Minggu, 04 Juni 2023

Solusi Bijak dan Cerdas atasi Polusi Plastik, "Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia Ke-50"


Setiap tanggal 5 Juni, diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau “World Environment Day”. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kesadaran dan kepedulian akan pentingnya mempertahankan kualitas lingkungan hidup, yang saat ini kian mengalami penurunan akibat pencemaran. Krisis iklim dan gelombang panas yang melanda beberapa negara di dunia, seolah membuktikan bahwa kondisi lingkungan hidup kita sedang tidak baik-baik saja. 

Ditetapkannya tanggal 5 Juni, merupakan apresiasi atas Konferensi Stockholm tentang Lingkungan Hidup Manusia yang dimulai tanggal 5 Juni - 16 Juni 1972. Konferensi Stockholm melahirkan Deklarasi Stockholm yang monumental, karena menandai kesatuan tekad dan kesadaran bersama antara negara industri dan negara berkembang tentang pentingnya pembangunan berkelanjutan, dan pengendalian pencemaran guna  keberlangsungan hidup manusia di seluruh dunia. 

Hasil penting Konferensi Stockholm lainnya adalah terbentuknya United Nations on Environment Programmes (UNEP), dan mendorong pembentukan kementerian atau lembaga yang menangani lingkungan hidup di seluruh dunia.  UNEP bermarkas di Nairobi, Kenya, dan berperan untuk membantu negara-negara berkembang melaksanakan kebijakan mengenai alam dan menggalakkan sustainable development di dunia.

Peringatan "Hari Lingkungan Hidup Sedunia" pertama kalinya dilaksanakan di Jenewa, Swiss, pada tahun 1973, dengan tema “Only One Earth”. Tahun 2023, merupakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang ke-50, dipusatkan di Pantai Gading, Afrika Barat, dengan tema: “Beat Plastic Pollution” atau “solusi untuk polusi plastik”.  

Pantai Gading merupakan salah satu negara di Afrika Barat yang mampu mengolah sampah plastik menjadi bernilai ekonomi bagi masyarakatnya dan mendatangkan keuntungan bagi negaranya, seperti contohnya Resort Wisata terkenal di Abidjan, Pantai Gading yang bernama  'L’île Flottante' sebagai pulau terapung yang terbuat dari sekitar 700 ribu sampah botol plastik. 

Pulau terapung 'L’île Flottante' di Abidjan, Pantai Gading, sumber: liputan6.com

Mengapa polusi plastik menjadi tema hari lingkungan hidup sedunia yang ke-50?

Menurut data dari genevaenvironmentnetwork.org (2023), diperkirakan lebih dari 430 juta ton plastik  diproduksi setiap tahun di seluruh dunia, dimana lebih dari setengahnya dirancang untuk digunakan hanya sekali pakai. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 10 persen yang didaur ulang, dan selebihnya menjadi sampah yang mencemari laut dan daratan. Diperkirakan 19-23 juta ton sampah plastik berakhir di danau, sungai, dan laut setiap tahunnya. 

Dari halaman detik.com (2022), terdapat 5 (lima) negara penghasil sampah plastik terbanyak di dunia yaitu: Negara Amerika Serikat  dengan jumlah sampah plastik mencapai 34,02 juta ton, diurutan kedua ditempati oleh India sebanyak 26,33 juta ton, ketiga: Negara China sebanyak 21,60 juta ton, ke empat ditempati oleh negara Brazil dengan produksi sampah plastik 10.68 juta ton, dan yang kelima adalah negara Indonesia dengan jumlah sampah plastik mencapai 9,13 juta ton.  Indonesia juga diklaim sebagai negara terbesar ke-5 yang membuang sampah plastiknya di laut. Diperkirakan sekitar 56.333 ton sampah plastik di Indonesia setiap tahunnya mencemari ekosistem laut.

Plastik sekali pakai yang dibuang atau dibakar membahayakan kesehatan manusia dan keanekaragaman hayati serta mencemari setiap ekosistem dari puncak gunung hingga dasar laut. Celakanya plastik sangat sulit untuk terurai secara alami, sehingga jejak plastik akan sangat sulit menghilang dari muka bumi. World Economic Forum (WEF) memprediksi bahwa jumlah sampah plastik dan mikroplastik  yang mencemari laut pada tahun 2050 akan lebih banyak dibandingkan jumlah ikan dan plankton.

Mikroplastik, sumber: econusa.id

Bagian dari sampah plastik yang berbahaya adalah mikroplastik, yaitu partikel plastik kecil berdiameter hingga 5 mm. Mikroplastik dapat mencemari makanan, air, dan udara. Diperkirakan setiap orang saat ini telah mengkonsumsi tanpa sadar lebih dari 50.000 mikroplastik per tahun. Mikroplastik menyebabkan kerusakan sel, alergi parah, gangguan otak dan syaraf, kanker, gangguan hormon dan sistem imun, gangguan metabolisme, serta mempengaruhi perkembangan janin.

Kata Plastik diambil dari bahasa yunani “Plastikos” yang artinya bahan yang bersifat elastis. Plastik  adalah senyawa polimer yang unsur pembentuk atau pembangunnya adalah hidrogen dan karbon (Surono, 2013). 

Plastik pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Parkes di London, Inggris pada tahun 1862. Plastik temuan Parkes disebut Parkesine, dibuat dari bahan organik berupa selulosa. Sayangnya, temuannya ini tidak bisa dimasyarakatkan karena mahalnya bahan baku yang digunakan. 

Kemudian pada tahun 1907 bahan sintetis pertama buatan manusia ditemukan oleh seorang ahli kimia dari New York, bernama Leo Baekeland, berupa resin cair yang diberi nama Bakelite. Material baru ini tidak terbakar, tidak meleleh dan tidak mencair di dalam larutan asam cuka. Dengan demikian, sekali bahan ini terbentuk maka tidak akan bisa berubah.  

Inovasi di bidang plastik terus berlanjut, hingga pada tahun 1933, Ralp Wiley secara tidak sengaja menemukan plastik jenis lain yaitu Polyvinylidene Chloride atau populer dengan sebutan Saran. Saran pertama kali digunakan untuk peralatan militer, pembungkus dan penyimpan makanan. Pada tahun yang sama dua orang ahli kimia organik bernama E.W. Fawcett dan R.O. Gibson menemukan Polyethylene.

Penggunaan polyethylene semakin populer  sebagai bahan baku Kantong Plastik yang dibuat oleh Sten Gustaf Thulin, pada tahun 1959.  Kantong Plastik ciptaan Gustaf Thulin memiliki pegangan pada kedua sisinya, sehingga sering disebut pula sebagai T-shirt Bag.  Tujuan  Thulin menciptakan kantong plastik adalah untuk mengganti peran kantong kertas yang dianggap tidak ramah lingkungan, boros, dan mahal.  

Namun faktanya 64 tahun kemudian, sampah plastik justru menjadi persoalan penting yang mengancam kualitas lingkungan hidup manusia di dunia.   

Menyadur dari situs historia.id, plastik mulai diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1950-an, sebagai barang keperluan rumah tangga, sisir, sikat gigi, kancing pakaian dan mainan anak-anak. Hingga tahun 1953 di pulau Jawa telah berdiri 12 pabrik plastik. Bahan baku plastik saat itu di impor dari Belanda dan Amerika, melalui perusahaan minyak Shell dan Bataafsche Petroleum Maatschappij

Pada tahun 1960an, sejak penemuan kantong plastik Thulin, permintaan pasar akan kantong plastik terus meningkat, termasuk juga di Indonesia.  Kantong plastik dianggap praktis karena dapat memuat banyak barang, murah, dan aman dari air hujan. Pada masa itu kantong plastik juga digunakan oleh siswa sekolah  sebagai tas yang melindungi buku pelajarannya agar tidak basah jika hujan turun. 

Tahun 1963 dibangun pabrik pipa air berbahan plastik pertama di Indonesia oleh PT Prakarsa Plastics, yang diberi nama "Pralon" dan pada tahun 1970 didirikan pabrik pengolahan air mineral merk "Aqua" di Indonesia.  Dua nama merk dagang ini yang kemudian selalu digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk penamaan apapun merk pipa air maupun air kemasan. 

Walaupun beresiko terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan, nyatanya banyak industri tetap memproduksi kemasan berbahan plastik, dari berbagai jenis resin, sebagai bahan bakunya.  Pada tahun 1988 diberlakukan penggunaan kode resin, pada setiap kemasan plastik.  Kode tersebut diperkenalkan oleh American Society of Plastic Industry yang ditandai dengan simbol segitiga daur ulang yang bertuliskan angka dan huruf. 

Kode Resin Kemasan Plastik, sumber: pabrikmaklonkemasan.com

Melalui kode ini, Kita dapat  mengenal jenis resin yang digunakan dan mengetahui apakah kemasan plastik tersebut bisa didaur ulang atau tidak. Kode ini juga bisa dipakai untuk mengetahui tingkat keamanan kemasan makanan, dan resikonya bagi kesehatan manusia.  Dari Infografis di atas, kode resin yang dianggap relatif aman untuk digunakan kembali sebagai wadah makanan dan minuman adalah Kode:4 LDPE dan Kode: 5 PP.

Baca Juga: 10 Kreasi DIY Sampah Plastik   |   5 Karya Seni dari Sampah Plastik

Berbagai resiko dari dampak polusi sampah plastik terhadap alam dan manusia, mungkin sudah mulai tergambar, bagaimana sampah plastik yang kita buang, pada akhirnya akan kembali mengendap dalam tubuh kita sebagai racun yang membahayakan kesehatan dan kehidupan mahluk hidup lainnya.  Lantas apa saja yang dapat kita lakukan untuk mengatasi sampah plastik? 

sumber: idea.grid.id

  1. Mulailah berkomitmen pengurangan sampah plastik dari diri sendiri, seperti yang tergambar dalam infografis di atas.
  2. Setiap pembelian produk dengan kemasan plastik, sebaiknya memperhatikan simbol kode resin. Jangan menggunakan kembali kemasan plastik dengan kode resin yang beresiko tinggi bagi kesehatan dan lingkungan.
  3. Mengedukasi anggota keluarga untuk mulai mengurangi penggunaan plastik, mencari informasi yang benar tentang bahaya plastik bagi kesehatan, dan berkreasi dengan sampah plastik untuk memperkuat hubungan antar anggota keluarga, misalnya mengajari anak membuat pot bunga, dan celengan dari botol plastik bekas, dan sebagainya. 
  4. Biasakan untuk melakukan pemilahan sampah sejak dari rumah tangga, sekolah, dan kantor atau tempat usaha, sehingga pemrosesan sampah akan menjadi lebih mudah dan cepat. Buanglah jenis sampah pada kotak sampah sesuai dengan warna dan simbol kotak sampahnya. Kotak sampah berwarna hijau untuk sampah organik (daun, sisa makanan, ranting), warna kuning untuk sampah guna ulang (plastik, kaca, kaleng), warna merah untuk sampah B3/Bahan Berbahaya dan Beracun (baterai, Alat medis), warna biru untuk sampah daur ulang (kertas, kardus, koran), dan warna abu-abu untuk sampah residu (puntung rokok, popok, tisu, kapas).  
  5. Mendukung dan berperan aktif dalam menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan Bank Sampah dengan menjadi nasabah, mitra, atau donatur.  Bank sampah memiliki peran sebagai fasilitas pengelolaan sampah dengan prinsip 3R, sarana edukasi, perubahan perilaku dalam pengelolaan sampah, dan pelaksanaan ekonomi sirkular.  Pengelolaan sampah pada Bank Sampah diatur melalui Peraturan Menteri LHK Nomor 14 tahun 2021.   
  6. Meningkatkan kepedulian terhadap keberadaan dan fungsi fasilitas pengolahan sampah seperti TPS (Tempat penampungan sementara), TPS 3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle), dan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu). 
  7. Pengembangan "Kewirausahaan Hijau" atau "Ecopreneurship" dengan pemanfaatan sampah plastik menjadi produk baru yang menguntungkan, misalnya ecobrick, tas belanja, karpet plastik, tali plastik, perlengkapan rumah tangga, aksesoris dan sebagainya.  Kepeloporan, pemberdayaan dan Kemitraan dapat dilakukan dengan melibatkan kelompok sosial di desa, seperti kelompok pengajian, kelompok PKK, Karang Taruna, BUMDes, SOKLI (satuan operasional kebersihan lingkungan) dan sebagainya. 
  8. Aktif sebagai penggiat dan komunitas peduli lingkungan dengan mendorong terbentuknya kawasan permukiman sehat dan bebas sampah (ecoliving), seperti misalnya kampung bebas sampah plastik, kampung edukasi sampah, desa ecofuture, dan sebagainya, yang dapat ditingkatkan menjadi  "desa eduwisata zero waste", dan dapat diintegrasikan dengan program pemerintah seperti penyehatan lingkungan permukiman, program kampung iklim, dan pemberdayaan ekonomi kreatif.

kreasi dari sampah plastik, sumber: rumahmesin.com

Baca Juga: |  Keluarga Peduli Lingkungan  |  Strategi Konservasi

Manusia memang tidak terlepas dari plastik, dimana dan kapan saja, kita akan selalu menemukan plastik. Plastik banyak manfaatnya untuk manusia akan tetapi manakala plastik menjadi sampah, tidak hanya membahayakan manusia akan tetapi juga mahluk hidup lainnya di muka bumi.  Mari kita gunakan plastik dengan bijak dan cerdas.  Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia. 

---- Salam Lestari ----

Referensi:

  • https://www.genevaenvironmentnetwork.org/world-environment-day/
  • https://historia.id/kultur/articles/awal-mula-barang-plastik-di-indonesia-vqm1J/page/2
  • https://standarku.com/standar-kode-jenis-plastik/
  • https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6253565/10-negara-penghasil-sampah-plastik-terbanyak-di-dunia-indonesia-nomor-berapa
  • https://idea.grid.id/read/091846810/sampah-merupakan-kekhawatiran-pada-dewasa-ini-ternyata-kebanyakan-dari-sampah-rumah-tangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer