cm, dan lembaran daun dipangkas dengan menggunakan  gunting untuk mengurangi penguapan. 
  3. Tancapkan daun pada media yang telah disiapkan, untuk menancapkan daun agar hati-hati jangan sampai tangkai daun patah.  Untuk membibitkan ini, kami biasa lakukan dengan teknik tumpang sari pada pot tanaman lain, agar lebih menghemat tempat, memudahkan pengawasan, dan melindungi stek daun dari terkena sinar matahari langsung.  
  4. Jika stek ditempatkan pada media sendiri, letakan pada tempat yang teduh, dan disiram setiap dua hari sekali dengan cara disemprotkan (jangan dikocorkan)
  5. Tanda stek daun berhasil : terlihat warna daun induk masih segar, tangkai daun tidak terlihat hitam membusuk, disekeliling batang daun nampak tumbuh tunas daun.
  6. Setelah jumlah daun dewasa 4-5 daun, begonia siap dipindahkan ke dalam pot. 

Silahkan dicoba. Ohya ... Sahabat Erwinanta dengan cara ini, kami bisa gunakan untuk tukeran koleksi begonia loh.  Semoga bermanfaat dan semoga dari hobi bisa berkembang menjadi usaha yang menguntungkan ya.... aamiiin. ... Tetap jaga kesehatan ya, agar tetap aktif dan produktif.  


Wassalam 

Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer