Minggu, 12 Februari 2023

Inilah 7 Pemanfaatan Limbah Buah Kopi yang Menguntungkan secara Ekonomi dan juga Lingkungan

kopi lokal jejak erwinanta

Pengolahan buah kopi menjadi kopi siap konsumsi, baik dengan metode basah maupun kering, selalu menghasilkan limbah.  Katagori limbah kopi padat terdiri dari: kulit, daging buah, kulit tanduk, ampas kopi, dan limbah cair berupa air bekas pencucian kopi.   

Setiap 100 kg buah kopi akan dihasilkan 56,8 kg biji kopi (56,8%) serta 43,2 kg (43,2%) berupa limbah buah kopi padat.  Menurut Barbosa dkk (2005) setiap 1 kg kopi (dengan kadar air 12-13 %), menghasilkan ampas seduhan kopi sebesar 0,743 kg (kadar air 58,65%) atau 0,312 kg (kadar air 4,24%).  Hanya sedikit dari limbah kopi yang dimanfaatkan kembali, menjadi produk baru yang bernilai ekonomis, namun lebih banyak limbah kopi terutama kulit kopi, terbuang percuma menjadi sampah organik yang berpotensi menimbulkan masalah serius bagi lingkungan.    

Kabupaten Lampung Barat merupakan produsen utama Kopi Robusta Lampung. Kontribusi kopi robusta asal Lampung Barat sebesar 49,4 % dari total kopi Lampung dengan rata-rata  produksi mencapai ± 51.405 ton per tahun.  Tentunya dengan produksi sebesar itu, dihasilkan juga potensi limbah kulit kopi yang cukup besar.  Diperkirakan potensi limbah kulit kopi di Lampung Barat mencapai ±  22.207 ton/tahun.   

Nah, sangat disayangkan bukan? Jika limbah kulit kopi sebanyak itu, dibuang dan tidak termanfaatkan.  Apalagi jika dibuangnya di badan sungai atau di saluran drainase, tentunya akan menurunkan kualitas air, menimbulkan aroma tidak sedap, sedimentasi, ancaman banjir, dan  menyumbang emisi gas rumah kaca ke atmosfir semakin besar pula.  

Emisi gas rumah kaca yang berlebih menyebabkan terjadinya pemanasan global yang berujung pada terganggunya kondisi iklim.  Cuaca buruk, suhu udara yang panas, musim kemarau dan hujan yang tidak seperti biasanya, merupakan tanda-tanda terganggunya iklim bumi. Keadaan iklim yang tidak normal berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas produksi serta komoditas hasil pertanian, termasuk didalamnya adalah kopi.  Yup, sektor pertanian memang yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.  

Menurut BBC News (2021), setiap secangkir kopi yang kita minum menghasilkan ±  300 g CO2 ekv per hari, atau ± 116 kg CO2e selama setahun. Jejak karbon yang dihasilkan kopi ± 50% berasal dari budidaya, ± 20% dari limbah, dan ± 17% dari konversi lahan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tanaman kopi yang dibudidayakan secara monokultur hanya menyimpan karbon rata-rata sebesar 13 ton C/Ha, sedangkan budidaya dengan pendekatan agroforestry bisa mencapai 43 ton C/ha. Dari sini saja Sobat sudah bisa menilai mana yang lebih baik untuk mengurangi 50% karbon dari sisi budidaya kopi?  

anatomi buah kopi
Anatomi Buah Kopi sumber: coffeeland.co.id

Anatomi buah kopi atau disebut “ceri” terdiri dari bagian-bagian yang disebut dengan biji (endosperm), kulit ari biji (epidermis), kulit tanduk (endocarp), lapisan lendir atau pectin layer, daging buah (mucilage atau mesokarp) dan kulit luar (eksokarp). 

Pengolahan buah kopi menghasilkan limbah kulit kopi, yang terdiri dari  pulp (bagian mesokarp), skin (bagian eksokarp), mucilage (lendir) dan kulit tanduk (bagian endokarp).    Pulp, skin, dan mucilage  disebut cascara yang merupakan bagian terbanyak yang dihasilkan dari limbah buah kopi. Limbah kulit kopi atau cascara ini perlu ditangani agar tidak merugikan lingkungan sekaligus mampu mendatangkan tambahan pendapatan, khususnya bagi para petani kopi yang menggantungkan hidupnya pada tanaman ini.  

Baca juga: |  “Pemborosan makanan (Food Wastage) tanda perilaku...” |

Berikut 7 cara pengolahan limbah kulit kopi versi Jejak Erwinanta yang dapat bernilai manfaat secara ekonomi maupun lingkungan, silahkan disimak ya sobat:  

1.  Pupuk Kompos Blok  

Kompos blok adalah kompos yang dibuat berbentuk kubus atau tabung (silinder) yang pada bagian tengahnya diberi lubang untuk meletakkan bibit tanaman.  Kompos blok baik digunakan pada lahan yang kurang unsur hara dan curah hujan rendah. Kompos blok merupakan inovasi pupuk organik yang memiliki sifat “slow release fertiliser”,  mudah menyerap air,  dan ramah lingkungan, karena dengan adanya pemanfaatan kompos blok sebagai media tanaman, akan mengurangi penggunaan plastik polibag. 

Pembuatan pupuk kompos blok berbahan limbah kulit kopi hampir sama dengan pembuatan kompos biasa. Bedanya pada pupuk kompos blok dicetak berbentuk kubus atau tabung dengan menambahkan bahan perekat alami, biasanya menggunakan tepung kanji. 

Langkah-langkah pembuatan kompos blok berbahan dasar limbah kulit kopi, sebagaimana disadur dari Novita dkk (2018), sebagai berikut:

  1. Penyiapan limbah kulit kopi (campuran kering maupun basah) sebanyak ± 5 kg. Limbah kulit kopi kemudian dihaluskan untuk mempermudah proses dekomposisi dan dicampur dengan pupuk kandang sebanyak ± 2,5 kg.  Tambahkan 100 ml larutan EM-4 / decomposter dan 2 sendok makan molase atau 200 gram gula merah yang sudah dilarutkan ke dalam 5 liter air, dan diaduk-aduk agar bahan tercampur rata.
  2. Bahan-bahan tersebut kemudian  dimasukkan ke dalam bak atau wadah dan ditutup rapat dengan plastik selama 1 minggu agar terjadi proses fermentasi.  Lakukan homogenisasi biomassa dengan pengadukan. 
  3. Setelah satu minggu, Kompos limbah kulit kopi selanjutnya diberi bahan perekat.  Bahan perekat berupa tepung kanji yang dilarutkan dalam air panas hingga mengental dan dicampurkan ke bahan fermentasi limbah kulit kopi setelah larutan perekat dingin. Ratakan sampai tekstur  kompos lembek dan siap untuk dicetak.
  4. Alat cetak kompos blok, dapat didesain dengan menggunakan bahan besi seperti alat press batako atau paving blok berbentuk tabung atau persegi.  Dapat juga dibuat dengan menggunakan pipa PVC diameter 3 inchi dan tinggi 10 cm.  Pada bagian tengah kompos blok diberi lubang, untuk meletakan biji atau bibit tanaman.  Kompos blok yang sudah dicetak kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering, biasanya selama ± 7 hari.
kompos blok dan alat cetak, BP2LHK
Kompos Blok & Alat Cetak, sumber: BP2LHK (2019)

Komposisi kandungan unsur hara makro dari kompos blok kopi adalah: kandungan  N sebesar 3,22%, unsur P sebesar 1,09%, dan unsur K sebesar 1,76%.  Kandungan unsur hara pada kompos kulit kopi tersebut telah memenuhi standar sesuai Peraturan Menteri Pertanian No. 70 Tahun 2011.  Hasil pengujian terhadap tanaman cabai rawit menunjukan hasil yang baik, dimana laju pertumbuhan untuk tinggi tanaman mencapai 7,88 cm/minggu dan jumlah daun sebanyak 2 helai/minggu (Novita dkk, 2018). 

2. Mikro Organisme Lokal (MOL) 

MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah pembiakan dari beragam mikroorganisme berguna melalui proses fermentasi.  MOL  bermanfaat sebagai starter atau biang bakteri  pengurai bahan organik menjadi pupuk organik padat maupun cair melalui proses anaerob.  

Cara pembuatan MOL dari limbah kulit kopi cukup sederhana yaitu dengan mencampurkan limbah kulit kopi basah yang sudah dihaluskan dengan air kelapa dan gula merah atau molase. Untuk memperkaya MOL dapat ditambahkan buah pepaya matang yang sudah dihaluskan, air cucian beras (leri), dan hancuran serasah daun bambu yang sudah berjamur.   

fermentor sederhana
Fermentor sederhana, sumber R. Ciptasari (2015)

Masukan semua bahan ke dalam wadah fermentor.  Wadah fermentor sederhana dapat dibuat dari toples plastik atau jerigen yang diberi saluran pembuangan untuk gas metan hasil fermentasi. Letakan wadah fermentor yang berisi campuran MOL tadi di tempat yang kering,  teduh, dan tidak terkena matahari langsung.  Diamkan selama 2 – 4 minggu untuk proses fermentasinya.  MOL yang berhasil, ditandai dengan aroma seperti bau tape atau alkohol. Jika beraroma busuk tanda MOL mengalami kegagalan dan proses diulang kembali. 

Kandungan mikro organisme lokal dari hasil fermentasi limbah kulit kopi antara lain: Rhizopus oryceae, Saccharomyces cereviceae, Aspergilus niger, Tricoderma viride.   

Baca juga: |  “POC Super, Berbahan Dasar Tempe Busuk” |

3.  Pakan Ternak

Limbah kulit kopi mengandung 6,67% protein kasar, serat kasar 18,28%, lemak 1,0%, kalsium 0,21%, dan fosfor 0,03%. Kandungan ini merupakan tambahan nutrisi bagi hewan ternak khususnya bagi ternak ruminansia atau hewan memamah biak.  

Fermentasi limbah kulit kopi untuk pakan ternak ruminansia, memiliki 3 kandungan Nutrisi penting, yaitu kandungan protein kasar sebesar: 11,3% – 12,8%, kandungan serat kasar sebesar 36,2% - 42,1%, dan kandungan energi metabolisme sebesar 3.087 kkal – 3.830 kkal.  Kandungan nutrisi ini lebih tinggi dibandingkan dengan pakan yang berasal dari rumput gajah maupun fermentasi jerami padi (Efendi dan Harta, 2013).    

Cara pengolahan pakan ternak berbahan limbah kulit kopi cukup mudah dan sederhana, proses pertama adalah menyiapkan bahan starter berupa larutan biodecomposer atau MOL, gula merah dan urea.  Larutan ini kemudian dicampurkan dengan limbah kulit kopi yang akan dijadikan pakan ternak.  Tutup rapat limbah kulit kopi yang telah tercampur bahan starter ini dengan terpal dan hindari sinar matahari langsung dan terpaan hujan. Diamkan selama 3 minggu untuk proses fermentasi oleh bakteri asam laktat.  Sebelum diberikan sebagai pakan, hasil fermentasi diangin-anginkan terlebih dahulu dan dicampur dengan bahan pakan lainnya sebagai konsentrat. 

4. Bio-Briket Kopi

Briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Briket dari limbah kulit kopi termasuk katagori “Bio-Briket”, yaitu briket yang dibuat dari arang biomassa tumbuhan, baik bagian yang memang sengaja dijadikan bahan baku briket maupun limbah dari proses pengolahan. Biobriket yang berkualitas mempunyai ciri antara lain tekstur halus, tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan lingkungan, mudah terbakar, waktu terbakar cukup lama, tidak menimbulkan jelaga dan sedikit asap,  serta memiliki nilai kalor yang cukup tinggi.

Kulit kopi mentah memiliki kandungan kadar air 2,25%; kadar abu 0,73%; zat terbang 74,20%; dan karbon padat 25,07%, sehingga berpotensi dijadikan bahan baku briket.  

bentuk biobriket N. Fitri-2017
Berbagai bentuk Biobriket,  sumber N. Fitri (2017)

Pembuatan Bio-briket dilakukan dengan 4 langkah proses, yaitu proses karbonisasi atau pembuatan arang, proses penggilingan atau penghancuran arang, proses pencampuran adonan perekat, dan terakhir adalah proses mencetak serta pengeringan.  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nursyah Fitri (2017) dengan mengkombinasikan limbah kulit kopi, serbuk gergaji dan perekat menggunakan getah pinus, menghasilkan briket kulit kopi dengan nilai kalor yang cukup tinggi sebesar  5.532,9 kal/gram – 6.124,1 kal/gram. 

5.  Teh Cascara

Selain bijinya, daun kopi dapat pula dimanfaatkan sebagai minuman seperti teh yang bercita rasa kopi.  Jika Sahabat pernah berkunjung ke Sumatera Barat, tentu pernah merasakan nikmatnya minuman kopi khawa yang terbuat dari daun kopi.  Tetapi ada minuman kopi yang tak kalah nikmatnya dari biji maupun daun kopi, yaitu  teh Cascara.  "Teh Cascara" termasuk minuman herbal yang terbuat dari kulit buah kopi (pulp dan muscle) yang dikeringkan. 

cascara, alodokter.com
Bentuk Cascara Kering,  sumber  alodokter.com

Kandungan senyawa aktif yang terdapat pada cascara yaitu tannin 1,8-8,56%, pektin 6,5%, kafein 1,3%, asam klorogenat 2,6%, asam kafeat 1,6%, antosianin total 43% (sianidin, delpinidin, sianidin 3-glikosida, delpinidin 3-glikosida, dan pelargonidin 3-glikosida).  Senyawa polifenol,  flavonoid, dan tanin dapat menurunkan akumulasi kolesterol total, trigliserida, dan Low Density Lipoprotein (LDL) dengan berbagai cara seperti mencegah penyerapan biosintesis LDL, sebagai antioksidan, dan menurunkan kadar LDL yang teroksidasi.

Menyadur dari Alodokter.com, teh cascara memiliki manfaat kesehatan, yaitu: dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, menjaga kesehatan jantung, menjaga kesehatan saluran pencernaan, dan menurunkan kadar gula darah, serta memilihara kesehatan dan fungsi otak.  

Cara pembuatan teh cascara,  cukup dengan mengeringkan pulp dan muscle dari buah kopi di bawah sinar matahari selama 20 hari.  Keringnya "Cascara" ditandai apabila digigit, kulit kopi terasa renyah dan beraroma khas asamnya kopi. Cascara yang sudah benar-benar kering selanjutnya dihancurkan menggunakan grinder dan kemudian dimasukan kedalam kantung teh celup atau menggunakan alat penyaring teh apabila disajikan secara langsung seperti teh tubruk.

6. Keripik Cascara

Pemanfaatan lainnya dari cascara adalah menjadikannya bahan keripik.  Keripik cascara, tidak hanya mengurangi beban lingkungan akan tetapi berpeluang menambah pendapatan rumah tangga petani sekaligus mendukung wisata.  Keripik kopi dapat menjadi produk oleh-oleh atau souvenir bagi wisatawan yang berkunjung. 

Keripik Cascara, sumber: Harmain (2018)
Keripik Cascara, sumber: Harmain (2018)

Bahan utama dalam pembuatan keripik ini adalah kulit kopi ceri (cascara) yang berwarna merah, seragam dan masih segar.  Langkah awal yang dilakukan adalah mensortir kulit kopi yang telah terlepas dari bijinya. Setelah sortir dilakukan maka kulit kopi dicuci sampai bersih kemudian ditiriskan. Siapkan tepung terigu, air dan garam lalu diaduk merata. Adonan ini nantinya digunakan sebagai campuran dalam membuat keripik kulit kopi. Pada adonan ini juga bisa ditambahkan rasa lainnya sebagai variasi rasa.  Bila tidak ada lagi air yang menetes maka kulit kopi bisa dimasukkan dalam adonan lalu di goreng. Setelah dirasa cukup matang maka keripik bisa diangkat dari penggorengan, kemudian ditiriskan kembali untuk mengurangi kandungan minyaknya. Setelah itu keripik kulit kopi siap untuk dikonsumsi.

7. Tepung Kopi 

Tepung kopi yang umum diperdagangkan adalah tepung yang terbuat dari biji kopi atau green bean. Profesor Daniel Perlman dari Brandeis University, merupakan orang yang pertama kalinya mempopulerkan tepung kopi.   Ternyata selain dari bijinya, tepung kopi juga dapat dibuat atau dihasilkan dari bahan limbah kulit kopi (cascara).  Limbah Kulit kopi mengandung zat fenolik bersifat antimikroba serta antioksidan (Bresciani et al., 2014). Ekstrak kulit kopi dapat pula memberikan efek penghambatan yang tinggi terhadap hyaluronidase, sehingga berpotensi untuk menekan alergi dan peradangan (Furusawa et al., 2011).  

Tepung dari kulit kopi memiliki kandungan kafein yang lebih rendah, bebas gluten, tinggi protein, mengandung zat besi 3 kali dari bayam, dan mengandung 55 %  serat (Tepung Gandum hanya 5-12%), dan kadar potassium 2 kali lebih banyak dibanding buah pisang.  

Tepung kulit buah Kopi Sumber: en.indonetwork.co.id
Tepung kulit Kopi, sumber: en.indonetwork.co.id

Proses pembuatan tepung kopi atau coffee flour diawali dari pengumpulan kulit ceri kopi yang telah matang dan berwarna merah.  Kulit ceri kopi kemudian disortir dan dicuci hingga bersih.  Tiriskan dan selanjutnya di oven hingga kering sempurna dan mengeluarkan harum khas kopi.   Selanjutnya proses penghalusan dengan menggunakan blender dan pengayakan untuk memisahkan bubuk halus dan kasar.  Produk tepung kopi siap diaplikasikan untuk pembuatan roti, cakes, dan sebagainya.


Jika sudah mengetahui pemanfaatan lain dari limbah kulit kopi, akankan masih kita sia-siakan begitu saja? Jangan lagi ya Sob, karena jika kita menyia-nyiakan limbah kopi sama saja kita telah memboroskan 43% biaya produksi yang telah dikeluarkan tanpa mendatangkan nilai tambah bagi kita dan kelestarian alam. 

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”  (Surah Ali Imran 190-191)

Mari kita kampanyekan kopi rendah karbon, agar kita benar-benar merasakan nikmatnya minum kopi tanpa merasa “baper”  turut menzholimi alam. Melalui kopi mari kita tebarkan kebaikan, kreativitas, inovasi, dan persaudaraan.   Semoga informasi ini bermanfaat ya Sob.

Salam Sehat dan Salam Lestari. 


Referensi:

  • Romadhona, A. R. et all. 2022. Pengolahan Limbah Kulit Kopi Arabika Kintamani Sebagai Alternatif Menunjang Sustainable Development Goals. Prosiding Webinar Nasional Pekan Ilmiah Pelajar (PILAR). Universitas Mahasaraswati Denpasar. ISSN: 2830-5310
  • Perubahan iklim: Perlukah kita menanam pohon kopi sendiri demi mengurangi jejak karbon? (link: https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-59022736)
  • Novita, Elida, et all. 2018. Pemanfaatan Kompos Blok Limbah Kulit Kopi sebagai Media Tanam. Jurnal Agrotek Vol. 2 No. 2 September 2018. Program Studi Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian UMI. Makasar (Link: https://jurnal.fp.umi.ac.id/index.php/agrotek/article/view/62)
  • Efendi, Z dan Harta, L. 2013. Kandungan Nutrisi Hasil Fermentasi Kulit Kopi (Studi Kasus Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur). Laporan Kegiatan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong, BPTP Bengkulu.
  • Nugroho, SA., dkk. 2021. Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi sebagai Tepung Roti untuk Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga di Desa Kemuning Lor Kabupaten Jember. Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) Ke-7. Vol. 7 No. 3 (2021) E-ISSN: 2621-9794.
  • Harmain, et all. 2018. Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi Ceri Menjadi Keripik. Pubarama: Jurnal Publikasi Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1.

2 komentar:

Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer