PGPR merupakan singkatan dari Plant Growth Promoting Rhizobakteri atau diterjemahkan sebagai Rizobakteri Pemacu Tumbuh Tanaman (RPTT). PGPR merupakan bakteri penghuni lapisan tanah (rhizosfer) yang hidup berkoloni dan berasosiasi pada akar tanaman membentuk hubungan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan) antara bakteri dengan tanaman.
Rhizosfer merupakan lapisan tanah tipis antara 1-2 mm di sekitar zona perakaran. Lapisan tanah rhizosfer kaya akan nutrisi dan menjadi media untuk pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, sehingga terbentuk pori-pori tanah yang cukup untuk sirkulasi oksigen dan karbondioksida yang dibutuhkan pula bagi bakteri tanah dalam mendukung kehidupannya. Bakteri tanah (PGPR) memproduksi phytohormon seperti Indol Asam Asetat (IAA), mengurai fosfat (P) dan memfiksasi nitrogen (N), sebagai unsur hara penting bagi pertumbuhan tanaman serta menyehatkan akar tanaman.
Hampir semua tanaman memiliki asosiasi dengan bakteri tanah di bagian akarnya. Tanaman yang paling mudah diketahui simbiosisnya dengan bakteri adalah tanaman dari famili Leguminosae atau tanaman kacang-kacangan. Pada Leguminosae terdapat bintil-bintil akar yang berisi bakteri Rhizobium. Bakteri tersebut berperan dalam proses penangkapan Nitrogen.
Tanaman lain yang akarnya berasosiasi dengan PGPR diantaranya adalah akar jagung, padi, gandum, rumput gajah, rumput teki, alang-alang, kelapa, bambu, dan tanaman putri malu. Jenis bakteri tanah atau PGPR yang dapat berasosiasi dengan akar tanaman sebagian besar merupakan bakteri gram negatif yang bergenus seperti Bacillus sp., Pseudomonas sp., Enterobacter sp., Burkholderia sp., Klebsiella sp., Variovoraz sp., Azospirillum sp., Azotobacteria sp., dan Serratia sp.
Secara garis besar, PGPR memiliki 4 (empat) manfaat utama bagi tanaman, yaitu:
- Sebagai pemacu atau perangsang pertumbuhan (biostimulants) dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai jenis zat pengatur tumbuh (Phytohormon) seperti auksin, sitokinin, giberelin, dan etilen. Phytohormon berfungsi untuk memperbaiki dan merangsang pertumbuhan akar menjadi lebih banyak sehingga memperluas bidang absortif akar dalam menyerap unsur hara, meningkatkan daya berkecambah benih, dan merangsang pembentukan bunga dan buah, serta menghambat produksi etylen (zat yang menyebabkan tanaman cepat tua dan mati).
- Sebagai penyedia unsur hara (biofertilizers) dengan mengikat nitrogen (N) dari udara secara asimbiosis dan melarutkan unsur hara fosfat (P) yang terikat dalam tanah, dengan demikian kebutuhan nutrisi tanaman dapat tercukupi, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap stress kekeringan, salinitas tinggi, dan racun-racun logam.
- Sebagai pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT) yang berasal dari tanah (bioprotectans) pertumbuhan penyakit melalui mekanisme: menginduksi resistensi sistemik dari tanaman, memproduksi siderofor yang mengkhelat besi sehingga besi tidak tersedia untuk pathogen, sintesis metabolit yang bersifat anti jamur, seperti antibiotik, enzim yang mendegradasi dinding sel jamur, atau hidrogen sianida yang menekan pertumbuhan jamur pathogen, dan berkompetisi ruang hidup terhadap patogen untuk nutrisi atau tempat di akar.
- PGPR sebagai teknologi pertanian ramah lingkungan. Penerapan PGPR akan mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan kimia (anorganik) seperti pestisida di dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. PGPR merupakan teknologi pengendalian OPT melalui prinsip “Budidaya Tanaman Sehat” secara ekologis dan juga ekonomis (rendah biaya).
Teknik pembuatan PGPR dilakukan dengan tiga tahapan utama, yaitu Tahap Penyiapan Biang, Tahap Penyiapan Inokulan, dan Tahap Fermentasi (Inkubasi).
A. Penyiapan Biang PGPR
Foto: Iqbal (2021) |
- Siapkan akar tanaman yang berasosiasi dengan PGPR, seperti akar bambu, akar putri malu, akar rumput gajah, sebanyak ± 500 gram.
- Bersihkan tanah yang menempel di perakaran tapi jangan terlalu bersih, setelah bersih dipukul (geprek) dengan bambu sampai memar
- Masukkan kedalam wadah dan diisi dengan 2 Liter air
- Tutup rapat dengan plastik hitam dan diikat dengan karet
- Simpan di tempat sejuk dan jangan dibuka selama 5 -7 hari
- Biang siap pakai memiliki ciri beraroma masam, warna air keruh, dan berbusa
B. Penyiapan Media Inokulan PGPR
Foto: Iqbal (2021) |
- Air bersih atau air masak (steril) yang berasal dari air sumur atau air hujan sebanyak 20 liter
- Bekatul (dedak) sebanyak 0,5 Kg atau air cucian beras (air leri) sebanyak 1-2 liter (penyedia karbohidrat)
- 1 ons terasi (berfungsi untuk penyedia protein)
- 1 sendok makan kapur sirih (berfungsi meningkatkan pH)
- Molase (tetes tebu) atau gula merah / gula pasir sebanyak 2 ons (berfungsi sebagai energi bagi bakteri untuk memperbanyak dirinya)
- Bekatul / air leri, terasi dan gula dimasukan ke dalam panci dan tambahkan air (dari air yang 20 liter) sebanyak 4 liter. Adonan diaduk hingga merata dan dipanaskan hingga mendidih (15-20 menit).
- Setelah adonan mendidih, diangkat kemudian diamkan sampai mendingin (temperatur adonan sama dengan temperatur udara luar/ruangan)
- Peras atau saring adonan sehingga menjadi larutan kental dan kemudian masukan ke dalam wadah sisa air yang 20 liter.
Foto: Iqbal (2021) |
C. Proses fermentasi (inkubasi) PGPR
Foto: Iqbal (2021) |
- Campurkan biang PGPR (hasil proses A) ke dalam larutan hasil perasan adonan (proses B)
- Tong atau wadah tempat pencampuran tersebut kemudian ditutup rapat (pastikan tidak ada celah udara, guna menghindari kontaminasi)
- Diamkan selama 1-2 minggu.
- Lakukan pengadukan setiap hari (dapat menggunakan aerator) selama 5-7 hari.
- Setelah 1-2 minggu larutan siap pakai, yang dicirikan dengan aroma berbau masam.
PGPR siap diaplikasikan |
Cara Aplikasi / penggunaan PGPR
PGPR bukanlah pupuk daun, sehingga dalam pengaplikasiannya dilakukan dengan cara disemprotkan atau dikocorkan pada media tanam atau tanah di sekitar tanaman. Pengaplikasian dianjurkan pada sore hari setelah pukul 15.00 - 17.00 atau pada pagi hari 07.00 - 09.00.
a) Perlakuan pada benih:
- Terlebih dahulu benih dicuci dengan air bersih yang mengalir, guna membuang sisa-sisa senyawa kimia pestisida sekaligus memisahkan benih yang berkualitas jelek.
- Larutkan 250 cc PGPR kedalam 20 liter air bersih kemudian benih direndam selama 10 – 12 jam.
b) Perlakuan pada tanaman:
- Tanaman Padi: gunakan PGPR sebanyak 12 ml/liter pada 3 hari sebelum tanam , 15 hst, 30 hst dan 45 hst (hst= hari setelah tanam) dengan cara disemprotkan dengan volume semprot bertekanan rendah (boros/tidak berkabut)
- Tanam hortikultura: kocorkan PGPR sebanyak 12 ml per liter air setiap 7- 10 hari sekali.
- Tanam keras: kocorkan PGPR sebanyak 17 ml per liter air setiap 1 bulan sekali.
- Tanaman semusim: PGPR dibuat dengan konsentrasi 5 ml per liter air dengan volume sebanyak 400-600 ml larutan per tanaman.
- Tanaman tahunan, jumlah larutan yang dipergunakan dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman.
- Tanaman di persemaian: larutkan 250 – 1000 cc PGPR kedalam 20 liter air bersih, kemudian siramkan disekitar media persemaian. Lakukan setiap 7- 10 hari sekali.
PGPR mendukung pertanian ramah lingkungan. Pertanian ramah lingkungan adalah usaha pertanian yang bertujuan untuk memperoleh produksi optimal tanpa merusak lingkungan, baik secara fisik, kimia, biologi, maupun ekologi. Ciri dari pertanian ramah lingkungan adalah adanya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam proses produksinya, antara lain ditandai dengan terpeliharanya keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekologis biota pada permukaan dan lapisan olah tanah, serta bebas cemaran residu kimia, limbah organik dan anorganik yang berbahaya atau mengganggu proses hidupnya tanaman.
Yuk kita jaga bumi kita dari pencemaran akibat aktivitas pertanian yang tidak ramah lingkungan.
Referensi:
- PGPR: BAKTERI MENGUNTUNGKAN YANG MEMBANTU PENGENDALIAN OPT (Link: https://ditjenbun.pertanian.go.id/pgpr-bakteri-menguntungkan-yang-membantu-pengendalian-opt/)
- Muhammad Iqbal, 2021. Prosedur Pembuatan Pemicu Pertumbuhan Tanaman (PGPR), Plant Growth Promoting Rhizobakteri. Modul KKN, P2KPM- LP2M Universitas Mulawarman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar