Teruslah melangkah mencari karunia sang Khalik, dan tapakkan jejak sebagai rambu bagi si Penerus
Sabtu, 10 Desember 2022
Puisi Alam
Grammatophyllum speciosum – sang tebu yang bercorak indah ...
![]() |
G. speciosum |
Tanaman dari famili Orchidaceae (anggrek) ini tumbuh secara epifit di hutan hujan tropis mulai dari wilayah indo-China, Indonesia, Filipina, hingga Pasifik barat daya. Penamaan genus Grammatophyllum diberikan oleh C.L. Blume pada tahun 1825, yang diambil dari bahasa Yunani, “Gramma” yang berarti “tanda” dan “phyllon” yang berarti “daun”.
Salah satu jenis yang terkenal dan mulai terancam keberadaannya adalah Grammatophyllum speciosum, yang diyakini sebagai spesies anggrek terbesar di dunia. Pseudobulb-nya dapat tumbuh memanjang hingga mencapai ukuran 2,5 m – 3 m, membentuk rumpun dengan berat mencapai ratusan kilogram.
Banyak masyarakat menyebutnya sebagai anggrek tebu, mungkin karena batang daunnya (pseudobulb) yang bentuknya berbuku-buku dan ukurannya yang besar layaknya tanaman tebu. Ada pula yang menamainya sebagai anggrek macan atau anggrek ratu, mungkin karena tampilan mahkota bunganya yang bertotol-totol, berwarna coklat gelap, layaknya kulit macan, dengan lebar bunga mencapai 10 cm dan beraroma harum.
Tidaklah salah julukan anggrek ini sebagai ratu anggrek, karena pesonanya dikala mekar sungguh luar biasa. Pancaran keharumannya memanjakan indra penciuman kita. Bunga anggrek ini dapat bertahan hingga 2 (dua) bulan bahkan lebih. Waktu berbunga biasanya pada menjelang musim penghujan, yaitu di bulan Oktober hingga Desember.
![]() |
Bunga Anggrek Tebu, November 2022 |
Berbeda dengan anggrek epifit lainnya, anggrek tebu justru sangat menyukai kondisi terbuka dan toleran dengan cahaya matahari langsung dengan lama penyinaran lebih dari 8 jam perhari, karenanya di habitat aslinya, anggrek ini banyak dijumpai di pohon-pohon yang tinggi.
Anggrek tebu memiliki daur berbunga yang cukup lama, lebih dari 3 tahun bahkan ada yang sampai 9-10 tahun, sungguh suatu penantian yang panjang. Laju eksploitasi yang tinggi dan regenerasi tanaman yang lama, menyebabkan tanaman ini semakin sulit ditemukan di alam.
Tentu bagi sobat erwinanta yang memelihara anggrek ini akan menjadi suatu kebahagian saat melihat ia "berbakti" dengan menunjukkan bunganya yang mempesona. Semua lelah dan penantian panjang itu seolah-olah "hempas" sudah.
Ohya jangan lupa bagi sobat Erwinanta, jika memiliki anggrek ini, tolong di jaga, dan di rawat dengan sebaik-baiknya ya, syukur-syukur jika dapat diperbanyak, agar dapat di sumbangkan kembali ke alam.
Happy Gardening...
Jumat, 09 Desember 2022
Jangan Sia-Siakan ... Sampahmu
Setiap aktifitas keseharian kita pasti menemukan bahkan menghasilkan sampah, baik dari sisa olahan makanan di dapur, daun-daun kering di halaman, kertas-kertas sisa pekerjaan, kardus bungkusan belanja online, ataupun plastik sisa pembungkus makanan dan kantong belanjaan.
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian LHK tahun 2021, sumber penghasil sampah terbesar berasal dari rumah tangga (40,9%) dimana sisa makanan merupakan jenis sampah terbanyak yaitu sebesar 39,82%
Untuk melihat data sampah secara nasional silahkan klik disini
Sampah rumah tangga dikategorikan kedalam dua golongan besar, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari unsur hayati (makhluk hidup) yang mudah terurai secara alami seperti sisa sayuran, sisa buah-buahan, daun kering, kulit telur dan sebagainya. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari benda tak hidup (non hayati) yang sukar terurai secara alami, seperti plastik, kaleng, kaca dan sebagainya.
Sampah organik setelah mengalami proses penguraian atau dekomposisi, akan menghasilkan pupuk organik yang mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, dan membikin tanaman kita tambah happy loh.... 🥰 Nahhh...sahabat, jangan sia-siakan sampah organik kita ya.
Ada dua katagori pupuk organik yang perlu sahabat ketahui, yaitu pupuk organik cair dan pupuk organik padat. Pupuk Organik Cair (POC) adalah pupuk yang dibuat secara alami melalui proses fermentasi, karenanya POC beraroma seperti air tape. Sedangkan pupuk organik padat adalah pupuk yang berbentuk padat hasil dari pelapukan atau pembusukan sampah organik, memiliki aroma khas tanah atau kayu lapuk. Baik pupuk organik cair maupun pupuk organik padat sama-sama memerlukan organisme pengurai (dekomposter).
Yuk kita belajar mengenal sampah organik yang paling sering dihasilkan di dapur kita, beserta potensi unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman kesayangan kita:
1. Kulit Telur
Menurut Journal of Agricultural and Food Chemistry kandungan pada kulit telur terdiri dari 98,2% Kalsium karbonat (CaCO3), 0,9% Magnesium (Mg), dan 0,9% fosfor (P), sedangkan pada membran kulit telur terdiri dari 69,2% protein, 2,7% lemak, 1,5% air, dan 27,2% abu.
Bagi tanaman unsur -unsur yang terkandung tersebut sangat bermanfaat untuk mencegah pertumbuhan kerdil, bunga dan buah gampang rontok, regenerasi sel dan fotosintetis, dan meningkatkan daya tahan tanaman dari serangan hama seperti lalat buah. Bagi tanah, tepung kulit telur dapat mengurangi kadar keasaman tanah, yang tentunya akan membuat tanaman lebih nyaman.
Cara pemanfaatan kulit telur untuk tanaman hias cukup mudah, yang biasa kami lakukan adalah dengan menghancurkan cangkang telur terlebih dahulu, tidak mesti harus berbentuk tepung ya. Kemudian taburkan saja disekeliling tanaman hias. Oh ya cangkang telur dan karpet telur bisa loh digunakan sebagai pot untuk persemaian bibit tanaman.
2. Kulit Bawang Merah
Kulit bawang mengandung hormon pertumbuhan allicin dan thiamin sebagai zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT), yang dapat merangsang tumbuhnya akar. Kandungan kalium, magnesium, fosfor dan zat besi pada kulit bawang tentu saja akan membuat tanaman tumbuh subur. Manfaat lain dari kulit bawang merah adalah sebagai mulsa organik yang dapat menjaga kelembaban tanah, mencegah tumbuhnya gulma, serta dapat mengusir ulat, kutu, dan jamur yang dapat mengancam tanaman kesayangan kita. Cara pemberiannya, cukup dengan menaburkan kulit bawang disekitar tanaman hias secara merata.
3. Air Leri atau Air Cucian Beras
Air cucian beras atau air leri mengandung beberapa nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Berikut jenis dan jumlah nutrisi yang terkandung dalam air cucian beras: 6-8% protein, 30-40% serat kasar, 10-20% asam amino bebas, 20-30% kalsium (Ca), 45-50% total fosfor (P), 45-50% besi (Fe), 10-12% seng (Zn), 40-45% kalium (K), 55-60% tiamin, 25-30% riboflavin, 60-65% niasin.
Selain memberikan nutrisi, air cucian beras mengandung bakteri yang bermanfaat bagi tanaman, seperti: bakteri Pseudomonas fluorescens yang beradaptasi pada sistem perakaran tanaman. Bakteri ini dapat menghambat perkembangbiakan patogen. Bakteri Pektolitik pektin adalah sejenis mikroba yang mensintesis karbohidrat dan asam amino untuk menghasilkan hormon pertumbuhan (ZPT). Dalam pengaplikasiannya, air cucian beras dapat disemprotkan secara langsung sebagai pupuk daun, atau dikocorkan pada media tanah, setelah terlebih dahulu didiamkan selama 1-2 jam.
4. Kulit Pisang
Kulit pisang memiliki kandungan kalium organik yang cukup tinggi, yaitu sekitar 42 %, protein, dan potasium. Kalium membantu memperkuat batang tanaman dan melawan penyakit. Protein membuat tanaman menjadi subur, dan lebat jika berbuah, dan potasium dapat membantu tanaman tahan dari kekeringan, sehingga tanaman tidak cepat layu.
Pemberian kulit pisang sebagai nutrisi tanaman dapat dilakukan secara langsung diletakan pada pot tanaman, dikeringkan dan kemudian baru diberikan pada tanaman, atau dirubah terlebih dahulu menjadi POC atau pupuk kompos padat.
5. Ampas Kopi
Ampas kopi mengandung 2,28% nitrogen., fosfor 0,06% dan 0,6% kalium. pH ampas kopi sedikit asam, berkisar 6,2 pada skala pH. Selain itu, ampas kopi mengandung magnesium, sulfur dan kalsium yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Manfaat ampas kopi untuk tanaman antara lain: menyebabkan warna bunga atau daun tanaman menjadi lebih cerah, mulsa, mencegah serangan molusca dan jamur, dan menambah kandungan nitrogen tanah. Pemberian ampas kopi dapat dilakukan dengan cara menaburkan disekitar tanaman hias kita.
Baca juga : | Atasi Genangan dengan Biopori |
Sebaiknya sahabat erwinanta, menyiapkan tempat pembuatan kompos khusus untuk limbah organik. Alatnya gampang dibuat, mau beli pun banyak tersedia di toko-toko online. Sejak dari rumah kita, sebaiknya sampah sudah mulai kita pilah. Sampah organik, kita manfaatkan kembali untuk pupuk organik, dan sampah anorganik biarlah selama belum bisa kita daur ulang kita kirimkan ke Bank Sampah atau ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah.
Kebetulan untuk alat pengolahan kompos sekala rumah tangga, kami menggunakan composting bag kapasitas 80 liter, yang siap menampung limbah organik dapur untuk 3 bulan kedepan 😉. Jadi sahabatku pencinta tanaman hias, akan selalu memiliki tanah kompos yang kaya nutrisi dan tentunya menghemat pengeluaran untuk media tanam.
Sore ini udara di kota liwa sejuk seperti biasanya. Mendung sudah terlihat dan segera akan meneteskan hujan. Saya sedang menyiapkan hidangan sore ini berupa pisang goreng. Tentu nikmat rasanya pisang goreng hangat, ditemani dengan secangkir kopi robusta petik merah yang masih mengepulkan asap.
Hhhhmmmmm...hati senang, perut kenyang dan tanaman pun riang ... 😁
... yuk kita mulai melatih diri kita untuk terbiasa memilah dan mengurangi sampah sejak dari rumah kita... salam 3R (reuse, reduce, recycle) ...
Happy Gardening...
Kamis, 08 Desember 2022
Konflik Gajah antara Solusi dan Resolusi ?
![]() |
Gajah Sumatera, foto: WCS, 2022 |
Assalamu'alaikum ...
Salam Rimba Lestari ...
Sobat Jejak Erwinanta dimanapun berada dan apapun keadaannya tetaplah tersenyum, karena senyum itu adalah ibadah..
Bicara konflik memang tidak melulu manusia versus manusia saja, ternyata manusia dengan satwa pun bisa berkonflik. Seperti halnya di daerah kami di Lampung Barat, peristiwa gajah masuk kampung bukanlah berita hoax, tapi memang benar-benar terjadi.
Setidaknya sejak tahun 2018 hingga kini, masyarakat di Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh, kerap menjadi langganan kunjungan mamalia bertubuh besar dan berbelalai ini, walau tidak sampai menimbulkan korban dikedua belah pihak, tapi menyisakan traumatik bagi keduanya.
Gajah tidak lagi seperti "Bona - Gajah Kecil Berbelalai Panjang..." tapi dianggap mahluk menakutkan yang tidak layak untuk hidup berdampingan, mungkin begitu pula pikiran gajah kepada manusia... Semoga tidak begitu ya, karena sesama mahluk Allah, dilarang saling menzholimi... hi hi hi.
Berbagai upaya mitigasi sudah dilakukan mulai dari pembentukan satgas, pengusiran, pemasangan GPS, hingga penyiapan pakan gajah, bahkan wacana untuk relokasi gajah pernah dicetuskan. Namun semua upaya tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan, dan bahkan pemerintah daerah dianggap kurang responsif dan lambat dalam penangannya.
Menurut Jejak Erwinanta - wajar jika penanganan konflik satwa memerlukan suatu proses yang panjang, mahal dan rumit - ini adalah buah dari suatu konsekuensi dan resiko, manakala pemanfaatan habitat satwa dilakukan secara tidak bijaksana, seperti itulah fakta yang kemudian akan terjadi.
Daripada energi habis hanya untuk saling menyalahkan, baiknya semua elemen kembali melakukan islah, duduk dalam satu meja untuk merumuskan "Roadmap" penanganan konflik gajah secara komprehensif, dilandasi dengan kesadaran yang tinggi, komitmen dan rasa tanggung jawab yang kuat untuk berkontribusi secara nyata sesuai kemampuannya masing-masing, dimulai dari tahap penyusunan, perumusan kesepakatan, dan pelaksanaannya.
Jejak Erwinanta mencoba memberikan sumbangan pemikiran, terkait penanganan konflik gajah dan manusia, - semoga yang sedikit ini dapat memberikan manfaat yang besar - dalam rangka melindungi keberlangsungan kehidupan gajah dan manusia.
"Bayangkan jika gajah di Lampung punah, lantas mau diganti apa maskot Lampung kedepannya ?"
Ada 5 (lima) tawaran resolusi yang dapat dijabarkan kedalam langkah-langkah solusi penanganan konflik gajah sumatera dengan manusia, melalui "Roadmap" yaitu:
1. Samakan Visi
Yakinkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu tidaklah sia-sia.
Begitulah kenapa gajah itu ada, artinya keberadaannya pastilah punya peranan penting di dalam sistem biosfer. Erwinanta tidak mengatakan menyamakan persepsi tapi lebih pada menyamakan visi. Dengan Visi, penanganan konflik satwa dan manusia tidaklah hanya bersifat kedaruratan, dan antisipatif, tapi berdimensi jangka panjang, simultan dan sistematis serta bertujuan untuk merubah mindset misalnya "dari konflik menjadi berkah".
Hasil analisa fishbone yang Jejak Erwinanta lakukan, teridentifikasi 5 (lima) tema kerentanan yang dapat diturunkan dan dijabarkan ke dalam misi dan strategi penanganan konflik satwa dan manusia, yaitu: Kapasitas Ekosistem, Kapasitas Sumber Daya Manusia, Program dan Inovasi, Political Will, dan Market Share.
2. Rekayasa Ruang Konflik
Ibarat mengatasi kemacetan lalu lintas, selalu ada upaya yang namanya rekayasa lalu lintas. Mungkin pendekatan ini dapat dilakukan guna mengurai dan menemukenali pemicu terjadinya gajah keluar dari jalur yang seharusnya. Gajah memerlukan ruang gerak, begitu juga manusia memerlukan ruang untuk hidup, karenanya perlu dirumuskan seperti apa merekayasa ruang gerak dan hidup yang berkeadilan itu, karena bukan berarti keduanya bisa berjalan dalam garis marka yang sama (Baca: dalam hutan konservasi TNBBS).
Titik tekan disini adalah bagaimana merevitalisasi koridor satwa, yang merupakan filter terakhir antara habitat manusia dan habitat satwa. Rencana Pemulihan Ekosistem (RPE) menjadi penting untuk disusun dan dievaluasi. RPE merupakan salah satu rencana teknis yang dapat dijadikan "guideline" dalam "merekayasa ruang konflik", karenanya pendekatan teknokratik menjadi penting dalam penyusunan dokumen RPE. Baiknya RPE juga dapat disosialisasikan kepada para pemangku kepentingan yang wilayahnya beririsan dengan Taman Nasional.
![]() |
Ilustrasi Rekayasa Ruang Konflik Gajah & Manusia, analisa pribadi, 2022 |
3. Pengakuan atas Hak Gajah
Gajah memiliki kehidupan yang bersahaja, baginya yang penting cukup makan, cukup minum, dan aman dari ancaman, tidak butuh aktualisasi diri apalagi berebut status dan jabatan. Status Konservasi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) saat ini masuk katagori terancam dengan status IUCN adalah kritis, diperkirakan jumlah gajah sumatera yang ada di TNBBS tahun 2017 sebanyak 122 ekor (Kepadatan: 9 ekor/100 km2) dan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2002 (kepadatan 18 ekor/100 km2) (Laporan WCS, 2019).
Gajah merupakan komponen penting dalam piramida ekologi khususnya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Seandainya gajah sumatera punah, Kita akan kehilangan warisan plasmanutfah paling berharga sedunia, dan ancaman bencana ekologi yang lebih luas, sebagai akibat terputusnya salah satu mata rantai makanan dalam ekosistem.
4. Pemberdayaan Masyarakat
Idealnya kehidupan masyarakat bukanlah di dalam hutan, (catatan: bukan dimaksudkan sebagai suku tradisional yang secara norma sosial menempatkan hutan sebagai bagian dari penghidupannya yang tidak dapat dipisahkan). Jika faktanya masih ada dijumpai masyarakat berdomisili di dalam kawasan hutan artinya ada "sesuatu" yang menjadi kekeliruan dan harus diperbaiki.
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat yang ada disekitar kawasan hutan, secara kultur adalah masyarakat agraris, dimana lahan dengan budidaya pertanian menjadi properti penting penghidupannya. Kekeliruan yang perlu diperbaiki adalah menyangkut posisi, luas penguasaan, teknik pengolahan lahan, dan jenis tanaman yang dibudidayakan. Kopi merupakan salah satu tanaman budidaya yang tidak disukai oleh gajah sumatera.
Sebagai konsep solusi dari resolusi pemberdayaan masyarakat ini adalah pada penekanan terhadap "Kepedulian" bukan hanya semata penegakan atas "hak azazi manusia"
5. Hubungan Kemitraan yang Harmonis
Keterlibatan banyak pihak diperlukan guna mengatasi ketimpangan pendanaan, inovasi & program, dan personil. Resolusi konflik gajah, dan penyalamatan kehidupan satwa kunci lainnya, sangat tergantung dengan seberapa berperannya lembaga-lembaga terkait dalam memberikan kontribusinya, baik diukur dari waktu, dana, maupun program dan seberapa kuat hubungan kemitraan yang terjalin. Telah dibentuknya Tim Koordinasi maupun Tim Satgas dari tingkat Propinsi hingga Desa, merupakan peluang strategis sebagai stimulan membangun hubungan kemitraan yang kuat.
Hubungan kemitraan yang harmonis tidaklah segampang penyebutannya, ada 3 (tiga) prinsip kemitraan, yaitu kesetaraan (equity), transparansi (transparancy), dan saling menguntungkan (mutual benefit), yang kadang justru menjadi celah meruntuhkan bangunan kemitraan yang sudah terbangun.
Inilah 5 (lima) hal yang coba Jejak Erwinanta tawarkan untuk dapat digodok menjadi peta jalan (Roadmap) tentang resolusi dan solusi penanganan konflik satwa dan manusia, khususnya di Lampung Barat dan Propinsi Lampung pada umumnya .... Tiada gading yang tak retak ... Semoga konflik cepat teratasi, dan masyarakat dapat tersenyum kembali ... Wassalam.
Baca juga: | Wana Wisata dan Kebangkitan Ekonomi Hijau |
Rabu, 07 Desember 2022
Propagasi Begonia dengan Media Air

Begonia Keriting

Waduhhhh ... tidaaak ... begoniaku jatuh ... !!!
Hujan sore ini cukup deras disertai juga dengan tiupan angin dan pot bunga begonia itu jatuh dengan sempurna ... hiksss 😭😭
Propagasi dengan media air ini sangat mudah. Kita cukup menyediakan wadah yang berisi air untuk meletakkan potongan-potongan tangkai begonia seperti pada foto.
Wadah ini diletakkan di tempat yang teduh (tidak terkena paparan sinar matahari langsung). Setelah sekitar 2-3 minggu, akan tumbuh akar di batang atau tangkai begonia.
Sahabat sebaiknya melakukan pengecekan air setiap 3 (tiga) hari sekali, untuk memastikan air tidak menjadi sarang nyamuk dan memastikan tangkai daun tidak busuk. Bila terdapat tangkai yang busuk, maka kita potong dan buang bagian tersebut, dan lakukan perendaman kembali pada tangkai yang masih bagus. Untuk kondisi seperti ini, bila akar dirasa sudah cukup banyak, maka kita dapat memindahkan begonia ke pot dengan media tanah.
Kita juga dapat menunggu tumbuhnya daun - daun baru dalam 1-2 minggu berikutnya, dan baru kemudian memindahkannya ke pot dengan media tanah. ... Sungguh mudah bukan. ...😍
Happy Gardening
Baca Juga: Perbanyak Begonia dengan Cara Stek Daun
Terbaru
Selamat Datang 2024
"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...
Populer
-
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang menjadi hak asasi manusia, dan memiliki peran penting untuk membentuk generasi bangsa yang berkualitas...
-
Setiap daerah pasti memiliki tugu atau monumen sebagai penanda tentang identitas atau karakteristik dari kawasan dimana tugu atau monumen te...
-
Potensi Panas Bumi Prov. Lampung, sumber: Dinas ESDM 2020 Kabupaten Lampung Barat dilalui oleh jalur subduksi Semangko, yaitu sistem sesar y...
-
Bentang alam Lampung Barat Hutan dan Kopi ibarat dua sisi gapura bagi Lampung Barat, jika keduanya berdiri harmonis, tentunya akan elok dan ...
-
Anggrek Merpati (Dendrobium crumenatum) Anggrek merpati ini paling sering kita jumpai hidup secara liar di alam. Tumbuh subur menempel sec...
-
Assalamu'alaikum .... Salam Rimba Lestari Kesempatan kali ini, Jejak Erwinanta akan berbagi hobi tentang budidaya tanaman hias yang be...
-
Danau Suoh, yang berada di pekon (desa) Sukamarga, Kecamatan Suoh, merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Lampung Barat...
-
Monumen Gempabumi Liwa 1994 Menghadiri apel belasungkawa dan ziarah korban gempa Liwa 1994 yang diadakan oleh teman-teman PKBI Lampung Barat...
-
Makna ekologi tidak hanya ranahnya para penggiat lingkungan hidup, akan tetapi juga oleh para seniman. Alam dan hubungan ekologis didalamny...
-
"Masyarakat Lumbok dan Kagungan dihebohkan dengan ratusan ton ikan di perairan danau Ranau mati secara mendadak. Kejadian bermula pada ...