Ekosistem hutan merupakan tempat tinggal lebih dari 80% fauna di bumi. Salah satu fauna yang memiliki fungsi ekologis penting terhadap pelestarian ekosistem hutan dan sekaligus bernilai manfaat bagi manusia secara langsung adalah serangga yang bernama lebah. Lebah diyakini sebagai salah satu fauna yang dapat dijadikan indikator bahwa kondisi lingkungan hidup di wilayah tersebut masih sangat baik. Lebah membantu proses regenerasi tegakan hutan, melalui proses yang dinamakan penyerbukan, dan madu yang dihasilkannya memiliki nilai gizi penting bagi kesehatan tubuh manusia. Lebah di dunia ini dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu lebah bersengat dan lebah tanpa sengat. Kali ini Jejak Erwinanta akan berbagi informasi tentang lebah tanpa sengat atau dikenal dengan nama lebah trigona atau stingless bee.
A. Jenis-Jenis Lebah Trigona
Lebah trigona yang oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia dikenal dengan nama - kelulut (Melayu), klanceng (Jawa), teuweul (Sunda), gala-gala (Minang), keledan (Lombok), ketape (Sulawesi), kele-kele (Bali), linot (Aceh) - merupakan salah satu serangga eusosial dari famili Apidae yakni serangga penghasil madu dari ordo Hymenoptera yang tidak memiliki sengat (stingless bee). Eusosial adalah perilaku hidup berkelompok atau berkoloni, dengan sistem pembagian kerja atau kasta.
Di dalam satu koloni lebah trigona berisi sekitar 300 – 80.000 lebah, yang terdiri dari satu ratu lebah, ratusan lebah jantan (drone), dan ratusan sampai ribuan lebah pekerja. Ratu berkelamin betina dan fertil. Tugas ratu adalah bertelur dan menjadi pemimpin. Lebah jantan dihasilkan dari telur yang tidak dibuahi. Satu-satunya tugas lebah jantan adalah mengawini ratu. Lebah pekerja merupakan lebah berkelamin betina steril (tidak menghasilkan keturunan). Lebah pekerja memiliki beberapa tugas, seperti membangun dan merawat sarang, menjaga keamanan, dan mengumpulkan pakan. Walaupun tidak memiliki sengat, lebah trigona memiliki rahang tajam (mandibula) yang berfungsi sebagai alat pemotong sekaligus digunakan sebagai alat membela diri.
Dibandingkan dengan lebah bersengat, lebah trigona memiliki ukuran tubuh yang kecil berkisar antara 3-5 mm dengan bentang sayap sekitar 8 mm. Ukurannya yang kecil menyebabkan lebah trigona memiliki radius wilayah jelajah yang relatif pendek, hanya berkisar antara 2 m – 500 m dari sarangnya.
Diperkirakan lebih dari 500 spesies lebah tanpa sengat yang ada di dunia. Tersebar dari kawasan tropis hingga subtropis yang dikelompokan kedalam 4 (empat) ecoregion, yaitu Afrotropical, Neotropical, Indo-Malayan dan Australasian. Indonesia berada dalam regional Indo-Malayan.
Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih kurang 40 jenis lebah tanpa sengat (Trigona spp), yang terbagi kedalam genus: Geniotrigona, Heterotrigona, Lepidotrigona, Sundatrigona dan Tetragonula. Penyebaran trigona di Indonesia meliputi Sumatera (± 31 spesies), Jawa (± 14 spesies), Kalimantan (± 40 spesies), Sulawesi ( ± 6 spesies), Bali dan Nusa Tenggara (± 2 spesies).
Tabel 1. Beberapa jenis lebah Trigona spp
Saat ini jenis-jenis yang banyak dipelihara oleh masyarakat antara lain: Heterotrigona itama, Geniotrigona thoracica, Lepidotrigona terminata, Tetragonula biroi, Trigona drescheri, dan Trigona laeviceps.
B. Habitat dan Aktivitas Lebah Trigona
Habitat alami lebah trigona di Indonesia mulai dari ekosistem mangrove, hutan rawa, hutan gambut, hingga ekosistem hutan hujan dataran rendah, tersebar hingga mencapai ketinggian ± 800 mdpl, dengan kisaran suhu antara 200C - 300C, curah hujan antara 1.500 - 2.000 mm/tahun dan kelembaban udara rata-rata 60-80%.
Lebah Trigona merupakan salah satu jenis serangga yang dapat dijadikan indikator atau penciri bahwa suatu ekosistem hutan memiliki kondisi yang masih terjaga dengan baik. Tak heran jika beternak lebah trigona termasuk katagori investasi hijau, karena yang lebih diutamakan adalah menjamin ketersediaan vegetasi yang menjadi pakan alami dan memelihara kondisi klimatologis lingkungan tempat tinggal lebah trigona.
Di ekosistem hutan mangrove, sarang trigona banyak dijumpai di pohon nyirih (Xylocarpus garantum, Xylocarpus moluccensis), bakau (Rhizophora spp), dan putut (Bruguiera gymnorrhiza), sedangkan pada hutan rawa gambut, lebah trigona banyak bersarang pada pohon dari jenis terentang (Campnosperma auriculatum), jelutung (Dyiera lowii), temasam (Syzygium cerina), gelam (Melaleuca leucadendra). Di ekosistem hutan hujan dataran rendah, sarang lebah trigona banyak dijumpai pada pohon kempas (Koompassia malaccensis), kelat (Syzygium sp), riung (Castanopsis acuminatissima), nyamplung (Calophyllum inophyllum), cempedak (Artocarpus integer), beringin (Ficus sp), dan bambu (Dendrocalamus asper). Nah dari hubungan antara jenis vegetasi dan sarang trigona ini saja, Sobat sudah dapat menilai bagaimana lebah trigona menjadi indikator terhadap kondisi suatu ekosistem hutan.
Aktivitas lebah trigona terbagi menjadi aktivitas di dalam sarang (internal) dan aktivitas di luar sarang (eksternal). Aktivitas dalam sarang sesuai dengan masing-masing strata lebah antara lain:
- Lebah Pekerja: menyiapkan lem lebah (propolis) sebagai bahan baku membangun, memelihara, dan menjaga kebersihan sarang, menyiapkan kantung telur, menyiapkan storage pot (kantung madu dan pollen), bersama lebah jantan menjaga dan melindungi sarang dari predator.
- Lebah Jantan: mengawini ratu, dan melakukan perawatan terhadap telur-telur hingga menjadi imago
- Lebah Ratu: menghasilkan telur, menghasilkan zat veronom sebagai daya tarik bagi lebah jantan dan lebah pekerja. Satu koloni hanya terdiri dari satu lebah ratu.
Aktivitas di luar sarang hanya dilakukan oleh lebah Pekerja. Aktivitas di luar sarang antara lain aktivitas pengumpulan nektar/madu, polen/serbuk sari bunga, dan resin (getah) serta mempertahankan sarang dari ancaman. Aktivitas di luar sarang umumnya dimulai sejak pukul 6 pagi (fajar), hingga pukul 5 sore (menjelang senja). Waktu puncak dengan frekuensi tertinggi keluar masuk sarang terjadi pada pukul 09.00-10.00 pagi, dan pukul 12.00-14.00.
Aktivitas lebah trigona dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor di dalam (internal) koloni dan faktor luar (eksternal) dari lingkungan sekitarnya. Faktor internal berupa tingkat gangguan terhadap kelimpahan koloni lebah, sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh penting adalah iklim dan ketersediaan pakan. Beberapa faktor iklim yang berpengaruh terhadap aktivitas trigona antara lain intensitas cahaya, kelembaban relatif, kecepatan angin, suhu dan intensitas hujan.
Suhu udara yang terlalu rendah (<160C), menyebabkan lebah pekerja mengalami "kekakuan" atau "paralize", dan jika suhu terlalu tinggi (>320C) lebah pekerja lebih banyak tinggal dalam sarangnya dengan menggerakan sayapnya guna mengembalikan suhu normal dalam sarang. Intensitas curah hujan yang tinggi dengan bulan basah yang panjang berpengaruh terhadap rendahnya aktivitas lebah dalam mencari nektar, resin, dan polen. Jika musim hujan tiba, merupakan masa paceklik bagi petani lebah trigona. Untuk mengatasi permasalahan ini, biasanya petani lebah menyiapkan pakan tambahan (pakan subtitusi) guna menghindari "kabur" atau migrasinya koloni lebah trigona.
Di Kabupaten Lampung Barat, terdapat 8 (delapan) kecamatan yang menjadi habitat ideal untuk pengembangan ternak lebah trigona baik melalui pemberdayaan Kemitraan Kehutanan (Hkm dan Kemitraan Konservasi), maupun penguatan rumah tangga dan kelompok usaha desa oleh Pemerinah Daerah, yaitu di Kecamatan Batu Brak, Kecamatan Suoh, Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Kecamatan Pagar Dewa, Kecamatan Sumber Jaya, Gedung Surian, Air Hitam, dan Kecamatan Lumbok Seminung.
C. Struktur Sarang
Susunan dan struktur sarang lebah trigona penting untuk diketahui oleh peternak, karena sangat berpengaruh manakala akan dilakukan pemindahan atau pemecahan (perbanyak) koloni ke sarang buatan (stup) atau manakala peternak akan melakukan pemanenan madu.
Salah menempatkan posisi pot telur, pot madu, dan pot beepollen, akan mengancam produktivitas dan keberlangsungan hidup lebah. Struktur sarang lebah Trigona berbeda dengan sarang lebah madu Apis, dimana dalam sarang Trigona tempat penyimpanan polen dan madu (storage pot) terpisah dengan sel anakan (brood chamber).
Secara umum struktur sarang lebah trigona terdiri dari: 1) hanya ada satu lubang keluar masuk (entrance) yang dilapisi propolis (perekat/lem lebah) yang berbentuk corong dibagian luar, dan seperti cangkang pada bagian dalam lubang, 2) pot beepollen yang berisi tepung sari (pollen), 3) pot telur lebah dewasa (siap menetas), 4) pot telur muda dan pot calon telur, 5) pot nektar (madu).
Untuk mengenal dan membedakan antar jenis trigona, selain ukuran dan warna tubuh (morfologi), dapat pula dilihat dari bentuk corong pada lubang keluar masuk (entrance) dari sarang lebah trigona. Tiap kelompok jenis trigona memiliki bentuk corong yang unik, ada yang berbentuk seperti saluran pipa, corong trompet, dan berbentuk seperti bintang, dan ada pula hanya berupa lapisan berwarna gelap disekitar lubang entrance.
Corong masuk ini terbuat dari propolis yang mengandung veronom, yang berfungsi sebagai alat navigasi (penuntun lokasi) letak sarang atau koloni. Lebah pekerja tidak akan salah masuk sarang, walaupun koloninya memiliki sarang yang saling berdekatan. Bagi peternak keberadaan corong di lubang masuk sarang lebah dapat pula dijadikan indikator kuat lemahnya koloni lebah trigona. Koloni lebah trigona yang sehat dan kuat ditandai dengan bentuk corong yang memiliki warna di ujungnya yang lebih muda, sebagai tanda bahwa lebah pekerja aktif merawat sarangnya, dan corong dijaga oleh lebih dari 3 ekor lebah jantan baik di mulut corong atau di sekitar corong.
berbagai bentuk corong entrance trigona (sumber: Veronika dkk, 2019) |
Sel anakan merupakan tempat ratu bertelur dan tempat anakan berkembang dari fase telur sampai imago. Fase perkembangan lebah Trigona meliputi telur, larva, pupa dan menjadi imago. Storage pot dan brood chamber diperkuat oleh involucrum yang terbuat dari campuran resin atau getah pohon yang dikenal dengan nama propolis (lilin lebah). Sifat lengket yang dimiliki oleh propolis digunakan lebah untuk memperbaiki sarang. Propolis juga digunakan sebagai alat pertahanan dari serangan mikroba dan jamur, karena mengandung senyawa antimikroba. Propolis dapat membunuh semua mikroba yang mengganggu yang masuk ke dalam sarang seperti bakteri, virus, jamur maupun protozoa.
D. Produk Trigona dan Manfaatnya
Umumnya lebah trigona menghasilkan produk berupa madu dan propolis. Setiap koloni trigona menghasilkan 1-2 kg madu pertahun dengan produktivitas rata-rata 100-250 ml/3 bulan/koloni dan rata-rata propolis 2 kg/koloni/tahun. Produksi dan produktivitas madu maupun propolis sangat tergantung dengan ketersediaan vegetasi yang menjadi pakan lebah trigona, serta kualitas koloni lebah.
Madu lebah Trigona berwarna coklat gelap dan rasanya sedikit masam, kecut dan agak pahit, sangat berbeda dengan rasa madu yang berasal dari lebah jenis Apis. Kandungan madu trigona terdiri dari:
- Mengandung propolis dan bee pollen secara alami sebab sarang madu dan kantong bee pollen menyatu di satu tempat.
- Kandungan Vitamin : Thiamin (B1), Riboflavin (B2), (B3), Asam Askorbat (C), (B5), Piridoksin (B6), Niasin, Asam Pantotenat, Biotin, Asamfolat dan vitamin K
- Mineral : Natirum (Na), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Alumunium (A1), Besi (Fe), Fosfor dan Kalium (K), Pottassium, Sodium Klorin, Sulfur.
- Enzim-enzim Utama : Diatase, invertasem glukosa oksidase, fruktosa, peroksidase, lipase juga mengandung sejumlah kecil hormon, tembaga, iodium dan zinc.
- Mencegah Stroke
- Memperlancar peredaran darah
- Meningkatkan hormone
- Memperkuat fungsi otak dan jantung
- Memperbaiki sel tubuh yang rusak
- Recovery tubuh
- Mengendurkan bagian syaraf yang tegang
- Menghilangkan rasa letih
- Meningkatkan kecerdasan anak
- Dapat dikonsumsi bagi penderita diabetes
- Membantu masa penyembuhan pasca operasi
- Mencegah Kanker
Lebah trigona lebih banyak menghasilkan propolis dibandingkan dengan madunya. Sayangnya belum banyak peternak lebah trigona yang mampu mengolah produk propolis, kendala utamanya menyangkut teknologi. Kandungan propolis trigona antara lain berupa resin yang mengandung senyawa flavonoid, asam, dan ester fenol (45 – 55%). Lilin lebah dan plant origin (25 – 35 %). Minyak volatil (10%). Polen yang terdiri dari protein (16 asam amino bebas > 1%), arginine dan proline berjumlah 46% dari total(5%). 14 mineral mikro (Fe dan Zn yang terbanyak), keton, lacton, quinon,steroid, asam benzoat, vitamin, karbohidrat (5%).
Umumnya propolis trigona diolah untuk keperluan obat herbal karena khasiatnya sebagai antibiotik alami, antibakteri, antifungal, antivirus, antioksidan, memperkuat sistem kekebalan tubuh, antiseptik, immunostimulan, antitoksin, berperan sebagai anestetik, dan memperkuat dan mempercepat regenerasi sel.
Allah SWT telah menciptakan lebah dengan berbagai keistimewaan yang tidak hanya bagi alam akan tetapi juga bagi manusia. Tak heran jika dalam kitab suci umat muslim, lebah dijadikan nama salah satu surah dalam Al Quran.
Referensi
- Priawandiputra, Windra, et all, 2020. Daftar Spesies Lebah Tanpa Sengat (Stingless Bees) dan Tumbuhan Pakannya di Lubuk Bintialo dan Pangkalan Bulian, Sumatera Selatan, Laporan ZSL.
- Veronika, Farah, dan Wulandari. 2019. Identifikasi Jenis Lebah Trigona spp. pada Zona Pemanfaatan Hutan Desa Manua Sadap, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Tengkawang Vol.9 (2): 82-91. Universitas Tanjung Pura. Kalimantan Barat
- Spesies Lebah Klanceng (Trigona spp) di Indonesia (link: https://trigonasfarmer.blogspot.com/2012/12/spesies-lebah-klanceng-trigona-spp-di.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar