Kamis, 01 Juni 2023

Memahami Tema dan Arti Logo Hari Lahir Pancasila tahun 2023

Hari Kamis, tanggal 1 Juni 2023, seluruh masyarakat Indonesia, merayakan Hari Lahir Pancasila. Mulai dari siswa sekolah dasar, perangkat desa, hingga pegawai negeri di lingkup pemerintah daerah dan propinsi, mereka hadir mengikuti upacara peringatan lahirnya Pancasila dengan antusias dan penuh hikmad.  Ada yang berpakaian adat, dan ada pula yang menggunakan seragam asal organisasinya masing-masing. 

Di tanggal yang sama pada 78 tahun silam, di Gedung Chuo Sangi In (sekarang Gedung Pancasila), Ir. Soekarno berkesempatan menyampaikan pidatonya yang bertajuk “Lahirnya Pancasila” di depan para anggota sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Sidang anggota BPUPKI  pada saat itu membahas tentang  dasar-dasar Indonesia merdeka, yang dimulai dari tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945. 

Dalam sidang kedua  BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 tersebut, Bung Karno dalam pidatonya menyampaikan gagasannya mengenai konsep awal Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.  Panca artinya lima, sedangkan Sila artinya prinsip atau asas.  Pada saat itu Bung Karno menyebutkan lima dasar untuk negara Indonesia, yakni Sila pertama “Kebangsaan”, sila kedua “Internasionalisme atau Perikemanusiaan”, sila ketiga “Demokrasi”, sila keempat “Keadilan sosial”, dan sila kelima “Ketuhanan yang Maha Esa”.

"Dasar-dasar Negara telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat disini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita mempunyai Panca Inderia. Apa lagi yang lima bilangannya?”

“Pendawapun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip; kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan dan ketuhanan, lima pula bilangannya”.

“Namanya bukan Panca Dharma, tetapi – saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa namanya ialah Panca Sila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi”

...

“Maka dari itu, jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Panca Sila yang saya usulkan itu, menjadi satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nationaliteit yang merdeka, ingin hidup sebagai anggota dunia yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup diatas dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan sociale rechtvaardigheid, ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan ke-Tuhanan yang luas dan sempurna, – janganlah lupa akan syarat untuk menyelenggarakannya, ialah perjuangan, perjuangan, dan sekali lagi perjuangan. Jangan mengira bahwa dengan berdirinya negara Indonesia Merdeka itu perjuangan kita telah berakhir!

“Tidak! Bahkan saya berkata: Di dalam Indonesia Merdeka itu perjuangan kita harus berjalan terus, hanya lain sifatnya dengan perjuangan sekarang, lain coraknya. Nanti kita, bersama-sama, sebagai bangsa yang bersatu padu, berjuang terus menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan di dalam Panca Sila.”

(penggalan pidato Ir. Soekarno, 1 Juni 1945, secara utuh dapat dibaca pada situs krjogja.com

Penyempurnaan rumusan Pancasila dilakukan oleh Panitia Sembilan yang dibentuk oleh Dokuritsu Junbi Cosakai / BPUPKI.  Dinamakan Panitia Sembilan karena anggotanya terdiri dari  9 orang, yaitu: Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Abikoesno Tjokroseojoso, Agus Salim, Wahid Hasjim, Mohammad Yamin, Abdul Kahar Muzakir, Mr. AA Maramis, dan Achmad Soebardjo.

Setelah melalui beberapa proses persidangan, rumusan Pancasila yang telah disempurnakan dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke-4, yang kemudian disahkan pada Sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18 Agustus 1945, sebagai dasar negara Republik Indonesia.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945)

Hari kelahiran Pancasila akhirnya ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila sehingga tanggal 1 Juni 1945 secara sah diperingati Hari Lahir Pancasila. 

Maka sejak penetapan tersebut, setiap tanggal 1 Juni, segenap warga negara Indonesia berkomitmen untuk memperingati Harlah Pancasila sebagai bagian dari pengarusutamaan Pancasila, yakni sebagai panduan dalam seluruh bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


Tema Harlah Pancasila tahun 2023, berdasarkan Surat Edaran BPIP Republik Indonesia, mengusung tema: "Gotong Royong Membangun Peradaban dan Pertumbuhan Global" dengan Tagline:  "Aktualisasi Pancasila, Energi Pertumbuhan Indonesia".

Logo Harlah Pancasila tahun 2023 yang ditetapkan oleh BPIP RI  memiliki makna dalam setiap komponennya, yang memperkuat tema yang diusung, yaitu: 

  1. Ikon Masyarakat Berpegang Tangan : Melambangkan semangat gotong royong dan peradaban manusia
  2. Tanda Panah ke Atas: Melambangkan Pertumbuhan Global
  3. Ilustrasi Burung Garuda: Mempresentasikan simbol/negara Pancasila, semangat Pancasila, serta semangat juang bangsa Indonesia
  4. Sayap Berjumlah 5 Helai: Mempresentasikan 5 nilai dasar Pancasila
  5. Membentuk Lingkaran: Melambangkan bola dunia sebagai wujud peradaban dunia.

 

"Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “gotong-royong”. Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong!" 

“Gotong Royong” adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan”, saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu faham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan,..." (Ir. Soekarno, 1 Juni 1945) 


Mari kita jadikan momentum hari lahir Pancasila untuk bergotong royong membangun Tanah Air Indonesia tetap satu, tumbuh dan berkembang secara lestari dari generasi ke generasi. 

--- Salam Lestari ---

Referensi: dari berbagai sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer