Minggu, 18 Juni 2023

10 Inovasi dan Teknologi Pengolahan Sampah Plastik


Sampah plastik membutuhkan waktu yang panjang untuk dapat terurai secara alami.  Sebuah botol plastik memakan waktu sekitar 450 tahun agar dapat terurai.  Lama terurai dan produksi plastik yang kian meningkat, menyebabkan sampah plastik menjadi problema yang senantiasa mengusik kehidupan mahluk hidup di bumi dari generasi ke generasi.    

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan sampah plastik agar tidak membebani lingkungan, mulai dari kampanye pengurangan, penggunaan kembali, mendaur ulang, hingga penerapan insentif dan disisentif. Semua langkah tersebut, faktanya hanya mampu mengurangi sekitar 10 persen dari sampah plastik, dan selebihnya tidak terkelola, terbuang, dan pada akhirnya mencemari ekosistem laut (aquatic) maupun ekosistem daratan (teresterial).  

Kebutuhan dan lamanya plastik terdekomposisi, merupakan dua hal yang menjadi pertimbangan penting, mengapa inovasi dan teknologi diperlukan untuk mengatasinya. Teknologi dapat mempersingkat siklus daur sampah plastik menjadi bahan baku untuk digunakan kembali menjadi produk baru, mengkonversi menjadi energi alternatif, atau mengganti dengan komoditas yang biodegradable, sehingga tidak saja menjamin pemenuhan kebutuhan secara ekonomi, namun juga mampu mengatasi persoalan lingkungan hidup manusia. 

Pada dasarnya inovasi dibidang teknologi pengolahan sampah plastik adalah membangun dan mendorong sistem ekonomi sirkular, sekaligus mengurangi beban ekologis dari lingkungan hidup.  Ekonomi sirkular adalah konsep memaksimalkan nilai penggunaan suatu produk dan komponennya secara berulang, sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang (resource efficiency). 

Baca Juga: 10 Kreasi DIY Sampah Plastik berpeluang bisnis  

Inovasi dan teknologi pengolahan sampah plastik memang masih terus dikaji dan diujicobakan, guna memastikan tingkat keamanan, efisiensi, dan efek samping lainnya terhadap lingkungan.      

Berikut beberapa inovasi dan teknologinya yang dibangun dan dikembangkan guna pengelolaan sampah plastik ramah lingkungan yang perlu sobat ketahui, silahkan di simak ya Sob.  

1. Teknologi CreaSolv Process

Teknologi Creasolv dikembangkan oleh perusahaan Unilever melalui program yang bernama Unilever Sustainable Living Plan (USLP).  Unilever merupakan salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia, dengan lebih dari 40 brand yang terbagi dalam 2 segmen usaha, yaitu “Home & Personal Care” dan “Nutrition and Ice cream”.  Tahukah Sobat bahwa perusahaan inilah yang pertama kali memperkenalkan sabun mandi bermerk Lux sejak tahun 1936 di Indonesia. 

Unilever Indonesia didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama “Lever’s Zeepfabrieken N.V.” yang bertempat di daerah Angke, Jakarta Utara, dan kemudian pada tanggal 22 Juli 1980, Perusahaan ini berganti nama menjadi “PT Unilever Indonesia”.  Perusahaan Univeler berkantor pusat di Rotterdam, Belanda.

Teknologi Creasolv Process merupakan Program USLP yang dilaunching pada tanggal 17 Mei 2017. Creasolv Process bertujuan untuk mendukung kepedulian Unilever dalam melestarikan lingkungan hidup, melalui prinsip pengelolaan yang recyclable, reusable, dan compostable. Untuk mewujudkan program ini, Unilever bekerjasama dengan Fraunhofer Institute yang ada di Jerman.

produk Creasolv Process, sumber: antaranews.com

Sistem kerja dari teknologi ini adalah mendaur ulang kemasan plastik fleksibel atau multilayer yang berbentuk pouch atau sachet  menjadi bahan baku yang berupa pelet plastik polimer yang nantinya dapat digunakan kembali untuk membuat kemasan baru. Teknologi creasolv merupakan teknologi daur ulang sampah plastik ramah lingkungan, karena mampu mengurangi timbulan sampah plastik, khususnya sampah plastik fleksibel yang lebih banyak dibuang dan berpotensi mencemari lingkungan.  

Teknologi Creasolv yang dibangun oleh Unilever berada pada Komplek PT. Trias Sentosa di kawasan Krian, Sidoarjo, Jawa Timur. Teknologi ini memiliki kapasitas yang  mampu menyerap 3 ton sampah plastik per hari.  Pada skala komersial, teknologi creasolv mampu menyerap 8.200 ton plastik per tahun per unit operasi, atau setara dengan pengurangan emisi gas CO2 sebesar 7.800 ton per tahun per unit operasi. Dalam mengumpulkan sampah plastik fleksibel atau multi layer tersebut, Unilever bekerjasama dengan lebih dari 2.800 Bank Sampah yang tersebar di seluruh Indonesia.

2. Mesin daur ulang “Trashpresso”

Trashpresso merupakan mesin daur ulang bertenaga surya dan bersifat mobile, karena mesin dari teknologi ini dirancang atau dipasang pada Truck Container sepanjang 12 m, dan menggunakan panel surya sebagai tenaga penggeraknya. 

Trashpresso merupakan inovasi di bidang teknologi daur ulang sampah plastik yang dirancang oleh Arthur Huang, seorang arsitek dari Taiwan dan pendiri perusahaan Miniwiz pada tahun 2005.  Mesin ini mengubah sampah plastik menjadi material bangunan seperti genteng, batako, ubin heksagonal, dan lainnya. Nama Trashpresso berasal dari kata "Trash" (sampah) dan "Presso" (kopi espresso). 

Trashpresso di Yushu, Tibet. Sumber: nationalgeographic.grid.id

Teknologi ini mampu mendaur ulang sampah plastik hingga 50 kilogram per jamnya. Untuk menghasilkan 1 ubin heksagonal, dibutuhkan 5 botol plastik, dan untuk memproduksi ubin seluas 10 meter persegi hanya dibutuhkan waktu sekitar 40 menit.  

Saat ini perusahaan Miniwiz baru memiliki 2 armada mesin Trashpresso. Sejak dibuat hingga kini mesin Trashpresso telah mengubah sampah plastik menjadi mebel, aksesoris, bangunan, bahkan pesawat kecil, dan banyak komoditas berharga lainnya yang mendukung ekonomi sirkular atau ekonomi hijau. 

3. Teknologi Pirolisis Reactor mengurai sampah plastik menjadi BBM 

Plastik merupakan senyawa sintetis yang berasal dari minyak bumi, karenanya dengan teknologi thermochemical dapat mengembalikan plastik ke bentuk asalnya berupa bahan bakar minyak (BBM). Teknologi thermochemical meliputi tiga proses yang mampu mengurai sampah plastik menjadi energi alternatif, yaitu insinerasi, pirolisis, dan gasifikasi.

Teknologi pengolahan sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak dengan proses pirolisis dan penyubliman kering, digagas dan dipopulerkan oleh Yayasan Get Plastik Indonesia, yaitu lembaga non profit yang bergerak di bidang pengelolaan sampah plastik. Komitmen Get Plastik adalah mendirikan gerakan mengolah 25 ton sampah plastik menjadi BBM, guna mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA) di Indonesia. 

Teknologi BBM dari plastik, via liputan6.com

Yayasan ini dibentuk sejak tahun 2016, akan tetapi inovasi berupa mesin pirolisis dikembangkan sejak tahun 2014. Hingga saat ini Get Plastik Indonesia sudah memiliki 13 prototype dengan design dan kinerja mesin yang lebih efektif dan efisien, dengan kapasitas mesin mencapai 100 kg. Mesin rancangan Get Plastik Indonesia mampu mengubah atau mengkonversi sampah plastik seberat 1 kg menjadi 1 liter BBM dengan kandungan nilai oktan RON 84, yang dapat digunakan sebagai BBM kendaraan bermotor, mesin diesel dan kompor minyak. Selain minyak, akan dihasilkan residu arang atau black carbon yang dapat diolah menjadi souvenir atau marchendise

Proses pirolisis, yaitu memanaskan plastik pada suhu sekitar 400 - 800 derajat Celcius tanpa oksigen. Pada suhu tersebut, plastik akan meleleh dan kemudian berubah menjadi gas. Pada saat proses tersebut, rantai panjang hidrokarbon akan terpotong menjadi rantai pendek. Gas yang dihasilkan selanjutnya didinginkan (proses penyubliman/penyulingan) sehingga mengalami kondensasi membentuk cairan sebagai bahan bakar mentah yang nantinya akan diolah menjadi berbagai jenis BBM, baik berupa bensin maupun bahan bakar diesel. 

4. Teknologi refuse-derived fuel (RDF) / Solid Recofered Fuel (SRF)

RDF merupakan teknologi pengolahan sampah melalui proses homogenizers menjadi ukuran yang lebih kecil. Hasilnya sebagai sumber energi terbarukan dalam proses pembakaran, sebagai pengganti batu bara.  RDF dikelompokkan kedalam teknologi Waste To Energy, dimana produk akhirnya dapat dioleh menjadi energi baik energi panas maupun sebagai energi listrik.  

RDF sebagai pengganti batu bara, digunakan dalam mendukung industri semen dan juga Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), potensinya cukup besar karena di Indonesia ada 34 titik pabrik semen dan 50 lebih PLTU.  Teknologi RDF mampu mengolah 28 ribu ton sampah plastik perhari  menjadi pelet RDF.

alur proses RDF, sumber: mongabay.co.id

Biaya produksi pengolahan sampah plastik menjadi RDF lebih efisien, dibandingkan dengan menggunakan batu bara. Dalam satuan kalori yang sama 3000 kalori per ton, satu ton RDF  hanya membuthkan biaya 20 US Dollar, sedangkan untuk batu bara dalam satu ton mencapai 40-50 US dollar. 

Salah satu penerapan teknologi RDF berada di TPST RDF Jeruklegi, Bandung, dengan kapasitas produksi sebanyak 120 – 150 ton setiap harinya atau sekitar 3.600 ton per bulan. RDF yang dihasilkan berupa cacahan sampah atau pelet plastik. Hasilnya akan dimanfaatkan sebagai pengganti atau co-firing batu bara sebagai pembangkit tenaga listrik (PLTU), industri kecil, mesin pengering bahan pertanian dan keperluan rumah tangga.

Namun begitu penggunaan RDF sebagai energi alternatif, masih menjadi perdebatan oleh para pemerhati lingkungan.  Pembakaran RDF akan menghasilkan residu berupa abu, baik yang terbang maupun mengendap (FABA : fly ash bottom ash). FABA ini tergolong limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun).  Pembakaran RDF akan melepaskan senyawa kimia ke udara seperti dioksin, polutan organik persisten, logam berat, dan partikel halus. Dioksin dan furan yang dihasilkan dari pembakaran RDF akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker, gangguan hormon, dan reproduksi.

5. Teknologi Insinerasi Sampah

Insinerasi merupakan teknologi pembakaran langsung sampah (insinerasi) yaitu pendekatan konvensional pembakaran melalui reaksi eksotermik antara oksigen dan bahan bakar.  Insinerator biasanya dirancang secara umum untuk pembakaran oksidatif penuh dengan kisaran suhu 850 °C - 1.400 °C.

Beberapa jenis sampah plastik tidak dapat diolah menjadi produk daur ulang, karena tingkat resikonya yang tinggi, sehingga harus dihancurkan dengan menggunakan teknologi insinerasi,  seperti misalnya sampah medis, popok bayi, pembalut wanita, peralatan elektronik, plastik yang mengandung logam, masker, dan sebagainya. 

Insinerator sederhana sumber: Rhohman, 2019

Beberapa bagian dari insinerator antara lain:

  1. Primary Chamber: ruang bakar utama dimana semua limbah atau sampah yang akan dibakar dimasukkan ke dalam primary chamber ini.
  2. Primary Burner: Ini merupakan alat pembakar yang ada di dalam ruang bakar utama.
  3. Excess air supply: Api tidak akan bisa menyala jika tidak ada udaranya, makanya dengan bantuan excess air supply udara dikirimkan ke dalam ruang bakar.
  4. Auxiliary burner: ini berfungsi untuk pembakar pada ruangan yang kedua (atas)
  5. Gasvortex: dalam ruangan ke-2 (atas) gas yang dihasilkan dari ruang pembakaran utama tadi di bikin berputar menyerupai cyclone.

Incinerator menghasilkan panas, abu, arang, dan logam.  Panas bisa dimanfaatkan untuk pengeringan dan juga penggerak turbin untuk menghasilkan listrik.  

Kapasitas efektif insinerator untuk digunakan sebagai pembangkit listrik, minimal 1000 ton sampah plastik setiap hari, sedangkan dibawah itu panas yang dihasilkan hanya untuk mendukung operasional insinerator saja. Untuk itu insinerator skala kecil  dengan kapasitas dibawah 500 ton perhari dapat ditempatkan pada TPS di kelurahan atau kecamatan, sedangkan diatas itu dapat ditempatkan pada TPA. 

Kendala dari mesin insinerator, adalah kondisi sampah yang berasal dari TPS maupun TPA adalah sampah basah, yang menyebabkan kinerja insinerator menjadi kurang efisien, boros bahan bakar dan pada akhirnya membebani biaya operasional. Kendala lainnya menyangkut gas buangan yang berpotensi mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Masalah lainnya adalah perubahan perilaku, dimana masyarakat akan semakin malas untuk memilah sampah dan mengurangi penggunaan plastik. 

Untuk mengatasi pencemaran udara, LIPI telah menemukan teknologi plasma yang dapat diintegrasikan pada mesin insinerator. Metode plasma merupakan teknologi yang menggunakan proses tumbukan elektron yang dapat mengionisasi dan menguraikan gas beracun seperti NOx. SOx, dioxin dan furan menjadi gas yang relatif aman dan dapat dilepas ke lingkungan.

6. Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), sudah banyak diaplikasikan negara-negara maju di Eropa, seperti di negara Denmark.  Di Indonesia sendiri, teknologi PLTSa relatif masih baru dan menjadi salah satu program strategis nasional, yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Berdasarkan Peraturan Presiden ini terdapat 12 kota yang akan dibangun PLTSa yaitu: Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Makasar, Manado, dan Palembang. Pengelolaan PLTsa akan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Daerah.

skema PLTSa, sumber: menlhk.go.id 

PLTSa dilakukan dengan mengintegrasikan teknologi insinerasi, pyrolisis dan gasifikasi menjadi teknologi penghasil listrik yang ramah lingkungan. 

7. Teknologi Informatika – Startup Sampah

Teknologi informatika dapat digunakan untuk mengatasi persoalan sampah, khususnya sampah plastik.  Teknologi ini bukan pada mesin pengolah sampah akan tetapi membangun kemudahan dalam memberikan akses pelayanan jasa pemilahan dan pengumpulan sampah, bahkan mendukung pemasaran produk olahan sampah.  Berikut beberapa platform atau startup sampah karya anak bangsa yang patut diapresiasi sebagai berikut: 

a). Mallsampah

platform Mallsampah, via idntimes.com

Mallsampah merupakan startup asal Makassar yang berdiri sejak 2015 dan kini sudah menjadi perseroan terbatas. Cara kerja Mallsampah ini adalah menengahi penghasil sampah, baik sampah rumah tangga ataupun kantor, untuk kemudian diperjualbelikan kepada pengepul atau pemulung. Melalui platform ini, masyarakat juga dapat membeli produk-produk yang ramah lingkungan.

b) Gringgo

Gringgo, via idntimes.com

Satu lagi startup yang memiliki ide untuk pengelolaan sampah. Gringgo, yang telah berdiri sejak 2014 dan berbasis di Bali ini merupakan platform yang dapat menghubungkan masyarakat ke tempat pembuangan sampah terdekat agar mudah didaur ulang. Menariknya, dalam proses pengolahan sampah yang terjadi, baik penghasil sampah, pengumpul, ataupun pendaur ulang bisa menerima hadiah sesuai dengan keterangan yang terdapat pada aplikasi.

c). Angkuts

Angkuts via idntimes.com

Inovasi yang satu ini masih berhubungan dengan startup. Dengan nama Angkuts, startup asal Pontianak ini berfungsi untuk menyediakan layanan jasa pengangkutan sampah yang ditargetkan agar memudahkan masyarakat membuat sampah.

Angkuts dapat mengelola sampah yang terdapat di perumahan, restoran, hotel, kantor, bahkan tempat kost. Tidak hanya itu, pemilik sampah pun juga akan dihargai dengan saldo berupa tabungan dana pada aplikasi Angkuts.

d). Sampah Muda

Sampah Muda, via idntimes.com

Sampah muda merupakan inovasi untuk menanggulangi sampah lainnya dalam bentuk startup. Prinsip kerja startup ini adalah menghubungkan pemilik sampah dengan pendaur ulang.

Uniknya, penyumbang sampah akan mendapat imbalan berupa trashpoint yang bisa ditukar menjadi gopay atau pulsa listrik. Adapun jenis sampah yang bisa kamu daur ulang dengan aplikasi ini antara lain, kertas, metal, logam, kaca, elektronik, plastik, bahkan minyak jelantah.

8. Teknologi Vending Machine atau Isi Ulang 

Vending machine atau stasiun isi ulang, merupakan teknologi untuk mendukung gerakan pengurangan penggunaan plastik, dengan menggunakan kembali kemasan plastik. Khususnya kemasan plastik sekali pakai yang berasal dari pusat perniagaan dan rumah tangga.  Vending machine yang saat ini dikembangkan di Indonesia baru pada produk home and personal care, Nutrisi dan air minum.

Stasiun isi ulang, foto kolase

a) Stasiun Isi Ulang QYOS

Didirikan pada tahun 2020, QYOS merupakan start up berbasis digital yang menyediakan stasiun refill otomatis untuk produk rumah tangga, yang ditempatkan di toko-toko di area tinggal masyarakat. QYOS berfokus untuk mengurangi sampah plastik dari hulu dengan bekerja sama langsung dengan produsen.

QYOS merupakan bagian dari Enviu, sebuah perusahaan sosial yang berfokus untuk memberikan dampak positif bagi sosial dan lingkungan. Saat ini QYOS bekerjasama dengan Algramo untuk teknologi refillnya.  Awal Tahun 2023, QYOS berkolaborasi dengan PT Nestle Indonesia mengembangkan Stasiun Isi Ulang untuk produk-produk makanan dari PT Nestle Indonesia. 

Cara mengoperasikan mesin ini cukup mudah. Bermodalkan nomor handphone dan dompet digital Go-Pay, setiap orang bisa melakukan isi ulang dari vending machine, sesuai dengan produk yang ditawarkan. 

b) Dispenser Mas Eco 

Merupakan dispenser pintar untuk isi ulang air minum yang telah dirancang dengan memiliki sistem komputerisasi. Dispenser Mas Eco dirancang oleh Dede Nurdiansyah dan masih bersifat prototipe, yang bertujuan untuk menyediakan air minum isi ulang, sehingga mendorong masyarakat membawa kemasan minumnya sendiri dan terhindar dari masalah kehausan. Penggunaan Dispenser Mas Eco ini cukup mudah yaitu cukup dengan menempelkan kartu uang elektronik.

9. Reverse Vending Machine (RVM)

Teknologi RVM, merupakan cara kreatif dalam pengumpulan sampah plastik layaknya seperti mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri).  Bedanya yang dimasukan kedalam mesin RVM adalah botol plastik yang kemudian dikonversi menjadi poin atau uang elektronik yang dapat digunakan untuk berbelanja dan transaksi secara online.    

Teknologi RVM diinisiasi oleh Plasticpay, sebuah perusahaan lokal berbasis sosial digital, yang dipopulerkan pada tahun 2021.  Plasticpay sendiri merupakan anak perusahaan dari PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV) yang bergerak dibidang usaha ekonomi sirkular dengan memproduksi produk-produk daur ulang.

Kolaborasi Plasticpay dan BSI, sumber: indozone.id

Lewat mesin RVM, sampah botol plastik akan dikonversikan menjadi poin. Poin yang terkumpul bisa digunakan untuk berbelanja dan dikonversikan menjadi uang elektronik, seperti Gopay, OVO, Dana, LinkAja, dan InaCash, serta dapat berupa uang tunai atau saldo tabungan. 

Plasticpay aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Bank Syariah Indonesia, Danone - Aqua, Le Minerale, Kopi Gadjah, Caffino, 5Days, Milk Life, Sahabat Sirkulasi Semesta, Grand Indonesia, Alfamart, Berani Jaga Bumi, SheStars.id dan LionsClub Indonesia. Plasticpay membuka peluang dan membantu perusahaan-perusahaan mewujudkan program CSR yang berkelanjutan, serta memenuhi aspek ESG (Environmental, Social, dan Governance) yang dapat dipertanggungjawabkan. 

Botol plastik yang terkumpul akan dibawa untuk didaur ulang ke perusahaan induknya PT INOV menjadi butiran plastik Recycled Polyester Staple Fiber (RePSF), yang nantinya akan digunakan sebagai bahan baku produk-produk daur ulang seperti tas, sajadah, karpet mobil, dan lain sebagainya.

10. Bioplastik yang Biodegradable

Berbeda dengan plastik pada umumnya yang dibuat dari bahan dasar minyak bumi seperti petroleum, gas alam dan batu bara, plastik biodegradable atau dikenal sebagai bioplastik ini terbuat dari selulosa, kolagen, protein, lipid, ataupun chitosan yang diambil dari ekstraksi tanaman dan hewan.  Plastik biodegradable ini berbahan dasar tepung atau serat alami, seperti tepung singkong, rumput laut, kentang, jamur, daun palm, beras, dan kulit ikan.  Bioplastik dapat diurai oleh alam menjadi CO2 dan biomassa lainnya dengan bantuan mikroorganisme.

Kantong plastik dari bahan singkong via: joss.co.id 

Sebagai perbandingan, plastik biasa membutuhkan waktu sekitar 50-100 tahun untuk terurai oleh alam. Sementara plastik biodegradable ini dapat terurai lebih cepat. Untuk sebuah kantong plastik misalnya, dapat terurai dalam hitungan bulan, tergantung dari material dasar yang digunakan. Namun penggunaan plastik biodegradable masih sangat jarang menyebabkan harganya relatif mahal dibanding plastik konvensional.


Pengurangan sampah plastik dapat dilakukan dengan penerapan hukum yang tegas dan ketat, seperti yang dilakukan oleh negara Korea Selatan melalui kebijakan Volume-based Waste Fee (VBWF). Di mana, ada biaya pembuangan sampah berdasarkan ukuran volumenya, baik sampah rumah tangga maupun industri, dan akan ada denda dan hukuman bagi warga yang tidak mematuhi aturan ini.

Nah menurut Sahabat, dari 10 teknologi ini, mana yang lebih efektif diterapkan di tempat Sahabat?  Yuk kita berbuat baik untuk lingkungan kita dengan mulai memperbaiki sikap kita terhadap sampah yang kita hasilkan. Mari berkomitmen wujudkan Indonesia bebas sampah plastik.

--- Salam Lestari ---

Referensi:

  • https://www.mongabay.co.id/2020/07/27/pertama-di-indonesia-sampah-rdf-jadi-pengganti-batu-bara/
  • https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4940651/get-plastic-indonesia-bikin-gerakan-olah-25-ton-sampah-plastik-menjadi-bbm
  • https://nationalgeographic.grid.id/read/131855710/trashpresso-teknologi-yang-mampu-ubah-sampah-plastik-menjadi-ubin?page=all
  • https://www.antaranews.com/berita/762441/kumpulkan-plastik-sachet-kini-ada-teknologi-daur-ulangnya
  • https://www.rinso.com/id/sustainability/mengenal-proses-daur-ulang-plastik-melalui-teknologi-creasolv.html
  • https://www.beritasatu.com/iptek/323622/teknologi-insinerator-bisa-hasilkan-listrik
  • https://sib3pop.menlhk.go.id/articles/view?slug=insenerasi-sampah
  • https://www.indozone.id/life/BysxVRj/auto-cuan-mesin-ini-bisa-tukar-botol-plastik-bekas-jadi-uang/read-all
  • https://www.idntimes.com/tech/trend/m-tarmizi-murdianto/inovasi-teknologi-pengolahan-sampah-buatan-indonesia?page=all
  • https://joss.co.id/2018/08/ramah-lingkungan-plastik-dari-singkong-diproduksi-massal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer