Rabu, 31 Mei 2023

Saya tidak lagi Budak Cigarette ! Selamat Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023

Hari Tanpa Tembakau Sedunia diperingati pada tanggal 31 Mei setiap tahunnya.  Pada tanggal tersebut, para perokok di seluruh dunia serentak melakukan aksi tidak menghisap rokok selama 24 jam, atau menjadi moment penting untuk mulai berhenti merokok. 

Ada dua tujuan diadakannya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, yaitu untuk menekan atau mengurangi jumlah perokok aktif yang semakin banyak di dunia, dan menumbuhkan kesadaran akan bahaya merokok bagi diri sendiri dan orang sekitarnya. 

Organisasi Kesehatan Dunia – WHO (World Health Organization) - mencatat bahwa setiap tahun industri rokok telah membunuh lebih dari 8 juta nyawa manusia, 600 juta pohon ditebang, mengkonversi 200 ribu hektare lahan hutan, membuang 22 miliar air dan menghasilkan 84 juta ton CO2 di udara. 

Tembakau sebagai bahan utama rokok memiliki 7.000 senyawa kimia yang bersifat adiktif dan karsinogenik yang berbahaya bagi tubuh, seperti menyebabkan kanker paru-paru dan penyakit jantung. Bahkan membakar sebatang rokok dapat menghasilkan sekitar 3-6% karbon monoksida (CO) yang dapat mencemari udara sekitar. 

Sekitar 4,5 triliun filter rokok yang mengandung mikroplastik terbuang mencemari lautan, sungai, trotoar kota, taman, tanah, dan pantai setiap tahunnya. Mikroplastik adalah potongan atau partikel plastik yang memiliki ukuran kurang dari 4,8 milimeter. Mikroplastik yang terdekomposisi dari filter rokok  masuk ke tubuh manusia melalui proses rantai makanan. Dampaknya sangat serius bagi kesehatan, di antaranya terhadap genetika, perkembangan otak, dan pernapasan.

Ironinya biaya membersihkan produk tembakau yang berserakan dibebankan kepada pembayar pajak, bukan industri yang membuatnya. Pemerintah justru mengeluarkan biaya yang cukup besar guna membersihkan limbah rokok setiap tahunnya. Contohnya Cina mengeluarkan biaya sekitar US$ 2,6 miliar,  India sekitar US$ 766 juta, sedangkan Brasil dan Jerman mencapai lebih dari US$ 200 juta, biaya yang dikeluarkan untuk membersihkan limbah rokok setiap tahunnya.

Rokok tidak hanya mengakibatkan kematian bagi perokok aktif, akan tetapi juga bagi perokok pasif. Bahkan kebiasaan merokok menjadi salah satu pintu masuk ketergantungan akan Narkoba dan Minuman Keras, karenanya rokok termasuk golongan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, Alkohol, dan Zat Adiktif). Sebagian besar pecandu rokok disebabkan karena faktor lingkungan atau pergaulan. Berbagai alasan orang untuk merokok seperti penghilang kejenuhan, penghilang stres, meningkatkan konsentrasi, dan merangsang ide-ide kreatif, serta meningkatkan kepercayaan diri.  

Pertimbangan akan bahaya merokok inilah yang kemudian WHO mendeklarasikan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, dengan harapan ada satu hari di dunia ini yang bebas dari pencemaran asap rokok.  Awalnya Hari Tanpa Tembakau Sedunia ditetapkan pada tanggal 7 April 1987, namun atas beberapa pertimbangan dirubah menjadi tanggal 31 Mei 1988.  Hingga sekarang, setiap tanggal 31 Mei diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Hasil survey GATS (Global Adult Tobacco Survey) tahun 2021 menunjukan Negara Indonesia memiliki jumlah perokok laki-laki tertinggi di dunia dan jumlah perokok terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Berdasarkan hasil survey GATS 2021, penggunaan tembakau dengan berbagai bentuk (merokok, tembakau tanpa asap, atau dipanaskan) dilakukan oleh sekitar 34,5% orang dewasa (70,2 juta jiwa), dengan komposisi terbesar adalah  65,5% pria, dan 3,3% wanita.  Hasil survey ini menunjukan fenomena bahwa merokok tidak lagi digandrungi oleh kaum pria namun juga oleh wanita. Hal ini menjadi krusial, karena wanita adalah calon ibu yang akan membentuk generasi penerus bangsa.

Kegiatan kampanye berhenti merokok oleh PKBI Lampung Barat

Temuan lainnya adalah rokok sangat berdampak pada sosial ekonomi masyarakat. Saat ini, pengeluaran belanja rokok pada keluarga miskin jauh lebih besar daripada pengeluaran untuk membeli makanan bergizi. Rata-rata keluarga miskin menghabiskan 11,9% penghasilannya untuk mengkonsumsi rokok. Rokok menjadi nomor dua setelah beras.

Selain itu, penyakit yang dipicu dari mengkonsumsi rokok umumnya merupakan penyakit yang serius dan memerlukan biaya yang sangat tinggi, baik perawatan maupun pengobatannya. Hal ini tentunya menjadi beban tidak hanya perekonomian keluarga akan tetapi beban bagi negara. 

Hal inilah yang mendasari perumusan tema kampanye Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun 2023 yaitu:
'We Need Food, Not Tobacco' (Kita Butuh Makanan, Bukan Tembakau).

Harapannya dengan tema tersebut mendorong dan mengedukasi para petani tembakau untuk lebih menanam tanaman yang sehat, berkelanjutan dan bergizi, sekaligus mengatasi krisis pangan global, deforestasi dan krisis iklim. Oleh karena itu, kampanye ini diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa bukan tembakau yang dibutuhkan masyarakat, tapi pemenuhan pangan yang bergizi. Alokasikan belanja rokok anda, untuk lebih memenuhi ketercukupan pangan keluarga.  

Perlu komitmen bersama lintas program lintas sektor untuk menurunkan jumlah perokok aktif di Indonesia. Mulailah dari komitmen diri sendiri dan keluarga, mari lindungi kesehatan diri dan kesehatan lingkungan dari rokok, asap rokok maupun puntung rokok.

"Merokok tak merokok memang akan mati, tapi harga seseorang ditentukan oleh bagaimana kita memberinya harga pada usia. Di era krisis iklim, menjadi berharga ketika kita tak menambah beban planet ini.  Selamat berhenti merokok di Hari Tanpa Tembakau Sedunia".  (Poernomo Gontha Ridho, 2022).

Investasikan waktu dan uang Anda untuk hal-hal yang membuat Anda bahagia, sehat, dan hidup, akan tetapi tembakau justru menjauhkannya dari diri Anda. Selamat Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023.   

--- Salam Lestari ---


Referensi:

  • Sejarah dan Tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023" (link: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20230530184340-255-955960/sejarah-dan-tema-hari-tanpa-tembakau-sedunia-2023).
  • Mengapa Saya Belum Merokok Lagi (Link: https://www.forestdigest.com/detail/1774/bahaya-rokok)

8 Dampak Kemarau dan Kekeringan yang Wajib Diwaspadai


Indonesia adalah negara tropis yang hanya mengenal dua musim iklim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau.  Menurut informasi dari BMKG, musim kemarau tahun 2023 yang melanda Indonesia akan berlangsung lebih panjang dengan kondisi cuaca yang tidak seperti biasanya, dibandingkan tiga tahun sebelumnya.  Musim kemarau tahun ini diiringi dengan fenomena cuaca panas yang mengancam terjadinya bencana kekeringan. Kondisi cuaca panas perlu diwaspadai oleh pemerintah dan masyarakat,  karena berdampak buruk bagi kesehatan, lingkungan, maupun sektor ekonomi.

Fenomena cuaca panas di musim kemarau tahun ini, menurut Deputi Bidang Klimatologi BMKG, (Dodo Gunawan, 24 April 2023) yang dirangkum dari chanel liputan6.com, disebabkan oleh 5 (lima) faktor, yaitu: 

  1. Dinamika atmosfer yang tidak biasa. Salah satunya berupa fenomena El Nino, yaitu kondisi ketika suhu permukaan laut di kawasan Pasifik menjadi lebih hangat dari biasanya. Hal ini dapat mempengaruhi pergerakan angin dan pola cuaca di Indonesia, sehingga menyebabkan suhu udara yang lebih tinggi dari normal.
  2. Adanya gerak semu matahari. Gerak semu matahari ini menyebabkan terjadinya lonjakan panas di wilayah sub-kontinen Asia Selatan, kawasan Indochina, dan Asia Timur. Gerak semu Matahari merupakan suatu siklus yang biasa terjadi setiap tahunnya yang menandai masuknya musim kemarau.  Gerak semu matahari menyebabkan bentukan awan berkurang, dan meningkatnya suhu harian diatas suhu rata-rata. 
  3. Pemanasan global dan perubahan iklim. Meningkatnya emisi gas rumah kaca menyebabkan naiknya temperatur bumi dan memicu gelombang panas yang semakin sering terjadi. Gelombang panas akan terjadi 30 kali lebih sering akibat krisis iklim yang terjadi saat ini. Menurut World Meteorological Organization (WMO), gelombang panas atau dikenal dengan "Heat Wave" merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut di mana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat Celcius atau lebih.  
  4. Dominasi monsun Australia.  Dominasi monsun Australia yang membuat Indonesia memasuki musim kemarau. Pada musim kemarau, umumnya curah hujan di Indonesia akan menurun drastis dan suhu udara menjadi lebih tinggi.  Jumlah Zona Musim (ZOM) di Indonesia sebanyak 699 ZOM, dimana sekitar 430 ZOM (61,52%) memasuki awal musim kemarau pada kisaran bulan April – Juni 2023.  Puncak Musim Kemarau 2023 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2023 sebanyak 507 ZOM (72.53%).
  5. Intensitas maksimum radiasi matahari. Pada saat cuaca cerah, sinar matahari akan langsung masuk ke bumi dan memanaskan permukaannya. Hal ini menyebabkan suhu udara di Indonesia menjadi lebih tinggi dan dapat memicu terjadinya cuaca panas yang berkepanjangan. Untuk lokasi dengan kondisi cuaca cerah-berawan pada pagi sampai dengan siang hari dapat berpotensi menyebabkan indeks UV (ultraviolet) pada kategori “Very high” dan “Extreme” di siang hari.


Baca Juga:  Memperingati Hari Meteorologi, Mewaspadai Ancaman di Masa Depan 


Puncak Musim Kemarau 2023, sumber: BMKG

BMKG memprediksi musim kemarau di Indonesia akan terjadi mulai akhir bulan Mei hingga akhir bulan September.  Adapun, wilayah yang berpotensi kekeringan di Indonesia meliputi daerah-daerah yang terletak di bagian selatan khatulistiwa, seperti Wilayah Jawa Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan sebagian besar pulau Sumatra bagian selatan. Sebagai bentuk konsekuensi dari terjadinya musim kemarau dan kondisi panas yang saat ini terjadi adalah ancaman bencana kekeringan. 

Propinsi Lampung terbagi menjadi 12 Zona Iklim (ZOM). Zona iklim tidak mengikuti batas administrasi kabupaten/kota.  Satu wilayah Kabupaten/Kota bisa memiliki lebih dari satu zona iklim (ZOM).  Misalnya di Kabupaten Lampung Barat, memiliki 4 ZOM, yaitu ZOM Lampung 09, Lampung 10, Lampung 11, dan Lampung 12. 

Diperkirakan Lampung Barat memasuki awal musim Kemarau pada bulan Mei – Juni. Bulan Mei Dasarian III meliputi wilayah Belalau dan Sumber Jaya bagian barat (ZOM Lampung 12). Bulan Juni Dasarian I meliputi wilayah sebagian kecil Balik Bukit bagian barat (ZOM Lampung 10) dan wilayah Danau Ranau, Balik Bukit, Belalau, Sekincau, Sumber Jaya (ZOM Lampung 09).  Bulan Juni dasarian II meliputi sebagian Belalau bagian barat (ZOM Lampung 11). 

Kabupaten Lampung Barat, tidak termasuk yang diprediksi akan mengalami dampak kekeringan ekstrim, namunpun begitu tetap harus diwaspadai karena berada dalam zona iklim dengan  sifat musim kemarau  di bawah kondisi normal, dengan durasi musim kemarau antara 9-12 dasarian (1 dasarian = 10 hari). 

Sifat musim kemarau, sumber: BMKG

Berikut beberapa dampak ikutan yang kemungkinan terjadi sebagai akibat musim kemarau dan kekeringan  yang perlu diwaspadai dan diantisipasi, agar tidak menimbulkan kerugian yang besar.  Simak ulasan berikut:

1. Ancaman Kepunahan Keanekaragaman Hayati 

Air merupakan komponen penyusun terbesar mahluk hidup, karenanya mahluk hidup sangat membutuhkan dan tergantung dengan sumber daya air agar terjamin keberlangsungan hidupnya.  Krisis iklim yang terjadi berupa musim kemarau dan cuaca panas yang panjang dan intensitas tinggi, pada dasarnya adalah juga menyangkut krisis air atau kekeringan.  Kekeringan menjadi ancaman terbesar akan keberadaan dan keragaman hayati pada ekosistem daratan atau terestrial.  Ancaman tersebut berupa menurunnya populasi dan keragaman sumber daya hayati, serta fungsi ekologis, seperti ditandai dengan ledakan spesies yang bersifat invasif, berkurangnya mikroorganisme pengurai, migrasi satwa,  menurunnya fungsi jasa ekosistem, dan punahnya keanekaragaman hayati di tingkat ekosistem terestrial, sebagai akibat terganggunya rantai makanan, serta rusaknya habitat akibat kekeringan. 

sumber: betahita.id

2. Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan 

Kekeringan dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan (kahutla). Kahutla sendiri menjadi ancaman terbesar meningkatnya laju kepunahan keanekaragaman hayati, polusi udara, dan meningkatnya CO2, sebagai unsur dari emisi gas rumah kaca, penyumbang terbesar terjadinya krisis iklim dan gelombang panas yang tengah terjadi saat ini.  Krisis Iklim – Kahutla – Punahnya Keanekaragaman Hayati – emisi gas rumah kaca menjadi seperti lingkaran setan yang akan semakin sulit teratasi. Kahutla, berpotensi terjadi pada lahan atau ekosistem yang mengalami open area atau terdegradasi  parah, lahan berupa savana, lahan gambut, ekosistem hutan musim dicirikan dengan tanaman yang menggugurkan daunnya pada saat kemarau, dan lahan budidaya pertanian maupun perkebunan.  Umumnya kahutla yang terjadi disebabkan oleh kecerobohan manusia, seperti membuka dan membersihkan lahan budidaya dengan sengaja dibakar, dan sisa bara api dari aktivitas berwisata camping atau hiking.

3. Meningkatnya jejak karbon memicu krisis iklim makin parah

Musim kemarau dan cuaca panas yang terjadi saat ini, diperkirakan justru memicu emisi gas rumah kaca semakin tinggi, khususnya di kawasan perkotaan. Produksi emisi gas rumah kaca yang berasal dari pendingin ruangan (AC), lemari pendingin (kulkas, freezer), polusi udara dari kabut asap, sampah makanan dan minuman, limbah pertanian, pembakaran bahan bakar fosil, pembakaran sampah dan gulma pertanian, kebakaran hutan dan lahan, penggunaan pestisida, penebangan pohon dan pengolahan kayu, cenderung akan lebih banyak dihasilkan di musim kemarau.

Kahutla sumber: lindungihutan.com

4. Penurunan produksi dan produktivitas sektor pertanian 

Kemarau panjang dan kekeringan menjadi momok bagi sektor usaha pertanian, yang meliputi sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Kekeringan memicu pertumbuhan tanaman yang tidak normal, kurangnya pakan hijauan bagi hewan ternak, dan resiko kematian ikan secara massal akibat naiknya temperatur dan menyusutnya perairan. Kemarau panjang dan kekeringan memicu peluang terjadinya kegagalan panen atau puso, rendahnya kualitas produk, dan membengkaknya biaya produksi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan rumah tangga, dan gangguan pada rantai pasok sektor industri dan perdagangan. Kemiskinan, krisis pangan dan kelaparan, lonjakan harga komoditas pertanian, serta perilaku “panic buying” atau “panik berbelanja”, merupakan efek negatif  selanjutannya yang juga perlu diwaspadai. 

5. Gejolak Ekonomi dan Ketenagakerjaan

Sebagai ilustrasi: sebanyak 133.704 jiwa dari total angkatan kerja sebesar 233.328 jiwa di Kabupaten Lampung Barat, bekerja atau berusaha di sektor pertanian.  Sektor pertanian merupakan sektor yang paling rentan terhadap krisis iklim. Artinya jika dikaitkan dengan musim kemarau dan potensi kekeringan, ada sekitar 57,3 % dari total angkatan kerja akan terpapar dampak ekonominya akibat kekeringan. Perhitungan kinerja ekonomi suatu wilayah diukur berdasarkan nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Kemarau dan kekeringan akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan PDRB bagi daerah dengan struktur ekonomi yang mengandalkan pada lapangan usaha sektor pertanian, industri dan jasa pertanian. Seperti contoh di Lampung Barat, manakala harga kopi meningkat, justru produksi kopi mengalami penurunan. Hal lain yang perlu diwaspadai imbas dari kemarau panjang terhadap perekonomian dan ketenagakerjaan adalah migrasi penduduk musiman, maraknya usaha ekonomi ilegal dan greenwashing, tenaga kerja migran, tenaga kerja kasar (unskill), persaingan ekonomi yang tidak sehat, kelangkaan produk dan inflasi, kredit macet, serta  meningkatnya konflik ketenagakerjaan seperti misalnya pekerja dibawah umur.

6. Berkurangnya Ketersediaan Air Bersih

Di musim kemarau, curah hujan mengalami penurunan baik intensitas maupun frekuensi, sementara proses penguapan air akibat cuaca panas berlangsung secara masif. Ketidakseimbangan ini menyebabkan kandungan air baik dipermukaan tanah maupun di dalam tanah mengalami penyusutan dibawah kondisi normal. Kecepatan hilangnya air dipengaruhi dari kondisi hidrogeologi, tutupan lahan, suhu dan tekanan udara, serta intensitas cahaya matahari. Air merupakan kebutuhan esensial bagi mahluk hidup termasuk manusia. Asupan air berfungsi menjaga kadar cairan tubuh dari dehidrasi, sehingga tubuh terhindar dari gangguan fungsi pencernaan, penyerapan makanan, sirkulasi, ginjal, dan stabilitas suhu tubuh. Kekuatiran utama dari bencana kekeringan adalah kelangkaan akan ketersediaan air bersih yang layak dikonsumsi. Kelangkaan air bersih dapat memicu kepanikan dan konflik sosial. Contohnya fenomena “panic buying” air mineral yang pernah dialami oleh negara Malaysia akibat isu bencana kekeringan dan gelombang panas beberapa hari yang lalu.

kelangkaan air bersih, sumber: infopubliknews.com


7. Menurunnya Kualitas  Kesehatan

Cuaca panas yang terjadi pada saat musim kemarau menyebabkan seseorang gampang mengalami dehidrasi dan stress yang dapat menurunkan daya tahan tubuh. Peningkatan suhu udara, juga dapat memacu reproduksi beberapa serangga pembawa penyakit untuk berkembang biak lebih cepat.  Dampak kemarau dan cuaca panas, terhadap kesehatan lainnya yang penting untuk diwaspadai antara lain meningkatnya ISPA, persoalan sanitasi atau kesehatan lingkungan, serta kondisi gizi buruk dan stunting.

8. Permasalahan Sosial dan Ketertiban Umum

Musim Kemarau adakalanya diidentikan oleh masyarakat sebagai “musim paceklik” yang biasanya diiringi dengan kecenderungan meningkatnya permasalahan sosial dan ketertiban umum seperti kepanikan, kebencanaan, kasus kekerasan dalam rumah tangga, kasus perceraian, penipuan, pencurian dan penjarahan, human trafficking, prostitusi dan sebagainya.  Musim Kemarau yang panjang dengan potensi terjadinya bencana kekeringan, disisi lain masih menjadi tema yang menarik guna kepentingan sosial, politik dan akademis, misalnya dikaitkannya krisis iklim terhadap tanda-tanda akhir zaman, konten menarik guna mendapatkan dukungan politik, peluang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, inovasi, teknologi, dan lain sebagainya. 


Musim kemarau merupakan fenomena alami dan biasa terjadi pada daerah atau negara yang dilalui oleh garis khatulistiwa, atau yang dikenal sebagai negara tropis. Perubahan iklim sebagai dampak peningkatan emisi gas rumah kaca semakin memperparah krisis iklim yang terjadi.  Krisis iklim tidak hanya menyebabkan terjadinya bencana banjir, angin puting beliung, tapi juga bencana kekeringan yang juga wajib untuk diketahui, diwaspadai dan diantisipasi.  

Antisipasi dampak kemarau dan kekeringan, tidak terlepas dari upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang alurnya meliputi aspek perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Upaya penanggulangan bencana kekeringan pada dasarnya adalah bagaimana pengelolaan sumberdaya air secara berkelanjutan, yang dilakukan melalui 3 upaya penting yaitu upaya konservasi, pemanfaatan, dan pengendalian daya rusak sumber daya air.  Semoga bermanfaat. 

--- Salam Lestari ---

Referensi:

  • Prakiraan musim kemarau di Propinsi Lampung, berita BMKG (Link: https://www.youtube.com/watch?v=J5E_RZOpN2k
  • Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2023 di Indonesia. Pusat Informasi Perubahan Iklim Kedeputian Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. (dapat diunduh di www.bmkg.go.id.)
  • 5 Penyebab Cuaca Panas di Indonesia 2023, Dipengaruhi Gelombang Panas? (Link: https://www.liputan6.com/hot/read/5272256/5-penyebab-cuaca-panas-di-indonesia-2023-dipengaruhi-gelombang-panas)

Senin, 22 Mei 2023

Memahami Tema Hari Keanekaragaman Hayati Internasional tahun 2023: “From Agreement to Action: Build Back Biodiversity”


Setiap tahun pada tanggal 22 Mei, negara-negara di dunia memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional atau International Day For Biodiversity.   Apa yang dimaksud dengan Keanekaragaman Hayati dan mengapa begitu penting sehingga menjadi perhatian dunia? yuk disimak ulasan berikut.

Apa itu Keanekaragaman Hayati ?

Keanekaragaman hayati atau Biodiversity yang kemudian di Indonesia sering disingkat dengan “KEHATI” dalam rumusan Konvensi Biodiversity PBB tahun 1992 dinyatakan sebagai variability atau  keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies dan ekosistem. 

Para ahli Biologi menjelaskan bahwa biodiversity merupakan ukuran variasi keseluruhan gen, spesies, dan ekosistem di suatu wilayah yang berperan penting dalam mendukung keseimbangan sistem kehidupan di bumi.  Diperkirakan sekitar 1 triliun spesies flora, fauna maupun mikro organisme yang menghuni planet Bumi, dan hanya seperseribu dari satu persen diantaranya yang telah dideskripsikan (staff, 2016 - wikipedia).  

Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa, merupakan negara tropis yang dianugerahi dengan keanekaragaman  sumber daya genetik, spesies dan ekosistem yang tinggi bahkan diantaranya memiliki karakteristik tertentu (endemik) yang berbeda dengan ekosistem lainnya.   

Berdasarkan Global Biodiversity Index (GBI) 2022, Indonesia menempati urutan kedua dunia dengan tingkat Keanekaragaman Hayati terbesar, dengan nilai GBI sebesar 418,78. Urutan pertama ditempati oleh Brazil dengan nilai GBI sebesar 512,34, dan urutan ketiga diduduki oleh Columbia dengan nilai GBI sebesar 369,76. 

Indonesia memiliki sebanyak 1,723 jenis burung, 282 jenis amfibi, 4,813 jenis ikan, 729 jenis mamalia, 773 jenis reptil, dan 19,232 jenis tanaman vaskular. 

Potensi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin beragam dan kompleks, yang dikenal dengan istilah bioprospeksiBioprospeksi atau bioprospecting merupakan akronim dari biodiversity prospecting (pencarian keanekaragaman hayati), yang diartikan sebagai upaya penelusuran sistematik, penelitian mendalam, dan penerapan teknologi terhadap keanekaragaman hayati yang berguna bagi kemaslahatan umat manusia, seperti bahan baku obat-obatan, sumber pangan, energi, serat, kosmetik, sumber genetik, dan kombinasi untuk pengembangan material organik baru.

Berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memicu terjadinya dampak perubahan iklim dan pemanasan global, serta menyebabkan sekitar 25% spesies tumbuhan dan hewan terancam kepunahan (IPBES, 2019).   Diperkirakan saat ini terdapat 191 spesies mamalia, 33 spesies burung, 33 spesies amphibi, 30 spesies reptil, 231 spesies ikan, 63 spesies moluska, dan 26 spesies kupu-kupu yang terancam keberadaannya di Indonesia. Termasuk tujuh spesies lebah madu dunia yang ditemukan Indonesia, dua jenis di antaranya endemik dengan status terancam punah (Rosichon, LIPI 2020).

Untuk itu diperlukan upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari dengan berbagai bentuk pengalokasian ruang, dan pembiayaan yang efektif untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumber daya hayati termasuk transfer pengetahuan dan teknologi bagi kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Pengelolaan KEHATI menjadi parameter penting bagi suksesnya penyelenggaraan pembangunan berkelanjutan.

Sejarah, Tema dan Pengarusutamaan

Indonesia menjadi negara ke-8 dari 157 negara yang menandatangani konvensi keanekaragaman hayati yang dirumuskan oleh UNCED pada tanggal 5 Juni 1992 saat Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang ke-20 dan juga bertepatan dengan Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro - Brazil.  Konvensi keanekaragaman hayati adalah perjanjian antar bangsa untuk menangani masalah-masalah global, khususnya yang berkenaan dengan pengelolaan keanekaragaman hayati menuju kelestarian pemanfaatannya.  Menindaklanjuti komitmen KEHATI Internasional ini, Indonesia meratifikasi konvensi PBB tersebut kedalam UU No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati).  

Sebelumnya antara tahun 1994 – 2000, Hari Kehati Internasional dilaksanakan setiap tanggal 29 Desember, tanggal dimana mulai diberlakukannya Konvensi KEHATI hasil KTT Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1993.  Kemudian sejak tahun 2000, Hari Keanekaragaman Hayati mengalami perubahan menjadi tanggal 22 Mei, hingga saat ini. Perubahan tanggal tersebut guna memperingati kembali adopsi konvensi biodiversity yang diselenggarakan di Nairobi, Kenya pada tanggal 20-22 Mei 1992.   

Landscape KEHATI di Lampung Barat

Setiap tahun, peringatan keanekaragaman hayati selalu mengusung tema-tema spesifik dan berbeda yang ditentukan oleh sekretariat PBB. Tema Hari Keanekaragaman Hayati Internasional tahun 2023 adalah “From Agreement to Action: Build Back Biodiversity” atau “Dari Persetujuan ke Tindakan: Bangun Kembali Keanekaragaman Hayati”.  

Tujuan umum peringatan hari Kehati adalah untuk meningkatkan kesadaran dan menumbuhkan kecintaan terhadap keanekaragaman hayati, sedangkan tujuan secara khusus adalah mengajak para pihak mengurangi laju hilangnya keanekaragaman hayati, memulihkan ekosistem, serta pengakuan hak masyarakat adat, sebagaimana tertuang dalam adopsi Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework (KM – GBF), hasil kesepakatan 188 negara dalam Konferensi Para Pihak ke-15 (Conference of the Parties) Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention of Biological Diversity) atau yang dikenal dengan COP-15 CBD di Montreal, Kanada pada tanggal 7 - 19 Desember 2022.

GBF terdiri dari empat tujuan global yang menjadi elemen kunci kerangka kerja global keanekaragaman hayati 2050, yaitu:  

  1. Melindungi alam, termasuk menghentikan kepunahan spesies terancam akibat ulah manusia dan mengurangi tingkat kepunahan semua spesies sepuluh kali lipat pada tahun 2050; 
  2. Pemanfaatan dan pengelolaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan untuk memastikan bahwa kontribusi alam bagi manusia dihargai, dipertahankan, dan ditingkatkan; 
  3. Akses sumber daya genetik dan pembagian keuntungan yang berkeadilan (Access and Benefit Sharing/ABS),  
  4. Implementasi Digital Sequencing Information (DSI) terkait dengan keanekaragaman hayati yang dapat diakses oleh semua Pihak, khususnya Negara Terbelakang dan Negara Berkembang.

Empat tujuan Global Biodiversity Framework dijabarkan kedalam 23 target pencapaian pada 2030. Target tersebut dikelompokkan dalam tiga isu besar, yaitu: 

  1. Pengurangan resiko ancaman terhadap kepunahan KEHATI (8 target),  
  2. Pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pemanfaatan berkelanjutan dan pembagian manfaat (5 target), dan 
  3. Mendukung implementasi dan pengarusutamaan KEHATI (10 target).  Pengarusutamaan keanekaragaman hayati adalah mengintegrasikan atau memasukkan tindakan konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan pada setiap tahapan kebijakan, rencana, implementasi program dan siklus kegiatan dari setiap pemangku kepentingan (stakeholder). 

Beberapa target penting dan ambisius dari 23 target GBF yang diadopsi oleh banyak negara berkembang termasuk di Indonesia untuk pencapaian hingga 2030, sebagaimana dirangkum dalam situs www.dcceew.gov.au, sebagai berikut:

  1. Memastikan setidaknya 30 persen kawasan ekosistem terestrial, perairan pedalaman, dan pesisir dan laut yang terdegradasi berada di bawah pemulihan yang efektif (Target 2)
  2. Memastikan setidaknya 30 persen daratan, perairan pedalaman, dan wilayah pesisir dan laut dilestarikan dan dikelola secara efektif (Target 3)
  3. Mengurangi tingkat introduksi dan pembentukan spesies asing invasif lain yang diketahui atau potensial setidaknya 50 persen, pada tahun 2030 (Target 6)
  4. Mengurangi risiko polusi dan dampak polusi dari semua sumber untuk mencegah dampak berbahaya terhadap keanekaragaman hayati (Target 7)
  5. Meminimalkan dampak perubahan iklim dan pengasaman laut terhadap keanekaragaman hayati (Target 8)
  6. Mengarusutamakan keanekaragaman hayati ke dalam pengambilan keputusan lintas pemerintah dan bisnis (Target 14 dan 15) 

Pelestarian keanekaragaman hayati telah menjadi perhatian di tingkat nasional, dengan terbitnya Instruksi Presiden No. 1 tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2023, memberikan 9 langkah pengarusutamaan keanekaragaman hayati dalam pembangunan berkelanjutan,  yaitu: 

  1. Menetapkan kebijakan sektor untuk rnengarusutamakan pelestarian keanekaragaman hayati dalam pembangunan berkelanjutan.
  2. Memastikan adanya keseimbangan penggunaan ruang untuk tujuan pembangunan ekonomi dan konservasi keanekaragaman hayati dalam setiap kebijakan sektor.
  3. Mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing kementerian/lembaga dan pemerirrtah daerah secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk mendukung peran keanekaragaman hayati dalam pembangunan berkelanjutan.
  4. Menyusun strategi dan perencanaan pembangunan sektor dan daerah dengan mempertimbangkan potensi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan yang menjamin keseimbangan antara konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, untuk menghasilkan berbagai produk bernilai ekonomi tinggi, strategis, dan memberikan keunggulan kompetitif.
  5. Melakukan eksplorasi dan pemanfaatan secara lestari dalam rangka bioprospeksi.
  6. Menerapkan prinsip adanya pembagian keuntungan yang adil dan merata atas pemanfaatan keanekaragaman hayati.
  7. Menerapkan pembangunan rendah karbon dalam sektor kehutanan, kelautan, pertanian, industri, dan energi.
  8. Melakukan fungsi pengawasan dan pengendalian sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam pengarusutamaan pelestarian keanekaragaman hayati.
  9. Melakukan fungsi penegakan hukum dalam rangka perlindungan keanekaragaman hayati.

Tingkatan Keanekaragaman Hayati

Menyadur dari gramedia.com. Keanekaragaman hayati meliputi organisme tingkat rendah hingga organisme tingkat yang tinggi yang mencakup variasi dari tingkatan gen, spesies, hingga ekosistem, masing-masing dijelaskan sebagai berikut:  

1. Tingkat Gen

Fenotipa mahluk hidup ditentukan dari faktor genetik dan faktor lingkungannya.  Gen sendiri merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang dapat dijumpai di dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberi penampakan (fenotip), baik anatomi ataupun fisiologi, pada setiap organisme. Bila susunannya berbeda, maka penampakannya pun akan berbeda pada satu sifat atau bahkan secara keseluruhan.  Keanekaragaman tingkat gen adalah variasi gen atau struktur gen dalam suatu spesies makhluk hidup.

Biasanya, keanekaragaman hayati tingkat gen disebut sebagai varietas dan plasmanutfah.  Varietas dapat didefinisikan sebagai sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies tanaman yang memiliki karakteristik tertentu seperti bentuk, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, dan biji yang dapat membedakan dari jenis atau spesies tanaman lain, dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.  Plasmanutfah adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme. 

Plasma nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga karena dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau direkayasa melalui persilangan atau hibridisasi antar organisme, agar tercipta suatu jenis hayati atau kultivar baru yang memiliki sifat unggul.  

Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada tumbuhan:

  • Padi (Oryza sativa) dengan varietas padi rojolele, padi ciherang, padi ciliwung, dan lain-lain
  • Kopi robusta (Coffea canephora) dengan klon lokal Lampung Barat antara lain: Tugu Kuning (Korolla 1), Tugu Hijau (Korolla 2), Lengkong (Korolla 3) dan Bodong Jaya (Korolla 4).

2. Tingkat Spesies 

Keanekaragaman tingkat spesies dapat ditemukan pada komunitas atau kelompok berbagai spesies makhluk hidup dalam genus atau famili yang sama di suatu habitat. Keanekaragaman tingkat spesies yang tinggi pada umumnya dijumpai pada ekosistem hutan.

Keragaman spesies flora di Lampung Barat

  • Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada tumbuhan: Famili Dipterocarpaceae atau yang dikenal dengan kelompok jenis meranti-merantian, merupakan vegetasi yang menjadi penciri dari ekosistem hutan hujan tropis di Indonesia. Famili Dipterocarpaceae memiliki 13 genus dan 470 spesies, 9 genus diantaranya terdapat di Indonesia, yaitu Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Vatica, Cotylelobium, Parashorea, Anisoptera, dan Upuna. 
  • Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada hewan dari genus Felis, diantaranya kucing leopard (Felis bengalensis), kucing rumahan (Felis silvestris), dan kucing hutan (Felis chaus). 

Baca Juga : Mengenal satwa dilindungi dan berkonflik di Lampung Barat

3. Tingkat Ekosistem

Keanekaragaman ekosistem terjadi akibat adanya perbedaan letak dan kondisi geografis yang menyebabkan perbedaan iklim, dan kondisi geologis, perbedaan tersebut menyebabkan flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan bervariasi pula sebagai akibat dari proses evolusi dan adaptasi terhadap kondisi habitatnya. 

Evolusi adalah perubahan yang terjadi dalam waktu lama yang akan membentuk makhluk hidup berbeda dengan asalnya sehingga menimbulkan spesies baru, sedangkan adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berbeda dan akan menghasilkan makhluk hidup yang berbeda pula.

Keragaman ekosistem di  danau Ranau Kab. Lampung Barat

Berdasarkan hasil inventarisasi dan penamaan pulau oleh Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, tahun 2010, Indonesia terdiri atas lebih dari 13.487 pulau. Pulau yang satu dan yang lain dipisahkan oleh lautan sehingga membuahkan 47 ekosistem yang sangat berbeda, memiliki 450 spesies terumbu karang dari 700 spesies dunia.

Salah satu contoh keanekaragaman hayati di tingkat ekosistem adalah ekosistem hutan hujan tropis yang ditumbuhi beragam pohon yang didominasi dari famili Dipterocarpaceae, liana, dan epifit. Hewan yang hidup di dalamnya misalnya gajah, badak, harimau, tapir dan sebagainya.  UNESCO pada tahun 2004 telah menetapkan tiga Taman Nasional (TN) di Sumatera sebagai warisan dunia ekosistem hutan hujan tropis sumatera, yaitu TN Leuser, TN Kerinci, dan TN Bukit Barisan Selatan. 

Manfaat Keanekaragaman Hayati 

Biodiversitas atau keanekaragaman hayati di bumi memiliki manfaat yang vital bagi berlanjutnya hidup seluruh makhluk. Keragaman hewan dan tumbuhan serta organisme di bumi memenuhi segala macam kebutuhan yang diperlukan bagi keberlangsungan hidup manusia. Berbagai bidang manfaat keanekaragaman hayati yang perlu diketahui: 

Baca Juga: Bernilai Sedekah, inilah 10 Manfaat Menanam Pohon


1. BIDANG PANGAN, SANDANG, DAN PAPAN

Keanekaragaman hayati memiliki manfaat langsung sebagai penyedia kebutuhan pokok manusia berupa pangan, sandang, dan papan. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang berkaitan dengan makanan dan minuman. Sandang merupakan kebutuhan pokok manusia berupa pakaian. Papan merupakan kebutuhan pokok manusia yang berkaitan dengan tempat tinggal.

Berdasarkan hasil penelitian, Indonesia memiliki ratusan jenis tanaman penghasil bahan pangan seperti sayur dan buah. Tercatat 400 spesies penghasil buah dan 370 spesies penghasil sayuran serta 55 penghasil rempah dan yang lainnya. Tercatat pula bahwa di Indonesia tumbuh 70 jenis spesies penghasil umbi, yang berpotensi sebagai sumber karbohidrat. 

Beberapa jenis tanaman dan hewan, yang dapat diolah menghasilkan produk pangan, sandang dan papan antara lain: 

  • Hewan sebagai sumber pangan (protein), seperti sapi, kerbau, kambing, domba, rusa, kelinci, beberapa jenis unggas seperti ayam, itik, dan bebek, serta hewan-hewan lain seperti ikan, udang, kerang, kepiting serta rajungan.
  • Sumber vitamin, seperti tanaman yang kaya vitamin A (alpukat, belimbing, mangga dan wortel), tanaman yang kaya vitamin B (kulit ari beras, jagung dan kedelai). Tanaman yang kaya vitamin C (jambu monyet, jambu biji, dan pepaya).
  • Berbagai pohon penghasil kayu untuk konstruksi bangunan, perabotan, dan perkakas, seperti jati, meranti, keruing, kamper dan sengon.
  • Penghasil serat untuk pakaian, seperti kapas (Gossypium hirsutum), ulat sutera (Bombyx mori), kulit hewan, benang wol dan sebagainya. 

2. BIDANG EKOLOGI

Manfaat tidak langsung dari keanekaragaman hayati adalah peranan ekologis yang terjadi dalam suatu ekosistem, dimana prosesnya menghasilkan produk berupa jasa ekosistem atau jasa lingkungan hidup. Manfaat jasa ekosistem yang penting adalah sebagai paru-paru bumi, menjaga kestabilan iklim global, mempertahankan suhu dan ke lembaban udara, siklus hara dan air, dimana prosesnya disebut sebagai Sistem Penyangga Kehidupan.   Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur hayati dan non hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk (UU 5 tahun 1990).

Dalam Peraturan Pemerintah RI No.: 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan Jasa Lingkungan Hidup adalah "Manfaat dari ekosistem dan lingkungan hidup bagi manusia dan keberlangsungan kehidupan yang mencakup: Penyediaan sumber daya alam, Pengaturan alam dan lingkungan hidup, Penyokong proses alam, dan Pelestarian nilai budaya."

Baca Juga: Wana Wisata dan Kebangkitan Ekonomi Hijau


3. BIDANG FARMASI DAN KOSMETIK

Di Indonesia diperkirakan tumbuhan yang dapat dijadikan bahan baku obat-obatan  sebanyak 940 jenis spesies dan 250 spesies diantaranya telah dikomersilkan sebagai obat herbal.  Obat-obatan tradisional yang memanfaatkan unsur hayati merupakan manfaat etnobotani dari keanekaragaman hayati  yang menjadi kearifan lokal masyarakat Indonesia.  Beberapa produk yang dikenal adalah jamu. 

Aneka tumbuhan yang biasa dipakai untuk obat yaitu pohon kina dengan fungsi sebagai obat penyakit malaria karena kandungan alkaloidnya. Selain itu ada pula buah mengkudu yang memiliki peran penurun tekanan darah yang tinggi. Contoh lain yaitu madu yang dipercaya akan meningkatkan daya tahan tubuh siapa pun yang meminumnya.

Baca Juga: Mengenal Trigona spp - "si Lebah tanpa sengat" 


4. BIDANG ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Berdasarkan Pusat Penelitian Biomaterial LIPI (2019), dari 1,5 juta – 3 juta Fungi (Cendawan) yang ada di Dunia, sekitar 86.000 spesies atau 1,9% spesies dijumpai di Indonesia, dimana baru sekitar 2.273 spesies diantaranya  yang telah terdeskripsikan. Masih banyak sumber daya hayati yang belum diketahui klasifikasi, deskripsinya dan kebermanfaatnya, hal ini membuka peluang untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka bioprospeksi.

Salah satu contoh bioprospeksi fungi adalah White Root Fungi (WRF) yang tengah dikembangkan untuk mendukung teknologi bioproduk pengendalian pencemaran lingkungan. WRF memiliki kemampuan mendegradasi lignin, mendegradasi pewarna pada limbah tekstil, dan mampu mendegradasi minyak mentah sehingga dapat mengatasi tumpahan atau cemaran minyak di laut. 

Baca Juga: Mengenal PGPR – Teknologi pertanian ramah lingkungan


Upaya Pelestarian Hayati

Keanekaragaman hayati memiliki peran penting atau esensial guna menjamin sistem penyangga kehidupan berlangsung secara seimbang dan teratur.  Dampak penting dari terganggunya kondisi keanekaragaman hayati adalah perubahan iklim yang memberikan ancaman terhadap  keberlangsungan hidup manusia di permukaan bumi, seperti bencana banjir, kekeringan, gagal panen dan kelaparan, kebakaran hutan dan lahan,  wabah penyakit, dan menurunnya angka harapan hidup manusia.  

Untuk itu keberadaan dan jumlah sumber daya hayati harus tetap dijaga kelestariannya. Upaya pelestarian sebenarnya dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun ada dua metode yang kerap digunakan yakni metode insitu dan metode eksitu

A) METODE INSITU  

Metode Insitu adalah sebuah upaya pelestarian dari keanekaragaman hayati, yang dilakukan pada tempat atau habitat dimana flora dan fauna itu berada. Metode ini, memberikan perlindungan pada kawasan yang dianggap memiliki ekosistem unik atau flora dan fauna yang terancam punah. 

Biasanya dilakukan dengan membangun atau menetapkan kawasan pelestarian alam yang terdapat secara eksisting, seperti Suaka Marga Satwa, Cagar Alam, Hutan Suaka Alam, Hutan Lindung dan Kawasan berfungsi lindung setempat,  Cagar Biosfer, Cagar Geologi (Geopark), Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Kawasan Konservasi Laut dan Perairan Darat, Hutan Adat.

B) METODE EKSITU

Metode Eksitu adalah metode pelestarian dari keanekaragaman hayati yang dilakukan menggunakan cara pengambilan fauna serta flora dari wilayah aslinya atau dikenal sebagai upaya penangkaran. Bertujuan sebagai konservasi, perlindungan, dan pengembangbiakan di luar habitat asalnya. Metode ini dilakukan ketika ekosistem dimana flora dan fauna tersebut tinggal sudah hancur total maupun rusak, sehingga membutuhkan waktu agar dapat ditempati kembali. 

Pengelola konservasi hayati eksitu dilakukan oleh "Lembaga Konservasi" yang dapat berasal dari lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Tujuan lembaga konservasi yaitu pengembangbiakan terkontrol dan penyelamatan tumbuhan serta satwa dengan mempertahankan kemurnian jenisnya. Lembaga konservasi juga berfungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan, penitipan sementara, sumber indukan, dan cadangan genetik untuk mendukung populasi di habitat aslinya, sarana rekreasi yang sehat, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi, dikelompokan menjadi dua, yaitu untuk kepentingan umum dan khusus. Lembaga konservasi untuk kepentingan umum terdiri atas: Kebun binatang, Taman safari, Taman satwa, Taman satwa khusus, Museum zoologi, Kebun Botani, Herbarium.  Lembaga konservasi untuk kepentingan khusus adalah lembaga yang fokus pada fungsi penyelamatan atau rehabilitasi satwa, seperti  Pusat penyelamatan satwa, Pusat latihan satwa khusus, Pusat rehabilitasi satwa. 

Contoh metode eksitu lainnya antara lain: Kebun Raya, Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik seperti Taman Hutan Kota, Taman Kota, Taman Kehati.

Optimalisasi Pekarangan untuk Pelestarian KEHATI

Baca Juga: Strategi Konservasi: mengatasi Bencana Ekologis

Metode diatas, adalah kegiatan yang dilakukan dengan mempertahankan dan menyiapkan kawasan pelestarian minimal 30%, lantas upaya apa saja yang dapat kita  perbuat sebagai bentuk kepedulian diri terhadap pelestarian kehati, beberapa saran yang dapat dilakukan sebagai berikut: 

  • Mengoptimalkan lahan yang dimiliki seperti pekarangan rumah, kebun dan ladang sebagai “benefit sharing” keanekaragaman hayati, yang berperan pula sebagai Ruang Terbuka Hijau private yang memiliki fungsi ekologis.
  • Meningkatkan produktivitas lahan budidaya dengan pengolahan lahan yang responsif terhadap pelestarian keanekaragaman hayati, seperti metode konservasi tanah dan air melalui pendekatan vegetatif antara lain teknik permakultur, aquacultur, vertikultur, forest garden, agroforestry, silvopasteur, silvofisheries, pertanian organik, dan sebagainya
  • Penghematan penggunaan energi listrik, sumber daya air, dan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil
  • Melakukan pemilahan sampah dan pengelolaan timbulan sampah rumah tangga dengan prinsip-prinsip 3R yang bermanfaat bagi kesejahteraan dan lingkungan.
  • Keberminatan pada kewirausahaan ramah lingkungan atau ecoenterpreneurship, seperti produk-produk ramah lingkungan (ecofriendly), penerapan eco office, sistem pertanian terpadu, bank sampah, dan sebagainya.
  • Jika kita termasuk komunitas pencinta flora dan fauna, baiknya tingkatkan menjadi komunitas hijau yang memiliki kepedulian dan kepekaan yang tinggi terhadap pelestarian KEHATI dengan melakukan edukasi, pengawasan, advokasi, dan pembinaan, seperti pengawasan dan pengendalian flora dan fauna yang berpotensi invasif, melaporkan adanya perdagangan flora dan fauna yang dilindungi, menjaga kesehatan flora dan fauna yang dimiliki, melakukan restocking, pelepas liar, atau pengkayaan jenis vegetasi endemik. 
  • Jangan meninggalkan Sampah Makanan (Food waste), khususnya pada kawasan pelestarian alam, baik Insitu maupun Eksitu. 
  • Menghormati hak-hak adat dan pengetahuan dan kearifan lokal (local wisdom), seperti eksistensi  hutan adat, norma adat, etnobotani tanaman obat dan sebagainya.
  • Mendonasikan pendapatan atau pengalokasian anggaran,  atau dana CSR untuk mendukung program dan kegiatan pelestarian Keanekaragaman Hayati atau mitigasi perubahan iklim. 
  • Tidak melakukan aktivitas budidaya yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan, serta penangkapan atau perburuan flora dan fauna yang dilarang secara undang-undang.
  • Tinggalkan gaya hidup Sedentary dan Hedonis
  • Mendukung dan mengembangkan Investasi Hijau bukan Kapitalisasi Hijau.
  • Menumbuhkan semangat volunteer dan kerelawanan dalam pelestarian Kehati, misalnya dengan membentuk Keluarga Peduli Lingkungan.
  • Tidak melakukan konversi ekosistem hutan menjadi kawasan budidaya atau areal penggunaan lain yang tidak ramah lingkungan. 
  • Berkontribusi dalam menyusun Tata Ruang Desa, peraturan desa, dan rencana pembangunan desa yang adaptif terhadap pelestarian kehati dan responsif terhadap mitigasi perubahan iklim. 

Ancaman pengurangan, kelangkaan, dan kepunahan keanekaragaman hayati dipastikan dapat menimbulkan terganggunya keseimbangan ekosistem dan sistem kehidupan biosfer serta proses evolusi, yang pada gilirannya akan mengganggu berlangsungnya kehidupan manusia. Karenanya Kita wajib melindungi dan menjaga Bumi beserta keanekaragaman hayati yang terkandung didalamnya, agar kualitas hidup manusia tetap terpelihara dari generasi ke generasi secara baik dan berkelanjutan.

Selamat Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, semoga bermanfaat ya

"Keanekaragaman hayati memperkuat ekosistem, meningkatkan ketahanannya terhadap peristiwa iklim ekstrem, dan meningkatkan kapasitasnya untuk membendung perubahan iklim." (Oswald Schmitz, 2023). 

--- Salam Lestari ---


Referensi:

  • UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI KEANEKARAGAMAN HAYATI)
  • Keanekaragaman Hayati: Pengertian, Tingkatan, Manfaat & Pelestariannya (Link: https://www.gramedia.com/literasi/keanekaragaman-hayati/)
  • SIARAN PERS Nomor: SP. 088 /HUMAS/PPIP/HMS.3/03/2023 (link: http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/7092/membumikan-kunming-montreal-global-biodiversity-framework-untuk-keanekaragaman-hayati-indonesia)
  • Apa Saja Hasil COP15 Montreal? (link: https://www.forestdigest.com/detail/2123/hasil-cop15)
  • A New Global Biodiversity Framework: Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework (Link: https://www.dcceew.gov.au/environment/biodiversity/international/un-convention-biological-diversity/global-biodiversity-framework)
  • Hari Keanekaragaman Hayati Internasional – 22 Mei (link: https://rimbakita.com/hari-keanekaragaman-hayati-internasional/)

Selasa, 09 Mei 2023

Kokedama, si Bola Lumut Berpenampilan Sederhana tapi Menguntungkan


Kokedama merupakan gaya menanam tanaman layaknya bonsai yang berasal dari negara Jepang. Dalam bahasa Jepang: “Koke” diartikan sebagai “lumut” dan “Dama” yang berarti “bola”. Kokedama yang diartikan sebagai "Bola Lumut" pada dasarnya merupakan gaya menanam tanpa menggunakan pot, yaitu  dengan membentuk media tanamnya seperti bola yang dilapisi oleh lumut. 

Sama halnya bonsai, kokedama memperlakukan “pengkerdilan” terhadap tanaman agar berumur panjang. Dibuat dengan desain yang sederhana dengan bahan yang mudah dan murah, tak heran jika sebagian orang menjuluki kokedama sebagai “Bonsainya kaum Jelata”.  Bonsai sendiri mulai populer di Jepang pada abad ke-8, sedangkan Kokedama muncul pada awal abad ke-17, saat Jepang diperintah oleh Syogun di zaman Edo pada tahun 1603-1868.

Dirangkum dari Trubus.id, Kokedama mulai dikenal dan populer di luar negara Jepang, pada awal abad ke-21 di Benua Eropa. Koran Inggris ternama “The Telegraph” pada tahun 2012 merilis laporan spektakuler tentang “Bangkitnya Kokedama”, sejak pemberitaan tersebut, kokedama mulai terkenal ke seluruh dunia. Popularitas kokedama di Eropa tidak terlepas dari peran Kritikus tanaman hias yang mengidentikan kokedama sebagai bentuk kekinian dari “Taman Gantung Babylon” yang sudah terkenal sejak 600 tahun Sebelum Masehi. Di Indonesia sendiri, demam Kokedama diawali di kota Bandung pada tahun 2014, dengan semboyan “mempercantik rumah dengan kokedama”. Sejak saat itu kokedama sebagai gaya alternatif lain dari teknik penyajian tanama hias kian marak ke seluruh Indonesia. Tidak hanya sebagai trend bagi para penghobi tanaman hias akan tetapi juga bagi para wirausahawan.

Gaya menanam di Jepang selalu sarat dengan makna falsafah, begitu halnya dengan kokedama. Kokedama awalnya sebagai bentuk tradisi Wabi-Sabi, yakni tradisi yang mengapresiasikan atas ketidaksempurnaan alam, yang disimbolkan melalui sifat kesederhanaan, kehangatan, kesahajaan, ketidakteraturan alam, kasar dan natural. Karakteristik Wabi-Sabi ini yang kemudian menjadi prinsip-prinsip Kokedama. 

Kokedama tidak hanya sebatas tanaman penghias rumah, tapi juga sarat dengan nilai-nilai seni, dan simbol falsafah hidup, bahkan menurut kepercayaan feng shui, kokedama membawa aura positip yang mempengaruhi keharmonisan, dan rezeki dalam kehidupan rumah tangga. 

Bentuknya yang lucu, mungil, natural, dan unik, cukup memenuhi kriteria sebagai “souvenir ramah lingkungan (eco-friendly)” dan berpeluang dikembangkan sebagai usaha ekonomi kreatif  dan juga industri pariwisata. 

sumber: kokedamaslucciana.com

Semua jenis tanaman hias dapat disajikan dengan gaya atau teknik kokedama. Tanaman hias yang cocok sebagai kokedama umumnya adalah tanaman yang tidak membutuhkan sinar matahari penuh, merupakan jenis-jenis herba, semak, atau perdu, tanaman berukuran pendek, memiliki warna dan bentuk daun yang khas, aman bagi manusia, serta memiliki perakaran kecil atau akar serabut.

Kokedama sebagai komponen memperindah ruangan, dapat diletakan di atas tatakan berbahan kayu, keramik, tembikar atau digantungkan, baik di dalam ruangan sebagai interior, atau di luar ruangan sebagai eksterior penambah estetika bagi taman atau teras rumah. 

Beberapa jenis tanaman yang cocok disajikan dengan gaya kokedama antara lain  sukulen, aglonema, begonia, pakis, lidah mertua, philodendron, anggrek phalaenopsis,  anthurium, tanaman jade (giok),  english ivy, peace lily, monstera, rosemary, lili paris, peperomia, jenis piper (sirih-sirihan), puring, fittonia, tiger bromeliad, pilea, zenzi, dan tanaman mint.


CARA MEMBUAT KOKEDAMA


sumber: berita.99.co

Langkah Pertama:

Alat dan bahan yang perlu disiapkan untuk pembuatan kokedama, sebagai berikut:

  • Tanaman hias seperti sukulen, begonia, aglonema dan sebagainya 
  • Lembaran lumut, jika tidak ada lumut, dapat menggunakan sabut kelapa (cocofiber) atau Sphagnum Moss
  • Media tanaman seperti: tanah, kompos atau pupuk organik, sekam bakar, pasir malang dengan perbandingan 1:1:1:1.  Sebenarnya tidak ada aturan baku untuk komposisi media tanam ini, bahkan media untuk tanaman bonsai dapat pula digunakan.
  • Air dalam tabung sprayer 1 liter atau 2 liter.  Air berfungsi sebagai perekat adonan tanah agar mudah dibentuk menjadi bola tanah.
  • Wadah berupa baskom atau alas plastik untuk tempat mengaduk adonan tanah.
  • Sarung tangan berbahan karet atau latex.
  • Gunting, berfungsi sebagai pemotong benang, merapihkan lembaran lumut atau sabut kelapa, serta merapihkan perakaran tanaman hias. 
  • Benang jahit berwarna hitam atau hijau
  • Benang hias seperti benang kasur, benang wol, atau tali goni.
  • Tatakan terbuat dari kayu atau keramik  
sumber: berita99.co

Langkah Kedua:

  • Lepaskan tanaman hias dari pot atau polibag, bersihkan sisa tanah yang menempel pada akar tanaman.
  • Sisa tanah yang ada dalam polibag atau pot, jangan dibuang, bisa digunakan kembali sebagai campuran untuk media tanam.
  • Campurkan media tanam, kemudian disemprot air hingga membentuk adonan tanah yang lengket.  Padatkan adonan tanah tersebut membentuk bulatan seperti bola.  Jika terasa sudah padat, belah dua bola tanah tadi, kemudian selipkan tanaman hias ditengahnya.  Pastikan akar tanaman hias berada di bagian tengah bola tanah.  Rapatkan kembali bola tanah sehingga kembali membentuk bulatan seperti bola.
Sumber: gardengatemagazine.com

Langkah Ketiga:

  • Bungkus bola tanah dengan lembaran lumut,  Sphagnum Moss, atau sabut kelapa, hingga tidak terlihat lagi bola tanahnya.  
  • Kuatkan bungkusan lumut atau sabut kelapa dengan menekan-nekan secara lembut, hingga membulat seperti bola secara merata.  
Sumber: berita99.co

Langkah keempat:

  • Gunakan benang jahit untuk memperkuat posisi lumut atau sabut kelapa dalam membungkus bola tanah agar benar-benar rapih membentuk seperti bola.
  • Untuk mempercantik tampilan dapat dililitkan benang hias berbentuk diagonal mengitari bola lumut, sehingga berbentuk seperti jaring. 
  • Setelah dililitkan dan dikuatkan dengan menggunakan benang hias, artinya kokedama sudah selesai dan siap untuk menghiasi rumah anda.


Langkah kelima:

  • Kokedama dapat diletakan secara menggantung atau tegak di atas meja.
  • Jika kokedama diletakan secara menggantung, perlu disiapkan tali tambahan untuk menggantungkannya.
  • Jika kokedama diletakan tegak di atas meja atau rak, sebaiknya diberikan alas berupa tatakan yang terbuat dari kayu, tembikar atau keramik, untuk mempercantiknya.
  • Sebelum diletakan di atas tatakan atau digantungkan, Kokedama di rendam terlebih dahulu dalam air selama 5-10 menit atau hingga tidak ada lagi gelembung udara yang keluar dari celah-celah bola lumut. Selanjutnya ditiriskan sambil terkena cahaya matahari selama 30 menit. 
  • Lakukan penyiraman seperti ini setiap seminggu sekali, atau apabila lapisan lumut atau sabut kelapa nampak terlihat mulai mengering. Penyiraman atau perendaman sebaiknya dilakukan di pagi hari pada pukul 07.00 – 09.00.  
  • Untuk pemupukan dilakukan sebulan sekali, dengan menggunakan NPK sebanyak 2 sendok makan yang dilarutkan dalam 2 liter air.  Cara pemupukan sama dengan penyiraman, yakni dengan merendam kokedama dalam air yang sudah dicampur pupuk selama 5-10 menit dan kemudian ditiriskan selama 30 menit.
  • Jangan dijemur di bawah sinar matahari yang terik, karena dapat menyebabkan lumut mengalami kekeringan dan tanaman hias mengalami stress.   

Baca Juga: Mengenal PGPR – Teknologi pertanian ramah lingkungan

Gampang dibuat, bahan mudah didapat, ringan saat dibawa, dan tidak membutuhkan biaya yang mahal, serta memiliki nilai jual yang cukup tinggi, menempatkan kokedama tidak hanya sebatas hobi, tapi juga memiliki peluang bisnis yang menguntungkan. Di pasar online, harga kokedama cukup bervariatif berkisar antara Rp 40.000 hingga mencapai Rp 160.000. 

Nah apakah sobat berminat serta tertarik membuat Kokedama?.


--- Salam Lestari ---


Referensi:

  • Mengenal Kokedama, Cara Membuat, dan Keunggulannya (Link: https://www.rumah.com/panduan-properti/kokedama-35476)
  • SIAP KOKEDAMA (Link: https://trubus.id/siap-kokedama/)
  • How to Create a Kokedama Moss Ball (link: https://dennis7dees.com/diy-kokedama/)


Selasa, 02 Mei 2023

Mengantisipasi Ancaman Tersambar Petir, saat Berwisata Alam dan Mendaki Gunung


Hiking atau berjalan di alam bebas termasuk mendaki gunung didalamnya, merupakan wisata alam minat khusus yang memadukan antara olah raga dan rekreasi, sambil menikmati indahnya pemandangan alam.  Dalam kegiatan mendaki gunung diperlukan kekuatan fisik, didukung dengan perlengkapan keselamatan, dan pengetahuan yang memadai. Tak heran jika para pendaki gunung biasanya mereka yang tergabung dalam komunitas pencinta alam, seperti Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam) maupun Sispala (Siswa Pencinta Alam). Namun saat ini dengan semakin baiknya pengelolaan pendakian gunung, maka pendaki gunung tidak harus berasal dari komunitas pencinta alam.

Berwisata alam sangat dipengaruhi oleh kondisi alam yang terjadi di tempat tersebut. Cuaca buruk merupakan salah satu faktor yang wajib diwaspadai oleh para pendaki gunung. Hujan yang diikuti dengan petir tak urung dapat menyebabkan kecelakaan fatal yang dapat menelan korban jiwa. Seperti kejadian di akhir bulan April (29/4/2023) yang lalu, dimana seorang pendaki meninggal dunia tersambar petir di gunung Seminung Kabupaten Lampung Barat. Tidak hanya menelan korban jiwa, 7 orang diantaranya mengalami luka bakar yang serius, 2 orang luka ringan dan 3 orang terserang hipotermia (BPBD Lampung Barat, 30/4/2023).

Kebanyakan kasus pendaki tersambar petir terjadi pada bulan Desember dan April, yakni menjelang pergantian tahun, dan liburan sekolah. Di kedua bulan tersebut intensitas dan jumlah pendaki cenderung mengalami peningkatan, padahal antara bulan Desember – April merupakan peralihan iklim memasuki musim kemarau, yang umumnya dikenal sebagai masa pancaroba.  Pada masa pancaroba ditandai dengan kondisi cuaca yang berubah-ubah dan tidak bersahabat, seperti hujan yang disertai petir serta tiupan angin kencang.

Petir, kilat, atau halilintar adalah fenomena alam yang disebut pula sebagai listrik alam. Petir ditunjukan dari kemunculan kilatan cahaya putih dari langit disertai suara gemuruh yang menggelegar. Petir terjadi karena ada perbedaan muatan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya. 

Proses Terjadinya Petir (sumber: Sciencelearn.org.nz)

Awan yang bergerak terus menerus secara teratur menyebabkan terjadinya interaksi antara awan lainnya.  Proses ini menyebabkan perbedaan muatan dimana muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. 

Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke objek bermuatan postif di permukaan bumi, dan menghasilkan percikan listrik yang dinamakan petir atau kilat.  Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara yang disebut guntur.  

Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir.  Petir yang turun ke bumi mampu menumbangkan pohon besar, merusak struktur bangunan dan peralatan elektronik, meledakan menara komunikasi, dan dapat menewaskan mahluk hidup (sumber: Wikipedia).  

Petir memiliki kekuatan listrik hingga mencapai 300 kilovolt, dan dapat memanaskan udara hingga mencapai 50.000 derajat Fahrenheit (27.760 derajat Celcius). Kombinasi kekuatan listrik dan panas ini menyebabkan kerusakan serius pada tubuh manusia, seperti luka bakar, perforasi gendang telinga, kerusakan mata, menghentikan gerak jantung dan pernapasan, yang berujung pada kematian. 

Bagaimana cara petir menyambar manusia dan benda-benda dipermukaan bumi?  Dirangkum dari halaman Gramedia.com, secara umum ada beberapa proses atau cara orang tersambar petir, berikut penjelasannya:

1. Kilatan Samping

Kilatan samping terjadi ketika petir menyambar objek yang lebih tinggi di dekat korban. Bagian dari arus listrik melompat dari objek yang lebih tinggi ke arah korban. Dengan kata lain bahwa korban menjadi korsleting energi ketika terjadi pelepasan petir.   Kilatan samping ini biasanya terjadi saat korban berada dalam jarak satu atau dua kaki dari objek yang terkena cahaya. Sebagian besar peristiwa ini terjadi saat korban berlindung di bawah pohon.

2. Kilatan `Streamer’

Dalam urutan petir jenis streamer, bisa membuat seseorang dapat terluka oleh salah satu sambaran. Seseorang bisa terkena jenis sambaran petir  ini jika menjadi jembatan konduktif.  Untuk menghindarinya jangan berlindung di bawah pohon dan berbaring di atas tanah. Kita harus menghindari petir ini dengan masuk ke dalam ruangan. Namun, usahakan untuk tidak menyentuh kabel listrik, logam, air, atau peralatan listrik lainnya.

3. Sambaran Langsung

Sambaran petir langsung paling sering terjadi saat korban berada di area terbuka. Sambaran langsung bukanlah penyebab paling umum, tetapi paling berbahaya. Pada sebagian besar sambaran langsung, beberapa arus mengalir tepat di atas dan di sepanjang permukaan kulit. Selama waktu ini, arus listrik lainnya melewati sistem kardiovaskular dan atau saraf.

4. Arus Tanah

Saat petir menyambar pohon atau benda lain, sebagian besar energi dari petir mengalir keluar, masuk, dan menjalar sepanjang tanah. Seseorang yang berada di dekat kilat, kemungkinan akan menjadi korban arus tanah. Selain itu, petir jenis ini dapat mengalir ke permukaan lantai dengan material konduktif. Jenis petir ini juga mempengaruhi area yang lebih luas daripada jenis petir lainnya, sehingga, sambaran petir jenis ini juga paling banyak menimbulkan korban jiwa. Karenanya pada saat petir melanda, hindari berbaring di atas tanah, baik secara telentang atau tengkurap.

5. Konduksi

Petir dapat merambat melalui kabel panjang atau permukaan logam. Logam tidak menarik petir, tetapi bahannya menyediakan jalan bagi petir. Sebagian besar korban dari sambaran petir di dalam ruangan dan beberapa korban di luar ruangan disebabkan oleh konduksi listrik.

Lantas bagaimana, menghindari sambaran petir saat kita sedang mendaki gunung atau berada di alam terbuka?  Berikut cara mengantisipasi sambaran petir saat mendaki gunung, yang Jejak Erwinanta rangkum dari Napaktilas.net, silahkan disimak ya:

  1. Jika nampak tanda-tanda hujan badai disertai petir akan datang menerpa, segera hentikan perjalanan dan cari shelter terdekat untuk berlindung. Jangan berlindung di dalam tenda, karena jika tenda terkena petir, kamu juga akan terkena induksi petir.  Disarankan berlindung pada shelter yang memiliki atap, atau memakai shelter alam berupa gua. Biasanya, pada jalur pendakian yang sudah terkenal setiap pos pendakian telah memiliki shelter buatan yang permanen. Nah jika sobat hobi mendaki gunung, baiknya turut merawat shelter-shelter tersebut ya, jangan dijadikan tempat pembuangan sampah dan vandalisme, sehingga tidak nyaman lagi digunakan sebagai tempat berlindung sementara.
  2. Hilangkan sumber penghasil muatan positif, dengan mematikan semua perangkat elektronik yang masih menyala. Jangan menelepon dan menyalakan internet di gunung saat hujan melanda. Benda elektronik yang menyala dengan bantuan baterai atau listrik memiliki muatan positif, sehingga berpotensi besar untuk tersambar petir. Periksa semua smartphone, kamera, GPS, dan berbagai alat elektronik lainnya. Dengan menghilangkan sumber pemicu muatan positif, Sobat berpeluang besar terhindar dari sambaran petir.
  3. Lepaskan semua aksesoris berbahan logam yang menempel di tubuh dan simpan di dalam tas gunung. Pastikan semua aksesoris, kamu bungkus dengan material anti listrik seperti: plastik & kain. Logam adalah salah satu konduktor listrik yang sangat bagus, akibatnya, kamu bisa tersengat petir melalui aksesoris logam yang kamu pakai. Beberapa aksesoris logam yang sering dipakai oleh pendaki adalah gelang, kalung, cincin, anting dan tindik.
  4. Jangan berlindung di bawah pohon, karena dampak petir akan menimbulkan induksi listrik di sekitar pohon, dan dapat berimbas kepada kita. Kenapa pendaki tidak boleh berlindung di bawah pohon saat ada petir di gunung? Pertama: keberadaan manusia di area pohon akan meningkatkan muatan positif di sekitar pohon. Kedua: rawan tertimpa pohon tumbang jika terjadi badai atau tersambar petir. Ketiga: jika pohon tempat berlindung tersambar petir, Sobat berpotensi terkena ledakan energinya yang dapat menyebabkan cedera serius. 
  5. Jangan memaksakan diri mendaki saat kondisi cuaca buruk, khususnya saat di atas gunung sedang terjadi badai disertai petir. Pastikan selalu mencari informasi kondisi cuaca di gunung sebelum melakukan pendakian. Upaya yang dapat dilakukan: Pertama: lihat laporan cuaca yang diberitakan secara real time oleh BMKG. Kedua: tanyakan kepada pendaki yang baru saja turun gunung. Intinya, Sobat mendapatkan informasi terkini dari pendaki yang ada di lapangan. Ketiga: saat melakukan registrasi pendakian, tanyakan kondisi cuaca kepada petugas.
  6. Hindari berendam di danau, kolam, aliran sungai saat hujan badai disertai petirAir adalah salah satu media penghantar listrik yang bagus. Jika petir sampai menyambar air tempat kamu mandi atau berendam, kamu akan tersengat listrik tegangan tinggi. Akibatnya, kamu bisa mendadak pingsan dan tenggelam.
  7. Segera menjauh dari tanah lapang (area terbuka) atau sabana (padang rumput yang luas) saat kondisi cuaca sudah mulai mendungSaat mengetahui suhu udara mendadak berubah dan awan semakin gelap, segera menjauh dari sabana atau area terbuka, karena kita akan menjadi objek tertinggi di tempat tersebut, sehingga peluang tersambar petir semakin besar.
  8. Jangan mendekati menara tinggi/Tower/alat pendeteksi vulkanologi di gunung, karena lokasi tersebut memiliki media penghantar petir yang kuat.  Beberapa gunung telah memiliki Tower telekomunikasi dan gardu pemantau vulkanologi, yang kadang tidak dilengkapi dengan perangkat anti petir. 
  9. Jaga jarak antar anggota rombongan sekitar 3-5 meter.  Jika nasib sial ternyata menimpa salah satu pendaki, pendaki di depan atau di belakangnya masih selamat karena jarak mereka berjauhan, sehingga bisa memberikan pertolongan dan evakuasi. Cara ini bertujuan untuk mengurangi akumulasi muatan positif yang berkumpul pada satu tempat serta berjaga-jaga dari skenario terburuk.
  10. Posisikan tubuh serendah mungkin untuk menghindari sambaran petir dengan cara berjongkok. Berjongkok dengan tumit terangkat, mata kaki bersentuhan dan kedua tangan menutup telinga, dengan jarak antar personal sejauh 5 meter, merupakan teknik yang efektif untuk memperkecil peluang tersambar petir. 
Teknik Jongkok: sumber: https://www.hendriagustin.com/?p=955

Teknik jongkok cukup efektif untuk mengantisipasi sambaran petir. Teknik ini dilakukan dengan cara berjongkok (A), menekuk kepala dan tidak melebihi objek lain yang ada disekitar (B), tutup telinga dengan kedua tangan (C) agar tidak kaget saat mendengar suara petir, kedua tumit kaki terangkat / berjinjit (D), pastikan kedua mata kaki bertemu (E). Posisi ini untuk mengantisipasi, jika ada petir menyambar daerah sekitarmu, dan kamu terkena dampak induksi listrik. Listrik yang merambat dari tanah akan merambat melalui kaki. Karena mata kaki pendaki saling bertemu, maka listrik tidak naik ke atas tubuh tapi kembali ke kaki satunya dan ternetralisir kembali ke tanah. Jangan menyentuh benda logam apa pun saat mempraktikkan teknik ini (F). Pastikan semua logam di tubuh sudah kamu lepas. pastikan tetap menutup telinga sampai petir mereda. 

Kita memang tidak mengetahui kapan musibah menimpa kita, dan tentunya bukan pula sesuatu yang diharapkan terjadi manakala kita sedang menikmati wisata alam, karenanya ada baiknya kita selalu waspada dan tidak ceroboh.  

Bagi Sobat yang menyukai berwisata di alam bebas, seperti camping ataupun hiking, tentunya wajib mencari tahu informasi karakteristik alam termasuk kondisi cuaca tempat dimana destinasi wisata alam yang akan kita kunjungi.  Bagi Pihak Pengelola Wisata, untuk tidak segan-segan menginformasikan kepada para wisatawan mengenai kondisi cuaca dan fenomena alam lainnya yang berpeluang membahayakan, membangun shelter yang aman terhadap badai dan petir, menyiapkan titik dan jalur evakuasi, dan yang terpenting adalah menyiapkan jalur pendakian sesuai dengan SNI 8748:2019 tentang Pengelolaan Pendakian Gunung, yang memenuhi prinsip 4K (Keselamatan, Keamanan, Ketertiban, dan Kenyamanan).  

Baca Juga:  Wana Wisata dan Kebangkitan Ekonomi Hijau

Semoga bermanfaat, dan selamat “healing” di Lampung Barat.

--- Salam Lestari ---


Referensi:

  • Tips Menghindari Petir di Gunung, oleh Sony, posting 1 Januari 2023 (Link: https://napaktilas.net/tips-menghindari-petir-di-gunung/)
  • Penyebab Orang Tersambar Petir, Ini Penjelasannya! (link: https://www.gramedia.com/best-seller/penyebab-orang-tersambar-petir/)

Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer