Minggu, 01 Januari 2023

Selamat Datang Tahun 2023


Ada seorang ulama mengatakan bahwa dunia ini hanya terdiri dari 3 hari, hari kemarin, ia sudah berlalu bersama semua yang mengikutinya, hari esok belum tentu kita menjumpainya, dan hari ini, adalah milik kita, maka perbanyak amalmu di hari ini. Gunakanlah harimu dengan sebaik-baiknya, jangan berlalu dengan sia-sia, karena kualitas hidupmu ditentukan seberapa banyak  perbuatan baikmu pada hari ini. Hari ini haruslah menjadi lebih baik dari hari kemarin, dan apa yang kita perbuat hari ini haruslah menjadi pelajaran untuk melangkah di hari esok. 

Sahabat, tahun 2022 sudah berlalu membawa semua kenangan pahit - manis dan baik - buruk yang telah dirasakan.  Baik dan manis selalu ingin dipertahankan sedangkan yang buruk lagi pahit tentunya selalu ingin dibuang dan dilupakan.  Hidup tidak seperti di komputer, apapun yang keliru bisa di "undo" dan diperbaiki saat itu juga.  Tapi ini adalah dunia, semua selalu memberikan bekas yang sulit dihilangkan.  Hari merupakan kanvas kehidupan dari lukisan perjalanan hidup,  dipenuhi oleh goresan kuas  warna gelap dan terang membentuk komposisi yang elok, dikagumi dan kadang menginspirasi bagi yang melihatnya. 

"Hari ini adalah refleksi rasa syukur atas karunia sang Pencipta.  Hari ini adalah perjuangan meraih kesempatan, dan hari ini adalah tempat menggantungkan harapan untuk hari esok." 

Begitupun Jejak Erwinanta berpolah. Berbuat dan berharap agar hari-harinya dapat terus berisi kebajikan bagi dirinya, bagi sesamanya, dan bagi kelestarian alamnya, walau kadarnya hanya setetes embun pagi.

Sahabat masih tersisa 12 bulan dan 364 hari, untuk kita beranjak ke tahun besok.  Semoga kita masih diberi keberkahan umur,  kesehatan, kelapangan rezeki, dan keselamatan dari Allah Tuhan Yang Esa, agar hari ini tetap  produktif dalam menebar kebajikan dan tetap optimis meraih kebahagiaan untuk hari esok. 


Jembatan Besi, 1 Januari 2023

Minggu, 25 Desember 2022

Warisan Geologi itu bernama Suoh

Assalamualaikum, Salam Rimba Lestari...

Sahabat, tak terasa perjalanan kita sudah sampai dipenghujung tahun, semoga Allah Yang Maha Esa masih memberikan kesempatan dan kekuatan agar kita mampu melangkah di etape berikutnya.  Aamiin.

Sahabat ... kali ini Jejak Erwinanta akan memperkenalkan satu kawasan di Kabupaten Lampung Barat yang tengah didorong untuk ditetapkan sebagai Taman Bumi atau Geopark.  Kawasan itu bernama "Suoh", yang pada tahun 1933 pernah menyajikan fenomena alam yang spektakuler, dimana menurut Jurnal USGS tahun 1983, fenomena ini hanya ada dan terjadi di 14 lokasi di dunia.  Tak salah bila Parosil Mabsus (Bupati Periode 2017-2022), menjuluki kawasan ini sebagai "Kehidupan di Jalur Kematian".   Suoh sebagai Geopark tidak hanya akan menambah khazanah taman bumi nusantara, akan tetapi juga semakin mendongkrak popularitas destinasi wisata di Lampung Barat.  

Ada dua julukan bagi Kawasan Suoh, yaitu pertama Suoh sebagai "enclave" dari kawasan hutan konservasi TNBBS, dan  kedua sebagai "depresi" atau cekungan yang merupakan morfologi geologi dari adanya aktivitas aktif sesar semako.  Terkait ini, Jejak Erwinanta, pernah mendapatkan informasi dari sahabat di UPT Geoteknologi LIPI Liwa, bahwa cekungan suoh ini bertambah sepanjang 1 cm setiap tahunnya.  Sayangnya UPT LIPI ini sudah tidak berkantor lagi di Liwa. 

Edukasi Kebumian Suoh (foto: Firdaus)

Suoh diibaratkan seperti biji kopi, dimana bagian tengahnya dibelah oleh aliran sungai Way Semaka, membentuk dua wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Suoh di sisi barat hingga selatan, dengan jumlah desa sebanyak 7 pekon, dan Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS) dibagian sisi utara hingga tenggara, dengan jumlah desa sebanyak 10 pekon. 

Cekungan Suoh merupakan flood plain atau dataran banjir sungai Way Semaka, yang subur dan berpotensi sebagai pertanian lahan basah.

"Sungai Way Semaka yang berhulu di gunung Pesagi dan bermuara di Teluk Semaka ini tidak hanya sebagai saksi bisu sejarah dari suatu keunikan proses geologi tapi juga menjadi saksi sejarah atas peradaban dan penyebaran dari marga-marga Lampung Saibatin".

Berdasarkan peta geologi  Belanda lembar Kota Agung, yang diterbitkan tahun 1930, kawasan suoh memiliki 3 bagian cekungan, yaitu cekungan Antatai, cekungan Suoh, cekungan Tekor Berak (sekarang bernama Rowo Rejo). Cekungan Suoh merupakan cekungan yang terluas diantara ketiganya yang merupakan hamparan rawa-rawa yang subur, dengan jenis batuan endapan aluvium.   Di cekungan suoh terdapat lepasan uap panas berupa fumarol dan solfatara yang mengandung SiO2 dan H2S yang tersebar di bagian barat laut hingga gunung Sekincau.  Permukiman hanya ada di bagian sisi kanan sungai Way Semaka, terdapat 6 (enam) permukiman lama yang tercatat di peta ini, yaitu Antatai, Banjar Negeri, Negeri Ratu, Tanjung Jati, Kejadian, Bandar, dan 1 (satu) permukiman berstatus umbul (permukiman musiman) yaitu Tekor Berak.  Permukiman lama ini ada yang berubah nama dan ada pula yang tidak dijumpai lagi.  Permukiman ini terhubung oleh jalan onderlag yang sekarang bernama jalan propinsi ruas Pekon Balak - Suoh.  Adapun  ketiga danau yang ada saat ini, belum tergambar di peta geologi tahun 1930.

Cekungan Suoh terbentuk melalui proses yang dinamai pull apart basin atau cekungan pisah tarik, yaitu cekungan sedimen yang terbentuk karena tarikan kerak bumi pada suatu lengkung tarik dalam sistem sesar yang bernama jalur subduksi semangko.  Di wilayah Sumatera bagian Selatan terdapat 3 (tiga) segmen cekungan, yaitu segmen Muara Labuh - Sungai Penuh, segmen Manna - Musi, dan segmen Ranau - Suoh.  Cekungan yang terbentuk dari proses pull apart basin diyakini kaya akan potensi kandungan panas bumi (geothermal),  mengandung mineral bahan tambang,  bahkan ada kemungkinan mengandung potensi gas dan minyak bumi.  Potensi ini berpeluang mendatangkan kemakmuran bagi wilayah yang memilikinya.  Diperkirakan cekungan suoh terbentuk sejak akhir masa Palezoikum hingga Mesozoikum.  

Salah satu geyser dari 7 geyser yang muncul
paska ledakan freatik suoh, Stehn, 1933

Akan tetapi terkait terbentuknya kaldera suoh masih menjadi perdebatan, beberapa ahli menyimpulkan bahwa kaldera suoh terbentuk karena aktivitas tektonik melalui proses pull apart basin, cekungan yang terbentuk memiliki lapisan yang dangkal dan terisi oleh "vein system" sebagai intrusi lapisan magma, sehingga bermunculan panas bumi dipermukaannya.  

Para ahli lainnya menyimpulkan kaldera suoh terjadi sebagai hasil dari proses evolusi tekto-vulkanik, layaknya danau Ranau, yang diawali dengan proses tektonik membentuk cekungan yang diikuti adanya aktivitas magmatik yang membentuk gunung api setinggi 1000 mdpl, dan selanjutnya mengalami erupsi hingga membentuk kaldera seluas 16 x 8 km, dimana post calderanya kembali mengalami erupsi pada tahun 1933. Mewariskan 3 danau indah nan ikonik yang terletak pada Zona Pemanfaatan TNBBS yang oleh Balai Besar TNBBS diperuntukan sebagai Ekowisata Danau Suoh.  

Satu-satunya literatur yang menjelaskan secara rinci tentang peristiwa kaldera suoh hingga terbentuknya danau Suoh, dipublikasikan oleh ahli geologi Belanda bernama Dr. CH, E, Stehn, pada jurnal  Natuurkundig Tijdschrift voor Nederlandsch - Indie pada tahun 1934 dengan judul artikelnya "Die Semivulkanischen Explosionen Des Pematang Bata, in der Soeoh Sinke (Sud Sumatra) im Jahre 1933".   

Jurnal yang mengulas peristiwa
gempa liwa tanggal 25 Juni 1933,
dan erupsi lembah Suoh Juli 1933

Insya Allah, pada kesempatan lain Jejak Erwinanta akan berbagi cerita tentang proses terbentuknya danau suoh sebagai bagian dari geosite suoh. Mulai dari kejadian gempa tanggal 25 Juni 1933 hingga erupsi lembah suoh pada bulan Juli - Agustus 1933.  

Gagasan suoh sebagai Geopark dicetuskan pertama kali pada saat FGD review RTRWK Lampung Barat pada tanggal 14 Oktober 2016, yang kemudian dipertegas kembali oleh Bupati Lampung Barat pada hari Senin tanggal 3 Februari 2020, dihadapan seluruh Kepala OPD,  yang kemudian ditindaklanjuti oleh  Balitbangda Lampung Barat hingga saat ini.

"Mengapa Geopark menjadi penting bagi Lampung Barat? "

Untuk menjawabnya, ada baiknya dipahami dahulu definisi geopark.  Peraturan Presiden RI Nomor 9 tahun 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 tahun 2021 tentang Penetapan Taman Bumi (Geopark) Nasional, telah memberikan penjabaran yang jelas tentang Geopark, tatacara pengusulan, penetapan, hingga pengelolaan.  Geopark didefinisikan sebagai wilayah geografi tunggal atau gabungan, yang memiliki Situs Warisan Geologi (Geosite), dan bentang alam yang bernilai, terkait aspek Warisan Geologi (Geoheritage), Keragaman Geologi (Geodiversity), Keanekaragaman Hayati (Biodiversity), dan Keragaman Budaya (Cultural Diversity), serta dikelola untuk keperluan konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan dengan keterlibatan aktif dari masyarakat dan Pemerintah Daerah, sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap bumi dan lingkungan sekitarnya.

Apa yang diuraikan diatas, semuanya ada tersembunyi di cekungan suoh, tinggal bagaimana Pemerintah Daerah dapat mengidentifikasinya dan mengemasnya sebagai point of interest dari Geopark yang diusulkan.  Berikut beberapa point of Interest untuk memperkaya nilai usulan Geopark Suoh:

Sisi geosite: cekungan suoh menyajikan bentang alam yang unik, langka dan bernilai tinggi bagi edukasi kebumian, seperti hamparan pasir silika, geothermal, dan kaldera suoh.  Termasuk  batu obsidian yang dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai batu "gudu" dapat menambah nilai keragaman geologi.  Sebaiknya keragaman geologi ini tidak hanya terfokus di cekungan suoh saja tetapi juga di kecamatan lainnya, seperti bentang alam dari formasi Ranau di Way Robok, danau Ranau, dan cekungan Gedung Surian. Cekungan Suoh adalah akhir suatu kisah bagaimana bukit barisan dan pulau Sumatera dilahirkan.

Geosite suoh nan indah (foto koleksi Firdaus)

Sisi keragaman hayati, cekungan Suoh dikelilingi oleh Ekosistem Hutan Hujan Tropis Sumatera yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia pada tahun 2004,  merupakan habitat gajah sumatera, badak sumatera, dan harimau sumatera yang populasinya mulai terancam.  Dalam sekala lokal atau setempat ditemukan berapa jenis vegetasi hutan rawa yang masih tersisa dan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim.  Produk budidaya seperti kopi robusta, coklat, beras hitam, dan madu lebah klanceng dapat menambah nilai keragaman hayati (Biodiversity)

Selain seni dan budaya,  keberadaan situs megalitikum di Rowo Rejo, dan dibeberapa situs arkeologis lainnya di sepanjang DAS Way Semaka, turut menambah nilai poin dari sisi cultural diversity.

Melirik sebaran Geopark di Indonesia melalui jendela peta Geopark Indonesia di situs Bappenas RI.  Di pulau Sumatera saat ini baru ada 6 (enam) Geopark yang sudah ditetapkan, yaitu Geopark Toba, dan Geopark Belitung sebagai Global Geopark UNESCO, 3 (tiga) Geopark Nasional di Sumatera Barat, dan 1 (satu) Geopark Nasional yang tengah diusulkan ke UNESCO sebagai Global Geopark, yaitu Geopark Merangin Propinsi Jambi.  

Semoga Geopark Suoh Lampung Barat segera menyusul menjadi yang ke-tujuh di Pulau Sumatera.  "Mohon doanya ya sahabat semoga upaya Pemkab Lampung Barat ini dapat membuahkan hasil sesuai harapan."

Simak Juga:  | Danau Suoh: Jejak Erupsi Freatik pada Jalur Tektonik |

Referensi: 

Pull Apart sebagai Indikator Mineral Deposit South Sumatera Basin di Suoh, Lampung Barat  

Identification  of Geodiversity and Geosite Assessment around Geohazard Area of Suoh Aspring Geopark in West Lampung, Sumatera, Indonesia

Historical Unrest at Large Calderas of The World - USGS Publication



Jumat, 23 Desember 2022

Liparis latifolia si Anggrek Balerina nan Anggun

Assalamualaikum, Salam Rimba Lestari...

Bagaimana khabarnya sahabat Erwinanta, semoga tetap sehat dan bahagia selalu ya.  Di penghujung tahun biasanya cuaca kurang bersahabat, nah sembari  menemani minum kopi dan menunggu hujan reda, Jejak Erwinanta ingin berbagi cerita tentang salah satu kekayaan plasmanutfah hutan nusantara, yaitu anggrek Liparis. 

Anggrek Liparis merupakan nama genus dari suku malaxideae, famili Orchidaceae yang merupakan flora penghuni hutan hujan tropis basah, mulai dari ekosistem hutan hujan dataran rendah hingga pegunungan.  Genus Liparis diperkirakan memiliki 350 spesies yang tersebar mulai dari dataran Hainan (China), Thailand, Malaysia, Indonesia, Philipina dan New Guine.  Berdasarkan cara hidupnya, anggrek yang dikenal dengan nama bibir lebar, atau sphinx ini, merupakan tanaman herba yang dapat hidup secara terestrial di atas lapisan serasah hutan, litofit atau di atas batuan, dan epifit atau menempel pada tumbuhan lain.   

Salah satu spesies dari genus Liparis yang terkenal adalah Liparis latifolia [Bl].Lindley, yang pertama kali ditemukan pada tahun 1830.  Anggrek dari jenis ini banyak dijumpai di hutan-hutan di Indonesia mulai dari Sumatera hingga Sulawesi.  Liparis latifolia hidup secara epifit, dengan kebutuhan cahaya matahari sedang, dari ketinggian tempat mulai 200 mdpl hingga 1.700 mdpl.  

Di Toko-toko online, anggrek ini dinamakan sebagai anggrek gelatik, dengan kisaran harga sekitar Rp 25.000,- hingga kisaran Rp 45.000,-.  Bunga anggrek ini berbentuk unik dan lucu, mirip balerina dengan tarian angsanya yang menawan, karenanya kami lebih senang menyebutnya sebagai anggrek penari balet daripada gelatik.

Cara menanam Liparis sangat mudah, sahabat tinggal menempelkannya pada media pakis ataupun di batang pohon.  Bisa juga ditaruh di pot dengan media tanam cacahan pakis.   Untuk anggrek jenis ini, tentu saja mereka menyukai tempat yang teduh.  Perbanyak Liparis latifolia pun sangat mudah, hanya dengan memisahkan bonggolnya.  Liparis latifolia termasuk jenis anggrek yang rajin "berbakti" alias rajin berbunga.  Bunga Liparis latifolia berbentuk tandan, memiliki lebar 2 cm, berjajar secara radial pada tangkai bunga sepanjang 30 cm. Satu tangkai bunga berisi puluhan kelopak bunga, berwarna orange hingga jingga.  Liparis latifolia merupakan salah satu dari 7 anggrek di dunia yang memiliki bentuk bunga yang menggemaskan dan juga indah.


Bunga anggrek L. latifolia
Mirip balerina

Anggrek jenis Liparis latifolia bukanlah jenis anggrek langka,  namun bila kita amati bentuk bunganya sungguh menarik.  Lidah bunga yang besar telentang bagaikan tangan sang penari ballet yang tengah beraksi. Secara keseluruhan satu tangkai anggrek ini akan tampak seperti deretan penari yang tengah berlenggok dengan asri.   



Ciri lain dari jenis ini antara lain memiliki akar serabut panjang.  Pertumbuhan batang simpodial, membentuk rimpang, mempunyai pseudobulb yang tumbuh rapat pada rimpang, berbentuk kerucut, warna hijau tua, panjang 3 cm, diameter 1 cm.  Setiap pseudobulb mendukung 2 helai daun. Daun berbentuk lanset, panjang sampai 14 cm, lebar 3 -5 cm, bertangkai, ujung runcing, tepi rata pertulangan sejajar, letak berhadapan, dengan permukaan licin. 

Begitu kaya alam Indonesia dengan berbagai jenis floranya. Tentu ini merupakan anugerah bagi kita. Mari menjaga kelestariannya, agar atraksi "para penari" ini tidak hanya dinikmati oleh kita namun juga oleh generasi penerus kita. 

Happy Gardening...

Baca juga: Grammatophyllum stapeliiflorum - si Garang tapi Menawan


Referensi

Rabu, 21 Desember 2022

Hari-hari Besar Kehutanan & Lingkungan Hidup

Banyak cara untuk menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya menjaga, melindungi, dan melestarikan lingkungan hidup, salah satunya adalah dengan menetapkan dan memperingati hari-hari yang berkenaan dengan lingkungan hidup dan konservasi sumberdaya alam. Penetapan hari-hari lingkungan hidup ini pada sekala dunia dan global dilakukan oleh PBB dan organisasinya, serta lembaga-lembaga internasional non pemerintah yang peduli dengan sumberdaya alam, lingkungan hidup, dan konservasi, sedangkan yang bersekala nasional ditetapkan oleh pemerintah melalui kementerian yang membidanginya.  

Setiap memperingati dan merayakan hari lingkungan hidup, konservasi, dan kehutanan, diiringi dengan berbagai aktivitas, mulai dari upacara peringatan, seminar & pameran, gerakan aksi, parade & festival, aneka perlombaan, bakti sosial, pemberian penghargaan, hingga pemecahan rekor.  "Hari Peringatan"  memiliki tema yang berbeda setiap tahunnya. Tema ini menggambarkan berbagai isu strategis, tantangan dan peluang  yang dihadapi bagi keberlangsungan penghidupan manusia dan kinerja pembangunan yang telah dijalankan.  Seperti contoh hari lingkungan hidup sedunia tahun 2022 mengusung tema "Satu Bumi untuk Masa Depan", berbeda  dengan tahun 2021 yang bertemakan tentang "Restorasi Ekosistem untuk Lingkungan yang Lebih Baik".

Deforestasi, GRK, Biodeversity,
masih menjadi tema utama

Sayangnya beberapa Hari Peringatan hanya dilaksanakan dan diikuti oleh institusi, para aktivis dan kelompok penggiat yang bertugas atau berprofesi di bidangnya saja, sementara  moment penting dan spirit dari tema Hari  Peringatan tidak sampai mengedukasi kesadaran masyarakat secara luas.

Berikut Jejak Erwinanta merangkum peringatan hari-hari penting yang berhubungan dengan lingkungan hidup, konservasi dan kehutanan dari bulan Januari hingga Desember.  Silahkan sahabat menandakan di kalendernya masing-masing ya, dan siapkan rencana untuk beraktivitas ramah lingkungan bersama keluarga dan komunitasnya. 


Januari

10 Januari: Hari Gerakan Sejuta Pohon Nasional
30 Januari: Hari Primata Indonesia

Februari

2 Februari: Hari Lahan Basah se-Dunia
21 Februari: Hari Peduli Sampah Nasional
22 Februari: Hari Kepanduan Dunia

Maret

3 Maret: Hari Hidupan Liar Sedunia
6 Maret: Hari Strategi Konservasi se-Dunia
16 Maret: Hari Bhakti Rimbawan
20 Maret: Hari Burung Gereja se-Dunia
21 Maret: Hari Hutan Internasional
22 Maret: Hari Air se-Dunia
23 Maret: Hari Meteorologi se-Dunia

April

7 April: Hari Kesehatan se-Dunia
21 April: Hari Migrasi Ikan se-Dunia
22 April: Hari Bumi

Mei

2 Mei: Hari Tuna se-Dunia
10 Mei: Hari Burung Migrasi se-Dunia
22 Mei: Hari Keanekaragaman Hayati Internasional
23 Mei: Hari Kura-Kura se-Dunia
31 Mei: Hari Tanpa Tembakau se-Dunia

Juni

5 Juni: Hari Lingkungan Hidup se-Dunia
8 Juni: Hari Laut se-Dunia
9 Juni: Hari Segitiga Terumbu Karang se-Dunia
16 Juni: Hari Penyu se-Dunia
17 Juni: Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan se-Dunia

Juli

1 Juli: Hari Buah Internasional
3 Juli: Hari Bebas Kantong Plastik se-Dunia
26 Juli: Hari Mangrove Sedunia
27 Juli: Hari Sungai Nasional
29 Juli: Hari Harimau se-Dunia

Agustus

9 Agustus: Hari Internasional Masyarakat Adat se-Dunia
10 Agustus: Hari Konservasi Alam Nasional
12 Agustus: Hari Gajah se-Dunia
19 Agustus: Hari Orang Utan se-Dunia

September

16 September: Hari Pelestarian Lapisan Ozon Internasional
21 September: Hari Perdamaian Internasional
22 September: Hari Badak Sedunia
24 September: Hari Tani Nasional
27 September: Hari Pariwisata se-Dunia
29 September: Hari Jantung Sedunia

Oktober

4 Oktober: Hari Binatang se-Dunia
6 Oktober: Hari Habitat se-dunia
13 Oktober: Hari Pengurangan Bencana Alam se-Dunia
15 Oktober: Hari Mencuci Tangan se-Dunia
16 Oktober: Hari Pangan se-Dunia
22 Oktober: Hari Energi Sedunia

November

5 November: Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional
19 November: Hari Toilet Sedunia
21 November: Hari Pohon se-Dunia
28 November: Hari Menanam Pohon Indonesia

Desember

4 Desember: Hari Konservasi Kehidupan Liar
5 Desember: Hari Tanah se-Dunia
11 Desember: Hari Gunung Internasional
14 Desember: Hari Monyet Sedunia


Semoga bermanfaat ya.  Mari kita jaga keluarga, dan lingkungan kita tetap aman, sehat, produktif, dan berkelanjutan.  Wassalam.

"Dunia ini hanya memiliki tiga hari: Hari kemarin, ia telah pergi bersama dengan semua yang menyertainya. Hari esok, kamu mungkin tak akan pernah menemuinya. Hari ini, itulah yang kamu miliki, maka beramal lah di hari ini." (Hasan al Bashri).

Baca juga: 

Konflik Gajah antara Solusi dan Resolusi

Wana Wisata dan Kebangkitan Ekonomi Hijau 


Senin, 19 Desember 2022

Grammatophyllum stapeliiflorum - Si Garang tapi Menawan

Assalamualaikum, Salam Rimba Lestari,

Postingan kali ini Jejak Erwinanta akan memperkenalkan salah satu anggrek yang banyak tumbuh di ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, yaitu anggrek Grammatophyllum stapeliiflorum, yang dikenal sebagai grama hitam, walau sebenarnya anggrek ini bukanlah masuk dalam kelompok anggrek hitam yang terkenal itu. 

Anggrek termasuk hasil hutan bukan kayu (HHBK), karenanya banyak diburu di habitat aslinya untuk diperdagangkan.  Grama hitam ini, harganya bisa mencapai lebih dari Rp 350.000,- .  Bagi sahabat Erwinanta yang hobi berburu anggrek hingga ke hutan-hutan, anggreknya jangan dihabiskan semua ya, sisakan agar bergenerasi dan berkembang biak kembali di habitat aslinya. Jika anggreknya lestari, sahabat juga kan yang diuntungkan?

Berdasarkan klasifikasi ilmiahnya, spesies G. stapeliiflorum masuk kedalam famili Orchidaceae, subfamili: Epidendroideae, alliance : Cymbidium, genus: Grammatophyllum.  Spesies grama hitam ini banyak dijumpai pada ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah di Malaysia, Indonesia, Philipina, Newguinea hingga Selandia Baru (sumber: wikipedia).

Berbeda dengan kerabatnya G. speciosum yang berukuran besar,  grama hitam berukuran lebih kecil, dan tidak menyukai tempat terbuka yang terpapar matahari langsung. Berbunga menjuntai, dalam satu tangkai bunga terdiri dari 14 - 15 bunga.  Motif pada mahkota bunga berupa bercak-bercak atau loreng rapat berwarna coklat tua kehitaman.  Kemungkinan karena warna bunganya yang "garang" ini, anggrek ini kemudian dijuluki sebagai grama hitam.  Daun grama hitam berbentuk lancet, dan bertekstur tebal.  Dalam satu bulb terdapat dua buah daun yang saling berhadapan.

G. stapeliiflorum, koleksi JE

Perawatan anggrek ini cukup sukar, karena walau menyukai kondisi lingkungan yang teduh dan lembab,  namun tidak begitu menyukai banyak air atau basah. Jadi media tanam yang kita gunakan sebaiknya yang tidak banyak menyimpan air. Media yang terlalu basah akan menyebabkan anggrek ini gampang terserang jamur yang menyebabkan bulb membusuk dan daun rontok.  Terlalu kering menyebabkan anggrek ini gampang mengalami dehidrasi, dan stress.

Anggrek grama dapat ditanam di pot gantung atau di pot tanah liat yang digantungkan, karena bunganya yang menjuntai seperti cymbidium. Media yang digunakan adalah media umum untuk tanaman anggrek yaitu campuran arang dan cacahan batang pakis.  Disarankan baiknya grama hitam ditanam dengan cara ditempelkan pada batang pakis, karena memang di habitat aslinya anggrek ini hidup secara efipit. 

Untuk perbanyak jenis grama ini cukup mudah, hanya dengan cara split anakannya. Jangan pernah membuang bonggol atau bulb anggrek yang sudah tidak mempunyai daun, karena dari bonggol ini tetap bisa keluar anakan baru. 

Semoga informasinya bermanfaat ya, ... lestarikan alam untuk lestarikan hidup kita ... tetap semangat dan jaga kesehatan.  Wassalam.

- happy gardening -


Baca juga: | Grammatophyllum speciosum sang Tebu yang Bercorak Indah | 


Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer