Rabu, 14 Desember 2022

Penderita Jantung si Jantung Hati

Penyakit jantung merupakan penyakit tidak menular, akan tetapi penyebab kematian utama di dunia.  Penyakit jantung dapat menyerang siapa saja, gak peduli  umur, status sosial, bahkan harta dan kekuasaan yang kita miliki.  Gak peduli dimana dan kapan kejadiannya berlangsung.  Celakanya sebagian besar penyakit jantung tidak bisa disembuhkan, hanya dapat dikendalikan agar tidak semakin parah, melalui pengobatan seumur hidup.

Diambil dari halaman  alodokter.com, macam-macam penyakit jantung terdiri dari penyakit jantung koroner (PJK), serangan jantung, aritmia, kardiomiopati, gagal jantung, penyakit jantung bawaan, penyakit katup jantung, endokarditis, dan tumor jantung.   Seseorang dianggap beresiko tinggi terkena penyakit jantung jika mengalami kondisi antara lain hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga, gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Data WHO menyebutkan dari 41 juta penduduk dunia yang meninggal akibat penyakit tidak menular (PTM), sekitar 17,9 juta (43.6%) diantaranya disebabkan karena penyakit jantung koroner (PJK).  Di negara Indonesia, berdasarkan data BPJS, jumlah pasien PJK mencapai  9.4 juta pertahun, dengan kasus kematian setiap tahunnya sebanyak 651.481 jiwa, dan beban pembiayaan mencapai 7,7 triliun rupiah.   

Prevalensi tertinggi PJK adalah aparatur pemerintah sebesar 2.7% (artinya dari 1000 aparatur ada 27 diantaranya menderita PJK) dan masyarakat yang hidup di perkotaan dengan prevalensi mencapai 1.6%.  Nah .. nah... bagi anda yang berprofesi sebagai aparatur pemerintah dan tinggal di kota, sangat berpeluang banget nih berjumpa dengan yang namanya si PJK...  hati-hati ya sob... 

Tingginya resiko kematian akibat PJK, menjadi perhatian khusus Federasi Jantung Dunia, yang kemudian menetapkan tanggal 29 September sebagai Hari Jantung Sedunia.  Diharapkan melalui peringatan hari jantung sedunia ini semakin membuka kesadaran semua orang untuk melawan PJK dengan terus mempertimbangkan cara terbaik penggunaan jantung dengan prinsip sayangi sesama, sayangi alam, dan sayangi diri sendiri.  Akses pengobatan yang buruk, tingginya tingkat polusi, beban psikologis dan stres adalah faktor utama meningkatnya prevalensi dan angka kematian akibat PJK.

Saya dan istri adalah pasien jantung, saya sendiri sudah pasang ring di usia 48 tahun sedangkan istri karena bermasalah pada irama jantungnya (aritmia), dipasang alat pace maker (alat pacu jantung) diusianya yang ke 50 tahun.   

Serangan jantung yang saya alami terjadi pada tanggal 9 desember 2020, akan tetapi gejala sudah mulai terasa sejak 5 bulan sebelumnya.  Ditandai  kaki yang terlihat membengkak jika duduk terlalu lama, nafas berat, dada (ulu hati) terasa sakit seperti dipukul-pukul dan punggung dibagian bawah tulang belikat terasa pegal dan ngilu.   Rasanya seperti masuk angin dan selalu ingin bersendawa.  Puncak serangan jantung ditandai dengan keluarnya keringat dingin, dada nyeri seperti ditusuk-tusuk, telinga berdenging, pandangan gelap,  badan lemas dan terasa dingin.   Nah jika sahabat erwinanta mengalami gejala-gejala seperti ini, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter jantung atau dokter penyakit dalam, jangan menduga-duga dan menyimpulkan sendiri ya.

Pada awalnya saya menerima PJK sebagai malapetaka, merasa diri diibaratkan seperti habis manis sepah dibuang, merasa tidak berguna, menjadi beban, tidak produktif, serta seolah hidup hanya untuk menunggu panggilan sang Pencipta saja. Hampir 1.5 tahun saya mengalami "down" dan "kegamangan" antara loyalitas, keadilan, dan kekecewaan, yang ternyata perasaan yang emosional ini justru menambah PJK saya semakin parah. ... Pikiran bodoh yang justru merugikan diri sendiri.. Jangan suka "baperan" ya sob.

Ada 7 tips  versi jejak erwinanta, agar pasien PJK si jantung hati gak baperan dan mampu menjalankan kehidupannya bersama PJK dengan damai, silahkan disimak ya... 

1. Menerima PJK dengan pikiran positip

PJK wajib kita cegah, tapi jika melanda kita, jangan pula dianggap bencana yang menambah penyesalan dan kekecewaan.  Berusahalah untuk menerima PJK layaknya seperti teman karib yang akan setia menemani disisa umur kita.  Dia akan mengajari kita pentingnya menghargai hidup, menunjukan ke kita siapa sih yang lebih peduli terhadap kita, dan terpenting menyadarkan kita bahwa Tuhan YME itu selalu ada dan menyayangi kita. 

2. Manajemen waktu dengan baik

Rutinitas pasien PJK adalah minum obat secara teratur, istirahat cukup, dan makan minum dengan porsi yang tepat, untuk itu diperlukan pengaturan dan disiplin menggunakan waktu.  Termasuk juga pemanfaatan waktu luang, bekerja, interaksi dengan keluarga, dan ibadah.  Pasien PJK umumnya "slow motion" tidak bisa lagi bekerja dan bertindak seperti sebelum PJK datang.  Jadi segala aktivitas pekerjaan dimulai lebih awal agar dapat selesai tepat waktu. 

3.  Memperbaiki gaya hidup sehat.

Paling berat adalah memperbaiki kebiasaan buruk, yang kadang sudah menjadi "gengsi" seperti merokok, gemar makan makanan berkolesterol tinggi, gila kerja sampai lupa waktu, lupa dengan kondisi badan, lupa dengan kehidupan sosial dan keluarga.  Keberhasilan tergantung seberapa teguh komimen anda mengendalikan godaan tersebut.  Cara yang saya lakukan adalah dengan mensugestikan diri agar mampu mengontrol dan mengendalikan keinginan terhadap aktivitas dan hal-hal yang dapat memancing datangnya PJK semakin parah, misalnya berpuasa, diet, self control terhadap makanan, misalnya menanamkan dibenak kita bahwa "itu sudah pernah saya rasakan" atau "sakit itu tidak enak dan mahal"dan sebagainya.

4. Olah Raga ringan jalan sehat

Olga yang disarankan bagi PJK adalah jalan sehat, minimal 30 menit sehari.  Ternyata banyak manfaat tidak hanya kepada kesehatan fisik, akan tetapi juga psikis. Jalan sehat di pagi hari selain memperoleh udara pagi yang segar,  bertemu dan menyapa tetangga  dengan senyuman menjadi obat gratis pengendali PJK yang cukup ampuh loh.

5. Memperkuat silaturahmi dan beraktivitas sosial dengan baik.

Salah satu efek sampingan dari PJK adalah perasaan tersisihkan baik secara sosial maupun ekonomi, dan biasanya hal ini selalu ditutup tutupi oleh pasien PJK, menjadi beban pikiran yang berujung pada terganggunya kesehatan mental.  Silaturahmi tidak hanya membangun empati dan solidaritas tapi juga saling menguatkan satu sama lain.  Janji Allah dengan memperkuat tali  silaturahmi akan memperpanjang umur dan membuka pintu rezeki.

6. Optimalkan Bakat

Pandangan buruk seorang PJK adalah pasrah dengan keadaan yang justru membuat pasien PJK tidak produktif.  Pasien PJK memang tidak direkomendasikan melakukan aktivitas berat, tapi bukan berarti tidak boleh melakukan aktivitas sama sekali.  Jika anda punya bakat menulis atau seni, tuangkan bakat tersebut sebagai media pengendalian emosional anda, pengisi waktu luang, dan siapa tahu bisa menambah penghasilan anda.

7.  Perbanyak Ibadah

Jika anda selamat dari serangan jantung, bersyukurlah karena Allah masih memberikan kesempatan untuk merevitalisasi hidup anda menjadi lebih baik di dunia ini.   Gunakanlah kesempatan baik ini,  jangan sampai berlalu sia-sia, jadikan "injury time" ini untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, guna anda bawa ke kehidupan akherat, kampung dimana manusia akan mudik kelak.


Semoga bermanfaat ya, salam sehat dan jangan berputus asa...


RS Harapan Kita, 14 Desember 2022


6 komentar:

  1. Tetap semangat Bapak dan Ibu 🙏🙏

    BalasHapus
  2. Sabar dan ikhlas ya pak, Allah Maha Tahu kebutuhan hambanya

    BalasHapus
  3. Senasib pak, dipensiunkan sebelum waktunya, tapi tetap produktif ya pak, balasan Allah lebih adil. Tambahan tips dari saya: jadikan segalanya bernilai ibadah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap terimakasih tambahan tips nya pak Ricko. Sukses untuk bapak.

      Hapus

Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer