Jumat, 17 Februari 2023

Pembelajaran dari mengenang Peristiwa Gempabumi Liwa tahun 1994

Monumen gempabumi Liwa 1994
Monumen Gempabumi Liwa 1994

Menghadiri apel belasungkawa dan ziarah korban gempa Liwa 1994 yang diadakan oleh teman-teman PKBI Lampung Barat, hari ini tanggal 16 Pebruari 2023, menyisakan keharuan sendiri, paling tidak buat saya yang baru pertama kalinya hadir mengikuti acara ini.    

Apel belasungkawa yang juga menjadi judul kegiatan, berlangsung penuh kesederhanaan, tapi juga penuh khidmat.  Tidak ada iringan “korsik”, hanya rekaman suara syahdu Opick melantunkan “Bila Waktu T’lah Berakhir” yang menjadi backsoundnya. Itupun berasal dari Hp salah satu panitia dengan menggunakan pengeras suara. Suasana mendung yang memayungi area kuburan massal seluas 0,5 Ha ini, seolah bertanda diterimanya ucapan maklumat belasungkawa, dan doa yang dihaturkan.  Tak sedikit terdengar isak tertahan dari beberapa tamu undangan yang hadir, mungkin teringat peristiwa 29 tahun  lalu, peristiwa alam yang telah memisahkan anak, orang tua, suami, istri, tetangga, sahabat dan sanak famili. Nama-nama itu kini tertera dalam plat besi yang terpajang di dinding monumen kuburan massal Korban Gempa Liwa 1994, yang berada persis dihadapan kami. 

Bencana merupakan cara ampuh Tuhan untuk menyadarkan kembali manusia yang “lupa” akan hakekat hidup yang diamanahkan-Nya. Bencana juga menjadi cara Tuhan untuk memperkuat keimanan hamba-Nya. Karenanya Jejak Erwinanta berharap semoga “Apel Belasungkawa Gempa Liwa 1994” yang dipelopori oleh PKBI, dapat menjadi agenda tahunan Pemerintah Daerah dan lapisan masyarakat Lampung Barat, yang telah berkomitmen sebagai Kabupaten Tangguh Bencana.  Pengingat untuk menyadarkan kembali akan makna kehidupan, memperkuat empati dan solidaritas serta bijaksana dalam memanfaatkan sumber daya alamnya. 

Upacara gempa Liwa, PKBI Lambar
Apel Belasungkawa Gempa Liwa, foto: PKBI Lambar 2023 

Peristiwa gempa yang melanda Liwa tahun 1994, terjadi 2 tahun, 4 bulan setelah Kabupaten Lampung Barat diresmikan sebagai Daerah Tingkat II di Propinsi Lampung, tepatnya pada hari Rabu, tanggal 16 Pebruari, pukul 00:07:45 WIB atau menurut kalender islam pada tanggal 5 Ramadhan 1414 H. Jika berdasarkan standar waktu dunia, gempa Liwa terjadi pada hari Selasa, tanggal 15 Pebruari 1994 pukul 17:07:45 Greenwich Mean Time (GMT). GMT disebut juga sebagai Waktu Universal Terkoordinasi atau Universal Time Coordinated yang disingkat sebagai UTC. Selisih waktu antara GMT ke Waktu Indonesia bagian Barat (WIB) adalah + 7 jam, biasanya disimbolkan sebagai zona waktu UTC+07.   

Gempa Liwa 1994 termasuk gempa dangkal dengan hiposentrum berada pada kedalaman 23 km dan episentrum terletak pada koordinat 04,96’ Lintang Selatan dan 104,30’ Bujur Timur. Jika dipetakan maka sumber titik gempa berada di bagian utara dari Kecamatan Sekincau saat ini. 

Berdasarkan Katalog BMKG (2019) besarnya kekuatan gempabumi Liwa tahun 1994 mencapai Magnitudo 6,6 sedangkan berdasarkan USGS (1998) kekuatan gempa liwa mencapai 7,2 skala Richter, dengan intensitas guncangan gempa berada pada level VIII-X mmi, dimana yang terkuat dan terparah berada di Liwa dan sekitarnya dengan level IX-X mmi. Getaran dengan skala II mmi terasa hingga Jakarta dan Singapura.

Gempa liwa yang berlangsung ± 50 detik, telah menyebabkan ± 6.000 unit bangunan hancur, dan menyebabkan  207 orang meninggal dunia, yang terdiri dari 118 orang dewasa dan 89 orang anak-anak. Nama-nama korban yang meninggal ini tercantum pada Monumen Gempa yang terletak di dalam area Kuburan Massal Gempa Liwa. Diperkirakan lebih dari 2.000 jiwa terluka, dan 75.000 jiwa kehilangan tempat tinggal. Kerusakan akibat gempa menyebabkan kerugian yang diperkirakan mencapai 160 juta USD.  Gempa juga menyebabkan timbulnya rekahan tanah, longsor, dan kebakaran dibeberapa tempat di Liwa.

Nama-nama Korban Gempabumi Liwa 16 Pebruari 1994

Wilayah Kabupaten Lampung Barat berada di atas zona subduksi yang merupakan pertemuan antara lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia. Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia dengan arah miring sekitar 45 derajat, dan bergerak sekitar 50-70 cm/tahun. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya sesar atau patahan (fault) yang memanjang dari kepulauan Andaman hingga selat Sunda sejauh 1.900 km. Jalur sesar sumatera ditandai dengan adanya pegunungan Bukit Barisan di bagian sisi barat pulau Sumatera. Sesar Sumatera terbagi menjadi 19 segmen dan merupakan sesar tektonik aktif yang menyebabkan berbagai kejadian gempa besar yang merusak.  

Kabupaten Lampung Barat memiliki tingkat kerawanan terhadap gempabumi yang sangat tinggi, karena wilayahnya dilalui oleh 2 (dua) segmen Sesar Sumatera, yaitu segmen sesar Komering dan segmen sesar Semangko.  Tercatat ada tiga peristiwa gempa dengan kekuatan > 7 skala richter yang pernah mengguncang Lampung Barat, yaitu gempa pada tahun 1908 dengan kekuatan gempa mencapai 7,0 SR sebagai aktivitas tektonik sesar Semangko. Tahun 1933 dengan kekuatan gempa 7,5 SR dan Tahun 1994 dengan kekuatan gempa 7,2 SR, sebagai aktivitas tektonik dari sesar Komering (Natawidjaja dan Triyoso, 2007)

Baca Juga: |  Danau Suoh : Jejak Erupsi Freatik ...

Gempabumi merupakan salah satu bencana yang disebabkan oleh alam.  Pemicu gempa dapat berasal dari aktivitas vulkanis, atau aktivitas gerak lempeng bumi yang disebut tektonik. Gempa tektonik merupakan bencana yang paling sering terjadi, dan menyebabkan kerusakan yang meluas. Seperti contohnya gempa Cianjur pada 21 November 2022 silam dengan kekuatan gempa Magnitudo 5,6, dan yang terbaru adalah gempa Turki pada tanggal 6 Pebruari 2023 dengan kekuatan gempa mencapai Magnitudo 7,8.   

Dari berbagai informasi seputar gempabumi, ada beberapa istilah  yang menurut Jejak Erwinanta penting untuk diketahui, karena istilah-istilah tersebut dapat memberikan gambaran seberapa besar  potensi kerusakan yang akan ditimbulkan dari suatu peristiwa gempabumi, dan menjadi dasar pertimbangan guna penyusunan rencana aksi pengurangan dampak resiko yang ditimbulkan. 

1. Seismograf  

Dirangkum dari situs ilmugeografi.com dan khazanah.republika.co.id, seismograf adalah alat yang digunakan untuk mengukur gempa atau getaran yang terjadi pada permukaan bumi. Seismograf disebut juga seismometer yang dalam bahasa Yunani “seismos” berarti gempabumi dan “metreo” yang berarti mengukur. Seismograf dilengkapi dengan kertas pencatat getaran berbentuk grafik yang disebut seismogram.  

Keberadaan seismograf pada daerah rawan gempa menjadi sangat penting, karena berfungsi sebagai perangkat dari sistem deteksi dini dan juga perekam kejadian gempabumi.  Ada 4 parameter pengukuran kejadian gempa, yaitu waktu kejadian (origin time), lokasi episenter, kedalaman sumber gempa bumi, dan magnitudo.

Seismograf pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Cina yang bernama Zhang Heng (79-139) pada zaman Dinasti Han. Penyempurnaan terhadap alat seismograf terus dilakukan, tercatat ilmuwan muslim bernama Nashiruddin Thusi (1201-1274) pada abad ke-13. Pada tahun 1875 seorang ilmuwan Italia, bernama Filippo Cecchi, berhasil merintis alat seismograf modern  yang mampu menentukan waktu kejadian serta durasi lama gempa. Prinsip kerja seismograf Cecchi menggunakan pendulum untuk mengukur gelombang seismik. Tahun 1880 ilmuwan Inggris bernama John Milne, berhasil menciptakan dan mengembangkan alat pendeteksi gempa modern sebagai cikal bakal seismograf yang digunakan pada saat ini.  John Milne juga sebagai pencetus dan pendiri 40 stasiun pengamatan gempa (stasiun seismologi) yang ada di Amerika, Rusia, Inggris, Kanada, dan Antartika. 

2. Klasifikasi Ukuran Gempa

Seismograf menggunakan dua klasifikasi yang berbeda untuk mengukur gelombang seismik yang dihasilkan gempa, yaitu besaran gempa dan intensitas gempa. Untuk menggambarkan besaran gempa digunakan ukuran magnitudo dan skala richter, sedangkan intensitas gempa, atau pengaruh gempa terhadap tanah, gedung, dan manusia, digunakan skala intensitas Mercalli yang dimodifikasi.

Skala Magnitudo adalah ukuran dari besarnya gempabumi (ukuran atau kekuatan) berdasarkan pada momen seismik. Magnitudo memiliki keakuratan yang amat tinggi, dibandingkan dengan skala Richter. Skala Magnitudo diperkenalkan pertama kali oleh Tom Hanks dan Hiroo Kanamori pada 1979. Skala Magnitudo terbagi menjadi enam tingkatan, yaitu:

  • < 2.5 : Biasanya tidak dirasakan, tetapi dapat dicatat dengan seismograf
  • 2.5 - 5.4 : Seringkali dirasakan, tetapi hanya mengakibatkan kerusakan kecil
  • 5.5 - 6.0 : Menyebabkan kerusakan ringan terhadap bangunan
  • 6.1 - 6.9 : Mengakibatkan banyak kerusakan di daerah padat penduduk
  • 7.0 - 7.9 : Termasuk gempa besar yang mengakibatkan kerusakan serius
  • > 8.0 : Gempa besar. Dapat menghancurkan wilayah dekat pusat gempa

Skala Richter, didasari pada perhitungan dengan menggunakan amplitudo. Amplitudo adalah pergeseran vertikal yang disebabkan oleh gelombang seismik. Skala ini diperkenalkan oleh seismolog asal Amerika Serikat, Charles F. Richter dan Beno Gutenberg pada tahun 1935. Menurut  United States Geological Survey, skala Richter disebut juga Magnitudo Lokal (ML).  Tingkatan pada skala Richter yang perlu Sobat ketahui sebagai berikut:

  • < 2.0 : Gempa kecil, tidak terasa
  • 2.0-2.9 Tidak terasa, tetapi terekam oleh alat
  • 3.0-3.9 Seringkali terasa, tetapi jarang menimbulkan kerusakan
  • 4.0-4.9 Dapat diketahui dari bergetarnya perabot dalam ruangan, suara gaduh bergetar. Kerusakan tidak terlalu signifikan.
  • 5.0-5.9 Dapat menyebabkan kerusakan besar pada bangunan pada area yang kecil. Umumnya kerusakan kecil pada bangunan yang didesain dengan baik
  • 6.0-6.9 Dapat merusak area hingga jarak sekitar 160 km
  • 7.0-7.9 Dapat menyebabkan kerusakan serius dalam area lebih luas
  • 8.0-8.9 Dapat menyebabkan kerusakan serius hingga dalam area ratusan mil
  • 9.0-9.9 Menghancurkan area ribuan mil
  • 10.0-10.9 : Terasa dan dapat menghancurkan sebuah benua
  • 11.0-11.9 : Dapat terasa di separuh sisi bumi. Biasanya hanya terjadi akibat tumbukan meteorit raksasa. Biasanya disertai dengan gemuruh. Contohnya tumbukan meteorit di teluk Chesepeak.
  • 12.0-12.9 : Bisa terasa di seluruh dunia. Hanya terekam sekali, saat tumbukan meteorit di semenanjung Yucatan, 65 juta tahun yang lalu yang membentuk kawah Chicxulub
  • > 13.0 : Belum pernah terekam

Skala Modified Mercally Intensity (MMI)  dicetuskan oleh Giuseppe Mercalli pada tahun 1902. MMI digunakan untuk mengukur seberapa besar intensitas getaran yang ditimbulkan oleh gempa. Tidak ada cara penghitungan secara kuantitatif, karena ukuran ini ditentukan berdasar hasil pengamatan dari orang yang mengalami atau melihat gempa. Karena dihitung berdasar pengamatan / observasi, maka skala MMI ini tidak sama di setiap tempat. Lokasi yang dekat dengan episentrum (pusat gempa) harusnya memiliki skala MMI yang besar. 



Skala MMI, Sumber BMKG


3. Percepatan Tanah Puncak atau PGA

Dikutip dari halaman id.wikipedia.org, PGA atau Peak Ground Acceleration adalah percepatan tanah maksimum yang terjadi ketika gempabumi menggetarkan suatu lokasi. Percepatan tanah puncak dapat dinyatakan dalam fraksi g (percepatan standar terhadap gravitasi Bumi, ekuivalen dengan gaya g, baik dalam bentuk desimal maupun persentase dengan satuan m/s2 (1 g = 9,81 m/s2). Percepatan tanah puncak juga dapat dinyatakan sebagai perkalian dari Gal, dengan 1 Gal sama dengan 0,01 m/s2 (1 g = 981 Gal).  Semakin besar nilai PGA, semakin besar bahaya dan resiko gempabumi yang mungkin terjadi. 

Percepatan tanah adalah faktor utama yang mempengaruhi konstruksi bangunan dan menimbulkan momen gaya yang terdistribusikan merata di titik-titik bangunan, sehingga PGA menjadi tolak ukur untuk perhitungan bangunan tahan gempa serta menjadi dasar pertimbangan untuk pemetaan terkait mikrozonasi gempa.  

Perhitungan PGA digunakan oleh BMKG sebagai Skala Intensitas Gempabumi (SIG). Dikutip dari halaman situs bmkg.go.id: SIG adalah Skala Intensitas Gempabumi untuk menyatakan dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya gempabumi. Skala Intensitas Gempabumi (SIG-BMKG) digagas dan disusun berdasarkan tipikal budaya atau bangunan di Indonesia. SIG-BMKG digunakan dalam penyampaian informasi terkait mitigasi dan atau respon cepat pada kejadian gempabumi merusak. Selain itu SIG-BMKG dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memahami tingkatan dampak yang terjadi akibat gempabumi dengan lebih baik dan akurat.

Skala Intensitas Gempabumi (SIG-BMKG)

Berdasarkan hasil penelitian Windiyanti dkk tahun 2018 : Hasil perekaman Stasiun Liwa menunjukkan bahwa Daerah Liwa merupakan daerah dengan nilai percepatan gerak tanah maksimum (PGA) sebesar 167-270 gal dan termasuk ke dalam skala intensitas VII-VIII MMI.  Jika data ini disandingkan dengan Tabel SIG-BMKG, maka daerah Liwa masuk katagori level IV, berwarna jingga, dengan katagori resiko kerusakan sedang.

4. Conditional Probability Gempabumi

Aktivitas sesar tektonik yang memicu terjadinya gempa, cenderung mengalami perulangan kejadian dengan skala yang sama atau mungkin lebih besar.  Pendugaan ini perlu dilakukan sebagai bagian dari langkah mitigasi dan pertimbangan dalam risk reduction, sehingga jatuhnya korban jiwa serta kerugian harta benda akibat gempabumi di masa mendatang dapat ditekan sekecil mungkin.  

Conditional Probability didefinisikan sebagai kemungkinan atau peluang suatu peristiwa yang akan kembali terjadi pada periode waktu tertentu. Conditional Probability dapat dihitung dengan mengasumsikan bahwa aktifitas / kejadian gempabumi di masa yang akan datang mengikuti pola / ritme kejadian pada masa lalu. 

Conditional Probability, sumber Faizah (2013)

Berdasarkan hasil kajian Faizah dkk (2013) menunjukan bahwa conditional probability untuk 19 segmen sesar sumatera berada pada level “Likely” dimana persentase probabilitas untuk semua segmen sesar sumatera berada pada ring antara 10 % - 100 %, dimana peluang terjadinya gempabumi pada sesar semangko pada tahun 2030 dan pada sesar komering dimungkinkan terjadi kembali di tahun 2033.  

Walau hasil perhitungan conditional probability merupakan hasil perkiraan, tapi dengan mengetahui perkiraan tahun perulangan kejadian gempa, akan memudahkan dalam menyusun  time line dari  rencana aksi pengurangan resiko gempabumi.    

Baca Juga |  Lingkungan yang adaptif dan resposif terhadap gempabumi  |

Nah jika kebetulan tempat tinggal sobat, berada pada zona kerawanan tinggi gempabumi, baiknya informasi-informasi diatas dapat sobat ketahui, sehingga sejak dini sudah disiapkan langkah-langkah antisipasinya, misalnya menyiapkan ruang aman gempa, titik dan jalur evakuasi, dan melatih kesiap-siagaan bagi anggota keluarga, dan sebagainya.  

Perlu dipahami bahwa korban gempabumi terbanyak disebabkan karena tertimpa bangunan dan tanah longsor, sebagai akibat terpaan energi gelombang seismik yang dilepaskan.  Untuk itu belajar dari peristiwa gempabumi Liwa 1994, sudah sepatutnya Kota Liwa sebagai Ibu Kota Lampung Barat dalam Rencana Detail Tata Ruangnya sudah memperhatikan dan mempertimbangkan aspek kebencanaan, baik dalam hal perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang kotanya, agar terwujud kota Liwa yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.    

Semoga bermanfaat ya Sobat, tetap jaga kesehatan dan Salam Lestari...

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al-Hadid ayat 22-23).


Referensi:

  • Harjadi, PJP, dkk. 1997. Potensi Gempabumi di Daerah Selat Sunda dan Sekitarnya. Jurnal Alami Vol 2 No.3 tahun 1997.
  • Faizah, Restu, dkk. 2013. Probabilitas Kejadian Gempabumi pada Masa Mendatang di Zona Sesar Sumatra. Seminar Nasional Statistika dalam Managemen Kebencanaan, Fakultas MIPA, UII Yogyakarta, 15 Juni 2013
  • Setiyono, Urip., et all. 2019. Katalog Gempabumi Signifikan dan Merusak Tahun 1821 – 2018. Penerbit Pusat Gempabumi dan Tsunami Kedeputian Bidang Geofisika, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 
  • Windiyanti, A.C., et all. 2018. Analisis Zona Rawan Gempabumi Daerah Lampung Berdasarkan Nilai Percepatan Tanah Maksimum (PGA) dan Data Accelererograph Tahun 2008-2017. Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. 3/No. 2.

Minggu, 12 Februari 2023

Inilah 7 Pemanfaatan Limbah Buah Kopi yang Menguntungkan secara Ekonomi dan juga Lingkungan

kopi lokal jejak erwinanta

Pengolahan buah kopi menjadi kopi siap konsumsi, baik dengan metode basah maupun kering, selalu menghasilkan limbah.  Katagori limbah kopi padat terdiri dari: kulit, daging buah, kulit tanduk, ampas kopi, dan limbah cair berupa air bekas pencucian kopi.   

Setiap 100 kg buah kopi akan dihasilkan 56,8 kg biji kopi (56,8%) serta 43,2 kg (43,2%) berupa limbah buah kopi padat.  Menurut Barbosa dkk (2005) setiap 1 kg kopi (dengan kadar air 12-13 %), menghasilkan ampas seduhan kopi sebesar 0,743 kg (kadar air 58,65%) atau 0,312 kg (kadar air 4,24%).  Hanya sedikit dari limbah kopi yang dimanfaatkan kembali, menjadi produk baru yang bernilai ekonomis, namun lebih banyak limbah kopi terutama kulit kopi, terbuang percuma menjadi sampah organik yang berpotensi menimbulkan masalah serius bagi lingkungan.    

Kabupaten Lampung Barat merupakan produsen utama Kopi Robusta Lampung. Kontribusi kopi robusta asal Lampung Barat sebesar 49,4 % dari total kopi Lampung dengan rata-rata  produksi mencapai ± 51.405 ton per tahun.  Tentunya dengan produksi sebesar itu, dihasilkan juga potensi limbah kulit kopi yang cukup besar.  Diperkirakan potensi limbah kulit kopi di Lampung Barat mencapai ±  22.207 ton/tahun.   

Nah, sangat disayangkan bukan? Jika limbah kulit kopi sebanyak itu, dibuang dan tidak termanfaatkan.  Apalagi jika dibuangnya di badan sungai atau di saluran drainase, tentunya akan menurunkan kualitas air, menimbulkan aroma tidak sedap, sedimentasi, ancaman banjir, dan  menyumbang emisi gas rumah kaca ke atmosfir semakin besar pula.  

Emisi gas rumah kaca yang berlebih menyebabkan terjadinya pemanasan global yang berujung pada terganggunya kondisi iklim.  Cuaca buruk, suhu udara yang panas, musim kemarau dan hujan yang tidak seperti biasanya, merupakan tanda-tanda terganggunya iklim bumi. Keadaan iklim yang tidak normal berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas produksi serta komoditas hasil pertanian, termasuk didalamnya adalah kopi.  Yup, sektor pertanian memang yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.  

Menurut BBC News (2021), setiap secangkir kopi yang kita minum menghasilkan ±  300 g CO2 ekv per hari, atau ± 116 kg CO2e selama setahun. Jejak karbon yang dihasilkan kopi ± 50% berasal dari budidaya, ± 20% dari limbah, dan ± 17% dari konversi lahan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tanaman kopi yang dibudidayakan secara monokultur hanya menyimpan karbon rata-rata sebesar 13 ton C/Ha, sedangkan budidaya dengan pendekatan agroforestry bisa mencapai 43 ton C/ha. Dari sini saja Sobat sudah bisa menilai mana yang lebih baik untuk mengurangi 50% karbon dari sisi budidaya kopi?  

anatomi buah kopi
Anatomi Buah Kopi sumber: coffeeland.co.id

Anatomi buah kopi atau disebut “ceri” terdiri dari bagian-bagian yang disebut dengan biji (endosperm), kulit ari biji (epidermis), kulit tanduk (endocarp), lapisan lendir atau pectin layer, daging buah (mucilage atau mesokarp) dan kulit luar (eksokarp). 

Pengolahan buah kopi menghasilkan limbah kulit kopi, yang terdiri dari  pulp (bagian mesokarp), skin (bagian eksokarp), mucilage (lendir) dan kulit tanduk (bagian endokarp).    Pulp, skin, dan mucilage  disebut cascara yang merupakan bagian terbanyak yang dihasilkan dari limbah buah kopi. Limbah kulit kopi atau cascara ini perlu ditangani agar tidak merugikan lingkungan sekaligus mampu mendatangkan tambahan pendapatan, khususnya bagi para petani kopi yang menggantungkan hidupnya pada tanaman ini.  

Baca juga: |  “Pemborosan makanan (Food Wastage) tanda perilaku...” |

Berikut 7 cara pengolahan limbah kulit kopi versi Jejak Erwinanta yang dapat bernilai manfaat secara ekonomi maupun lingkungan, silahkan disimak ya sobat:  

1.  Pupuk Kompos Blok  

Kompos blok adalah kompos yang dibuat berbentuk kubus atau tabung (silinder) yang pada bagian tengahnya diberi lubang untuk meletakkan bibit tanaman.  Kompos blok baik digunakan pada lahan yang kurang unsur hara dan curah hujan rendah. Kompos blok merupakan inovasi pupuk organik yang memiliki sifat “slow release fertiliser”,  mudah menyerap air,  dan ramah lingkungan, karena dengan adanya pemanfaatan kompos blok sebagai media tanaman, akan mengurangi penggunaan plastik polibag. 

Pembuatan pupuk kompos blok berbahan limbah kulit kopi hampir sama dengan pembuatan kompos biasa. Bedanya pada pupuk kompos blok dicetak berbentuk kubus atau tabung dengan menambahkan bahan perekat alami, biasanya menggunakan tepung kanji. 

Langkah-langkah pembuatan kompos blok berbahan dasar limbah kulit kopi, sebagaimana disadur dari Novita dkk (2018), sebagai berikut:

  1. Penyiapan limbah kulit kopi (campuran kering maupun basah) sebanyak ± 5 kg. Limbah kulit kopi kemudian dihaluskan untuk mempermudah proses dekomposisi dan dicampur dengan pupuk kandang sebanyak ± 2,5 kg.  Tambahkan 100 ml larutan EM-4 / decomposter dan 2 sendok makan molase atau 200 gram gula merah yang sudah dilarutkan ke dalam 5 liter air, dan diaduk-aduk agar bahan tercampur rata.
  2. Bahan-bahan tersebut kemudian  dimasukkan ke dalam bak atau wadah dan ditutup rapat dengan plastik selama 1 minggu agar terjadi proses fermentasi.  Lakukan homogenisasi biomassa dengan pengadukan. 
  3. Setelah satu minggu, Kompos limbah kulit kopi selanjutnya diberi bahan perekat.  Bahan perekat berupa tepung kanji yang dilarutkan dalam air panas hingga mengental dan dicampurkan ke bahan fermentasi limbah kulit kopi setelah larutan perekat dingin. Ratakan sampai tekstur  kompos lembek dan siap untuk dicetak.
  4. Alat cetak kompos blok, dapat didesain dengan menggunakan bahan besi seperti alat press batako atau paving blok berbentuk tabung atau persegi.  Dapat juga dibuat dengan menggunakan pipa PVC diameter 3 inchi dan tinggi 10 cm.  Pada bagian tengah kompos blok diberi lubang, untuk meletakan biji atau bibit tanaman.  Kompos blok yang sudah dicetak kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering, biasanya selama ± 7 hari.
kompos blok dan alat cetak, BP2LHK
Kompos Blok & Alat Cetak, sumber: BP2LHK (2019)

Komposisi kandungan unsur hara makro dari kompos blok kopi adalah: kandungan  N sebesar 3,22%, unsur P sebesar 1,09%, dan unsur K sebesar 1,76%.  Kandungan unsur hara pada kompos kulit kopi tersebut telah memenuhi standar sesuai Peraturan Menteri Pertanian No. 70 Tahun 2011.  Hasil pengujian terhadap tanaman cabai rawit menunjukan hasil yang baik, dimana laju pertumbuhan untuk tinggi tanaman mencapai 7,88 cm/minggu dan jumlah daun sebanyak 2 helai/minggu (Novita dkk, 2018). 

2. Mikro Organisme Lokal (MOL) 

MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah pembiakan dari beragam mikroorganisme berguna melalui proses fermentasi.  MOL  bermanfaat sebagai starter atau biang bakteri  pengurai bahan organik menjadi pupuk organik padat maupun cair melalui proses anaerob.  

Cara pembuatan MOL dari limbah kulit kopi cukup sederhana yaitu dengan mencampurkan limbah kulit kopi basah yang sudah dihaluskan dengan air kelapa dan gula merah atau molase. Untuk memperkaya MOL dapat ditambahkan buah pepaya matang yang sudah dihaluskan, air cucian beras (leri), dan hancuran serasah daun bambu yang sudah berjamur.   

fermentor sederhana
Fermentor sederhana, sumber R. Ciptasari (2015)

Masukan semua bahan ke dalam wadah fermentor.  Wadah fermentor sederhana dapat dibuat dari toples plastik atau jerigen yang diberi saluran pembuangan untuk gas metan hasil fermentasi. Letakan wadah fermentor yang berisi campuran MOL tadi di tempat yang kering,  teduh, dan tidak terkena matahari langsung.  Diamkan selama 2 – 4 minggu untuk proses fermentasinya.  MOL yang berhasil, ditandai dengan aroma seperti bau tape atau alkohol. Jika beraroma busuk tanda MOL mengalami kegagalan dan proses diulang kembali. 

Kandungan mikro organisme lokal dari hasil fermentasi limbah kulit kopi antara lain: Rhizopus oryceae, Saccharomyces cereviceae, Aspergilus niger, Tricoderma viride.   

Baca juga: |  “POC Super, Berbahan Dasar Tempe Busuk” |

3.  Pakan Ternak

Limbah kulit kopi mengandung 6,67% protein kasar, serat kasar 18,28%, lemak 1,0%, kalsium 0,21%, dan fosfor 0,03%. Kandungan ini merupakan tambahan nutrisi bagi hewan ternak khususnya bagi ternak ruminansia atau hewan memamah biak.  

Fermentasi limbah kulit kopi untuk pakan ternak ruminansia, memiliki 3 kandungan Nutrisi penting, yaitu kandungan protein kasar sebesar: 11,3% – 12,8%, kandungan serat kasar sebesar 36,2% - 42,1%, dan kandungan energi metabolisme sebesar 3.087 kkal – 3.830 kkal.  Kandungan nutrisi ini lebih tinggi dibandingkan dengan pakan yang berasal dari rumput gajah maupun fermentasi jerami padi (Efendi dan Harta, 2013).    

Cara pengolahan pakan ternak berbahan limbah kulit kopi cukup mudah dan sederhana, proses pertama adalah menyiapkan bahan starter berupa larutan biodecomposer atau MOL, gula merah dan urea.  Larutan ini kemudian dicampurkan dengan limbah kulit kopi yang akan dijadikan pakan ternak.  Tutup rapat limbah kulit kopi yang telah tercampur bahan starter ini dengan terpal dan hindari sinar matahari langsung dan terpaan hujan. Diamkan selama 3 minggu untuk proses fermentasi oleh bakteri asam laktat.  Sebelum diberikan sebagai pakan, hasil fermentasi diangin-anginkan terlebih dahulu dan dicampur dengan bahan pakan lainnya sebagai konsentrat. 

4. Bio-Briket Kopi

Briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Briket dari limbah kulit kopi termasuk katagori “Bio-Briket”, yaitu briket yang dibuat dari arang biomassa tumbuhan, baik bagian yang memang sengaja dijadikan bahan baku briket maupun limbah dari proses pengolahan. Biobriket yang berkualitas mempunyai ciri antara lain tekstur halus, tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan lingkungan, mudah terbakar, waktu terbakar cukup lama, tidak menimbulkan jelaga dan sedikit asap,  serta memiliki nilai kalor yang cukup tinggi.

Kulit kopi mentah memiliki kandungan kadar air 2,25%; kadar abu 0,73%; zat terbang 74,20%; dan karbon padat 25,07%, sehingga berpotensi dijadikan bahan baku briket.  

bentuk biobriket N. Fitri-2017
Berbagai bentuk Biobriket,  sumber N. Fitri (2017)

Pembuatan Bio-briket dilakukan dengan 4 langkah proses, yaitu proses karbonisasi atau pembuatan arang, proses penggilingan atau penghancuran arang, proses pencampuran adonan perekat, dan terakhir adalah proses mencetak serta pengeringan.  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nursyah Fitri (2017) dengan mengkombinasikan limbah kulit kopi, serbuk gergaji dan perekat menggunakan getah pinus, menghasilkan briket kulit kopi dengan nilai kalor yang cukup tinggi sebesar  5.532,9 kal/gram – 6.124,1 kal/gram. 

5.  Teh Cascara

Selain bijinya, daun kopi dapat pula dimanfaatkan sebagai minuman seperti teh yang bercita rasa kopi.  Jika Sahabat pernah berkunjung ke Sumatera Barat, tentu pernah merasakan nikmatnya minuman kopi khawa yang terbuat dari daun kopi.  Tetapi ada minuman kopi yang tak kalah nikmatnya dari biji maupun daun kopi, yaitu  teh Cascara.  "Teh Cascara" termasuk minuman herbal yang terbuat dari kulit buah kopi (pulp dan muscle) yang dikeringkan. 

cascara, alodokter.com
Bentuk Cascara Kering,  sumber  alodokter.com

Kandungan senyawa aktif yang terdapat pada cascara yaitu tannin 1,8-8,56%, pektin 6,5%, kafein 1,3%, asam klorogenat 2,6%, asam kafeat 1,6%, antosianin total 43% (sianidin, delpinidin, sianidin 3-glikosida, delpinidin 3-glikosida, dan pelargonidin 3-glikosida).  Senyawa polifenol,  flavonoid, dan tanin dapat menurunkan akumulasi kolesterol total, trigliserida, dan Low Density Lipoprotein (LDL) dengan berbagai cara seperti mencegah penyerapan biosintesis LDL, sebagai antioksidan, dan menurunkan kadar LDL yang teroksidasi.

Menyadur dari Alodokter.com, teh cascara memiliki manfaat kesehatan, yaitu: dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, menjaga kesehatan jantung, menjaga kesehatan saluran pencernaan, dan menurunkan kadar gula darah, serta memilihara kesehatan dan fungsi otak.  

Cara pembuatan teh cascara,  cukup dengan mengeringkan pulp dan muscle dari buah kopi di bawah sinar matahari selama 20 hari.  Keringnya "Cascara" ditandai apabila digigit, kulit kopi terasa renyah dan beraroma khas asamnya kopi. Cascara yang sudah benar-benar kering selanjutnya dihancurkan menggunakan grinder dan kemudian dimasukan kedalam kantung teh celup atau menggunakan alat penyaring teh apabila disajikan secara langsung seperti teh tubruk.

6. Keripik Cascara

Pemanfaatan lainnya dari cascara adalah menjadikannya bahan keripik.  Keripik cascara, tidak hanya mengurangi beban lingkungan akan tetapi berpeluang menambah pendapatan rumah tangga petani sekaligus mendukung wisata.  Keripik kopi dapat menjadi produk oleh-oleh atau souvenir bagi wisatawan yang berkunjung. 

Keripik Cascara, sumber: Harmain (2018)
Keripik Cascara, sumber: Harmain (2018)

Bahan utama dalam pembuatan keripik ini adalah kulit kopi ceri (cascara) yang berwarna merah, seragam dan masih segar.  Langkah awal yang dilakukan adalah mensortir kulit kopi yang telah terlepas dari bijinya. Setelah sortir dilakukan maka kulit kopi dicuci sampai bersih kemudian ditiriskan. Siapkan tepung terigu, air dan garam lalu diaduk merata. Adonan ini nantinya digunakan sebagai campuran dalam membuat keripik kulit kopi. Pada adonan ini juga bisa ditambahkan rasa lainnya sebagai variasi rasa.  Bila tidak ada lagi air yang menetes maka kulit kopi bisa dimasukkan dalam adonan lalu di goreng. Setelah dirasa cukup matang maka keripik bisa diangkat dari penggorengan, kemudian ditiriskan kembali untuk mengurangi kandungan minyaknya. Setelah itu keripik kulit kopi siap untuk dikonsumsi.

7. Tepung Kopi 

Tepung kopi yang umum diperdagangkan adalah tepung yang terbuat dari biji kopi atau green bean. Profesor Daniel Perlman dari Brandeis University, merupakan orang yang pertama kalinya mempopulerkan tepung kopi.   Ternyata selain dari bijinya, tepung kopi juga dapat dibuat atau dihasilkan dari bahan limbah kulit kopi (cascara).  Limbah Kulit kopi mengandung zat fenolik bersifat antimikroba serta antioksidan (Bresciani et al., 2014). Ekstrak kulit kopi dapat pula memberikan efek penghambatan yang tinggi terhadap hyaluronidase, sehingga berpotensi untuk menekan alergi dan peradangan (Furusawa et al., 2011).  

Tepung dari kulit kopi memiliki kandungan kafein yang lebih rendah, bebas gluten, tinggi protein, mengandung zat besi 3 kali dari bayam, dan mengandung 55 %  serat (Tepung Gandum hanya 5-12%), dan kadar potassium 2 kali lebih banyak dibanding buah pisang.  

Tepung kulit buah Kopi Sumber: en.indonetwork.co.id
Tepung kulit Kopi, sumber: en.indonetwork.co.id

Proses pembuatan tepung kopi atau coffee flour diawali dari pengumpulan kulit ceri kopi yang telah matang dan berwarna merah.  Kulit ceri kopi kemudian disortir dan dicuci hingga bersih.  Tiriskan dan selanjutnya di oven hingga kering sempurna dan mengeluarkan harum khas kopi.   Selanjutnya proses penghalusan dengan menggunakan blender dan pengayakan untuk memisahkan bubuk halus dan kasar.  Produk tepung kopi siap diaplikasikan untuk pembuatan roti, cakes, dan sebagainya.


Jika sudah mengetahui pemanfaatan lain dari limbah kulit kopi, akankan masih kita sia-siakan begitu saja? Jangan lagi ya Sob, karena jika kita menyia-nyiakan limbah kopi sama saja kita telah memboroskan 43% biaya produksi yang telah dikeluarkan tanpa mendatangkan nilai tambah bagi kita dan kelestarian alam. 

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”  (Surah Ali Imran 190-191)

Mari kita kampanyekan kopi rendah karbon, agar kita benar-benar merasakan nikmatnya minum kopi tanpa merasa “baper”  turut menzholimi alam. Melalui kopi mari kita tebarkan kebaikan, kreativitas, inovasi, dan persaudaraan.   Semoga informasi ini bermanfaat ya Sob.

Salam Sehat dan Salam Lestari. 


Referensi:

  • Romadhona, A. R. et all. 2022. Pengolahan Limbah Kulit Kopi Arabika Kintamani Sebagai Alternatif Menunjang Sustainable Development Goals. Prosiding Webinar Nasional Pekan Ilmiah Pelajar (PILAR). Universitas Mahasaraswati Denpasar. ISSN: 2830-5310
  • Perubahan iklim: Perlukah kita menanam pohon kopi sendiri demi mengurangi jejak karbon? (link: https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-59022736)
  • Novita, Elida, et all. 2018. Pemanfaatan Kompos Blok Limbah Kulit Kopi sebagai Media Tanam. Jurnal Agrotek Vol. 2 No. 2 September 2018. Program Studi Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian UMI. Makasar (Link: https://jurnal.fp.umi.ac.id/index.php/agrotek/article/view/62)
  • Efendi, Z dan Harta, L. 2013. Kandungan Nutrisi Hasil Fermentasi Kulit Kopi (Studi Kasus Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur). Laporan Kegiatan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong, BPTP Bengkulu.
  • Nugroho, SA., dkk. 2021. Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi sebagai Tepung Roti untuk Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga di Desa Kemuning Lor Kabupaten Jember. Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) Ke-7. Vol. 7 No. 3 (2021) E-ISSN: 2621-9794.
  • Harmain, et all. 2018. Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi Ceri Menjadi Keripik. Pubarama: Jurnal Publikasi Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1.

Selasa, 07 Februari 2023

Pemborosan makanan (Food Wastage) sebagai tanda perilaku sosial yang tidak sehat, ancaman bagi kesehatan dan lingkungan hidup

sisa makanan

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang menjadi hak asasi manusia, dan memiliki peran penting untuk membentuk generasi bangsa yang berkualitas. Karenanya negara bertanggung jawab dan berkewajiban menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan bagi warga negaranya mulai dari ketersediaan, keterjangkauan, kemerataan, dan kelayakan, serta keberlanjutannya. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 mengatur tentang Pangan, dalam regulasi ini pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.  

Semakin majunya teknologi pangan, dan tingkat pendapatan, menempatkan pangan lebih kepada pilihan selera dan gaya hidup (lifestyle) daripada sekedar pemenuhan gizi dan kebugaran tubuh.  Ada dua tipe gaya hidup yang tengah menjangkiti generasi muda saat ini, yaitu “sedentary lifestyle” atau yang dikenal dengan gaya hidup “Mager” alias “Males Gerak” dan gaya hidup hedonisme.  Gaya hidup hedonisme berasal dari kata hedone yang artinya kesenangan, merupakan gaya hidup yang berfokus mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas, yang dicirikan dengan perilaku yang konsumtif (boros). Apa itu gaya hidup sedentari, sobat bisa simak di sini ya:  “Sedentari, gaya hidup yang mengancam hidup”

Ada dua perilaku konsumsi makanan yang menjadi ciri gaya hidup sedentari maupun hedonis, yaitu mengkonsumsi makanan dan minuman yang sebenarnya tubuh tidak sedang lapar, dan tidak menghabiskan makanan yang sebenarnya masih layak untuk dikonsumsi. Perilaku konsumsi pangan yang tidak seimbang ini, di satu sisi kian mendorong supply pangan semakin meningkat, tapi di sisi lain menyebabkan timbulnya pemborosan pangan atau dikenal sebagai “Food Wastage". Food Wastage tidak hanya mengancam kesehatan tubuh karena gizi yang berlebih, akan tetapi limbah makanan yang dihasilkan dapat memicu masalah serius bagi lingkungan hidup.  Pemborosan pangan (Food wastage), terbagi menjadi dua katagori, yaitu “Food Loss” dan “Food Waste”. 

Food loss adalah penurunan kuantitas maupun kualitas makanan mulai dari proses penyediaan hingga menjadi produk siap di konsumsi, dengan kata lain kehilangan makanan di tingkat rantai pasok (supply chain) sebelum menjadi produk akhir yang siap dikonsumsi.  Food loss biasanya terjadi pada tahap produksi, pasca panen, pemrosesan, hingga distribusi dan penyimpanan. Misalnya kerusakan bahan baku akibat hama dan bencana, rusak pada saat pengangkutan, berkurang pada saat pemilahan dan proses pengolahan, busuk pada saat penyimpanan.  Aksi membuang hasil panen tomat ke sungai untuk mempertahankan harga oleh beberapa pengumpul di Lampung Barat beberapa waktu yang lalu, termasuk dalam katagori Food Loss.  

Food Waste atau disebut sampah makanan adalah penurunan kuantitas maupun kualitas makanan yang timbul setelah rantai pasok atau pada tahapan produk akhir makanan yaitu pada tingkat retail, jasa  makanan (food service), dan tingkat konsumen, dimana makanan layak konsumsi, akan tetapi tidak habis dikonsumsi dan dibuang.  Contoh food waste adalah makanan sisa yang ada di piring (tidak dihabiskan), makanan basi, atau makanan kadaluarsa.  

Mengapa “Food Loss” dan “Food Waste” berdampak negatif?

Merujuk data SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, timbulan sampah di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 18,2 juta ton pertahun dengan timbulan sampah harian mencapai 50.025,2 ton per hari.  Dari timbulan sampah tersebut, sampah makanan menempati jumlah terbanyak dari keseluruhan komposisi jenis sampah, yaitu sebanyak 41,97% atau sekitar 7,6 juta ton. Baru kemudian sampah plastik menempati urutan kedua, dengan jumlah 3,4 juta ton atau sekitar 18,5%.  Rumah tangga merupakan penyumbang terbesar timbulan sampah yaitu sebesar 38,3% dan diikuti oleh Perniagaan sebesar 21,8%.   Data tersebut bisa saja melebihi daripada yang tertera, karena belum semua Kabupaten/Kota di Indonesia yang melaporkan data sampahnya ke dalam SIPSN.  Namunpun begitu, Rumah tangga dan tempat-tempat Perniagaan memiliki peran penting sebagai entry point penyelesaian permasalahan timbulan sampah yang berasal dari makanan.

Secara global, FAO mencatat bahwa sekitar 14% makanan yang diproduksi, hilang pada titik pertanian dan penjualan (Food Loss) dan sekitar 17% menjadi Food Waste, yaitu 10% di tingkat rumah tangga, 5% di food service, dan 2% di tingkat retail. Angka tersebut bukanlah angka yang absolut, karena tergantung dari seberapa besar efisiensi teknologi yang digunakan dan juga perilaku konsumsi dari tiap konsumen.  Data ini menunjukan bahwa food loss maupun food waste  akan selalu terjadi, tapi bukan berarti sesuatu yang tidak dapat dikendalikan untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.  Berikut beberapa dampak buruk yang menjadi alasan penting mengapa sampah makanan wajib kita atasi secara bijaksana:

1. Indikasi menurunnya empati dan kepekaan sosial

Berdasarkan data The Economist Intelligence Unit (EIU) tahun 2021, Indonesia menempati urutan kedua negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia, diantara negara Saudi Arabia di urutan pertama, dan Amerika Serikat di urutan ke tiga.  Bappenas RI menghitung besarnya sampah makanan (food waste) yang dihasilkan di Indonesia mencapai 23-48 juta ton pertahun, dengan distribusi sampah makanan perkapita berkisar antara 115-185 kg/orang/tahun.  Angka ini lebih besar daripada kebutuhan pangan ideal yang dinyatakan dengan beras sebesar 133 kg/kapita/tahun.  Sementara data Global Hunger Index (GHI) tahun 2021, menunjukan tingkat kelaparan di Indonesia masih berada di level 18, tertinggi ketiga di Asia Tenggara setelah Timor Leste dan Laos, dimana BPS tahun 2021 mencatat bahwa masih terdapat 17 juta jiwa atau 6,1% penduduk Indonesia yang mengalami kelaparan dan sekitar 23,5 juta jiwa penduduk Indonesia mengalami kerawanan pangan.  

Ironis bukan? Satu sisi Indonesia dihadapkan dengan keadaan penduduknya yang kelaparan, dan krisis pangan, tapi di sisi lain, justru menghasilkan sampah makanan yang melimpah.  Fenomena food waste menyebabkan ketimpangan pangan  yang pada akhirnya dapat memicu makin melebarnya kesenjangan sosial, dan memperluas segregasi sosial khususnya pada kawasan urban atau perkotaan.  

2. Inefisiensi dan Pemborosan Biaya

Setiap makanan yang terbuang, didalamnya terdapat biaya produksi yang turut terbuang sia-sia, misalnya penggunaan air.  Air selain untuk konsumsi, digunakan pula dalam setiap tahap proses produksi makanan, mulai dari mengairi tanaman, hingga proses menghasilkan makanan. Ketika membuang makanan, semua air itu juga terbuang. Air yang terbuang dapat mencapai 170 triliun liter (atau 45 triliun galon) air per tahun. Membuang-buang makanan artinya membuang begitu banyak air.   

Hasil kajian Bappenas tahun 2021 menunjukkan bahwa kerugian akibat Food Waste dalam 20 tahun terakhir mencapai Rp 213 Triliun sampai Rp 551 Triliun per tahun. Jika dibandingkan dengan Nilai PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia tahun 2020 yang sekitar Rp 14.000 Triliun, maka nominal kerugian dari Food Waste di Indonesia mencapai 4% dari PDB Indonesia Tahun 2020.  Berdasarkan hasil kajian Litbang Kompas, pada tahun 2022, disimpulkan bahwa rata-rata setiap orang Indonesia melakukan pemborosan makanan sebesar Rp 2.141.614 per kapita / tahun. Secara total, kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai angka Rp 330,71 triliun dalam setahun.  Bayangkan jika angka nominal ini digunakan untuk modal investasi atau dibangunkan infrastruktur pendukung perekonomian?

3. Meningkatkan emisi gas rumah kaca.

Saat membusuk, sampah makanan menghasilkan gas metana, saat pengangkutan dan pendistribusian menghasilkan gas CO₂, dan lemari pendingin penyimpan makanan melepaskan CFC. Gas metan, CO2, CFC, disebut gas rumah kaca (GRK). Gas rumah kaca menyerap radiasi infra merah dan menyebabkan suhu atmosfer bumi meningkat. Peningkatan GRK di lapisan atmosfir menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.  Iklim dan cuaca berperan penting terhadap hasil produksi dari sektor pertanian.  Banjir dan cuaca buruk sebagai dampak dari perubahan iklim dapat menyebabkan terjadinya gagal panen dan penurunan produksi, yang berujung pada melemahnya ketersediaan dan ketahanan pangan.  

Proses produk akhir makanan menghasilkan ± 1.702,9 Megaton CO2-ekuivalen atau setara 7,3 % rata-rata emisi GRK per tahun.   jika kita berhenti membuang sisa makanan atau pemborosan terhadap makanan, berarti kita dapat mencegah 8 - 11% emisi gas rumah kaca terlepas ke lapisan atmosfir. 

4. Penyebaran penyakit bawaan pangan

Foodborne diseases atau penyakit bawaan pangan adalah penyakit menular atau keracunan yang disebabkan oleh infeksi mikroba patogen atau agen (pembawa alergi, residu pestisida, dan sebagainya) yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang dikonsumsi.   WHO memperkirakan bahwa 70% dari 1,5 miliar penyakit yang menyerang manusia berasal dari konsumsi makanan yang tercemar.  Penyakit bawaan pangan (foodborne disease) membunuh sekitar 2 juta orang per tahun, termasuk diantaranya anak-anak. 

Beberapa microba patogen yang menyebakan penyakit melalui bawaan pangan antara lain: Escherichia coli (E. coli), Salmonella, Norovirus, Listeria, Clostridium perfringens dan C. Botulinum, L. Monocytogenes, dan Campylobacter spp. Gejala yang dapat dikenali dari terjangkitnya penyakit bawaan pangan dan keracunan antara lain sakit perut, mual, muntah, diare, kram (kejang) perut, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, demam, dehidrasi bahkan dapat mengakibatkan kanker.

5. Memicu Penyakit Hewan kepada Manusia (Zoonosis)

Zoonosis adalah penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Zoonosis disebabkan oleh mikroorganisme parasit yang dapat berupa bakteri, virus, jamur, serta parasit seperti protozoa dan cacing.

Tumpukan sampah makanan dapat menjadi media yang cocok bagi berkembang biaknya kuman penyakit dan juga hewan penyebar penyakit, seperti nyamuk, kecoak, lalat, dan tikus. Bahkan hewan peliharaan yang hidup liar seperti kucing dan anjing berpotensi pula menjadi perantara bagi kuman penyakit yang menginfeksi manusia.  Beberapa penyakit yang ditularkan melalui hewan dan serangga  antara lain kolera, disentri, tipus, diare, pes, Toxoplasma gondii, leptospirosis, demam berdarah, malaria, dan cacingan.

Sampah makanan yang dibuang dekat ekosistem hutan, akan memancing satwa-satwa liar yang lapar datang memasuki areal permukiman, dan tak jarang menimbulkan konflik dengan manusia.  Beberapa satwa liar yang sering memasuki kawasan permukiman untuk mencari makanan sisa manusia antara lain: Beruang madu (Helarctos malayanus), babi hutan (Sus scrofa), Beruk (Macaca nemestrina), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), Musang (Paradoxurus hermaphroditus), Biawak (Varanus salvator), Ular Tanah (Calloselasma rhodostoma), burung jalak suren (Acridotheres javanicus). Ular dan biawak biasanya memangsa tikus yang banyak di tempat-tempat pembuangan sampah makanan.  

Apa saja upaya membatasi food loss dan food waste?

Nabi Muhammad S.A.W, bersabda:

"Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihkannya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga lagi untuk bernafas.” (HR. Ibu Majah Bab Makan no. 50).

Hadist di atas mengajarkan pentingnya menakar atau memperhitungkan pengolahan dan mengkonsumsi makanan agar food loss dan food waste dapat dikurangi, sehingga  tidak berdampak buruk terhadap tubuh maupun lingkungan.  Berikut beberapa Tips untuk mengurangi sampah makanan pada tingkat rumah tangga sebagaimana Jejak Erwinanta rangkum dari berbagai sumber: 

1. Merencanakan makanan dengan Bijak

Riwayat dalam Shahih al-Bukhari dari al-Miqdam bin Ma’diyakrib Radhiyallahu ’anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda, “Takarlah makanan kalian, maka kalian akan diberkahi.” (HR. Bukhari)

Mulailah dengan merencanakan menu makanan dengan bijak. Misalnya dengan menyusun rencana menu selama sepekan.  Makanan yang sehat dan bergizi tidak harus mahal dan mewah.  Perencanaan makanan dapat membantu memperbaiki perilaku konsumsi keluarga kearah yang sehat, sesuai porsi, bergizi, dan tentunya menghemat biaya.  Ajaklah anggota keluarga anda untuk menyusun daftar menu makanan yang disukai secara bersama. Perencanaan makanan dapat menjadi edukasi yang efektif untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.

2. Membeli bahan pangan sesuai kebutuhan

Catatlah kebutuhan bahan baku pangan sesuai yang direncanakan. Pergi ke pasar atau supermarket tanpa dibekali catatan akan membuat Anda kebingungan, dan kemungkinan justru membeli lebih banyak bahan makanan diluar yang telah direncanakan. Pada akhirnya Anda justru akan menghamburkan banyak uang dan tentu saja anggota keluarga merasa kecewa karena menu makanan yang dibuat tidak sesuai yang telah disepakati.  

Bahan pangan sebaiknya dibeli langsung dari petani lokal atau komunitas petani organik yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal kita. Hal ini selain mengurangi Food Loss akibat rantai distribusi pangan yang panjang,  polusi dan pencemaran, sekaligus juga membantu bisnis usaha dan pendapatan petani lokal maupun komunitas petani organik tersebut. 

3. Jangan ragu mengkonsumi buah atau sayur yang sedikit cacat

Adakalanya kita menjumpai buah atau sayuran yang tersimpan dalam lemari pendingin, berpenampilan buruk, dan kisut.  Begitu juga sering dijumpai di pasar, bahan pangan berpenampilan luar yang jelek dan kadang oleh penjualnya dihargai sedikit lebih murah.  Buah dan sayuran yang berpenampilan seperti ini, cenderung tidak laku dan dibuang karena dianggap tidak layak dikonsumsi.  Buah atau sayuran yang penampilan luarnya jelek, karena terlalu matang, kesalahan dalam pengemasan, dan rusak akibat penumpukan, sebenarnya masih memiliki kandungan gizi dan rasa yang sama dengan buah dan sayuran yang penampilan mulus, sehingga masih layak untuk dikonsumsi.   

4. Manajemen penyimpanan makanan dengan baik

Tempat penyimpanan makanan yang umum digunakan adalah kulkas atau freezer.  Akan tetapi tidak semua bahan pangan dapat disimpan di dalam kulkas.  Terpenting disini adalah manajemen penyimpanan bahan pangan dilakukan dengan baik, seperti mengoptimalkan ruang penyimpanan,  memanfaatkan kontainer kedap udara, dan mengatur tempat penyimpanan sesuai dengan waktu pembelian bahan makanan, misalnya  produk lama diletakkan di bagian depan dan produk yang baru dibeli  ditaruh di sisi belakang ruang penyimpanan. 

Berbagai tips penyimpanan bahan pangan yang baik agar tidak cepat busuk antara lain jangan menyimpan buah dan sayuran dalam satu tempat, karena akan menyebabkan sayur lebih cepat membusuk, jangan mencuci daging, buah dan sayur sebelum dimasukan kedalam freezer karena akan terkontaminasi bakteri, serta mempercepat proses pembusukan. 

5. Periksa label makanan dan fisik kemasan 

UU 18 tahun 2012 telah mewajibkan kepada produsen pangan untuk menjamin keamanan pangan, yaitu dengan mencantumkan tanggal produksi, kedaluarsa, dan komposisi bahan pangan dalam kemasan. Sahabat sebaiknya memeriksa label-label tersebut sebelum membeli dan disesuaikan dengan kebutuhan makan keluarga.  Demi kesehatan keluarga, sebaiknya hindari membeli produk makanan yang banyak mengandung bahan pengawet buatan,  atau tambahan penyedap rasa, gula dan garam yang berlebihan. Perhatikan pula fisik kemasan, jika mengalami kerusakan atau kotor, baiknya dihindari untuk dibeli, karena dikuatirkan terkontaminasi oleh kotoran tikus atau kecoa yang membawa kuman penyakit berbahaya bagi manusia.

6. Kontrol asupan makanan 

Mengkonsumsi hidangan dalam porsi kecil membantu Anda dalam mengontrol asupan makanan. Hal ini mengurangi risiko makanan tak habis dan berakhir di tong sampah. Jika makan di restoran, jangan langsung lapar mata sehingga tak lagi memperhatikan porsi makanannya dan berujung dengan makanan yang tidak habis dikonsumsi. Porsi besar bisa dibagi-bagi untuk dikonsumsi bersama-sama.  Terpenting adalah mengajarkan kepada seluruh anggota keluarga agar membiasakan menghabiskan makanan dan tidak menghambur-hamburkan makanan. Untuk itu makanlah sesuai yang dibutuhkan tubuh, bukan menuruti keinginan dan nafsu yang berlebihan.

7. Manfaatkan kembali makanan sisa konsumsi

Pada saat kita mengolah bahan pangan menjadi makanan, selalu menghasilkan bahan sisa yang sebenarnya dapat diolah kembali dengan prinsip-prinsip 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle). Sisa  bahan pangan maupun makanan yang umumnya terjadi antara lain: sisa sayuran (bonggol akar, tangkai daun), sisa buah-buahan (biji dan kulit buah), dan sisa daging yang berupa tulang.

pemanfaatan kembali food loss
Jika Anda tak bisa menghabiskan bahan pangan atau makanan dalam satu waktu, sisanya bisa disimpan atau dibekukan untuk dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan campuran masakan di kemudian hari, atau diolah menjadi bahan makanan lain yang baru. Tapi perlu diperhatikan bahwa, tidak semua sisa makanan dapat dimanfaatkan kembali (reuse) karena dapat berdampak buruk bagi tubuh, contohnya  sayur bayam, telur, nasi, kentang, dan sayuran berbahan santan. 

Memang yang lebih baik adalah untuk tidak menyisakan makanan, namunpun begitu jika tidak dapat dihindari, boleh dimanfaatkan sebagai pakan ternak, diolah menjadi kompos, atau jika yang hobi bercocok tanam bisa membudidayakan kembali sisa bahan baku sayuran dan buah, seperti misalnya kangkung atau cabe di pekarangan.  

8. Manfaatkan sisa makanan sebagai kompos

Limbah pangan bisa diolah menjadi pupuk organik cair (POC) maupun pupuk padat yang dikenal sebagai kompos. Kompos selain mengurangi jejak karbon, sekaligus memulihkan unsur hara tanah yang berguna bagi tanaman dan organisme tanah yang berfungsi menjaga keseimbangan siklus hara.  Berbagai metode pembuatan kompos dan biosida dengan memanfaatkan sisa dapur sudah banyak dipraktekan, mulai dari yang sederhana hingga menggunakan teknik dan ukuran yang telah ditentukan, seperti misalnya teknik kompos Takakura, POC, dan Eco Enzym.  Eco enzym, yakni cairan multiguna hasil ekstrak enzym melalui proses fermentasi limbah sampah organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula aren, gula merah, atau gula tebu), dan air dengan takaran atau perbandingan 3 bagian sampah dapur, 1 bagian gula, dan 10 bagian air.  

Baca Juga: |  POC Super, Berbahan Dasar Tempe Busuk  |  Jangan Sia-Siakan Sampahmu  |

kompos padat

Pupuk organik cair, teknik takakura, maupun eco enzym hanya berlaku untuk sampah makanan yang masih berupa bahan baku (food loss), untuk sampah makanan sisa konsumsi (food waste) tidak cocok sebagai bahan baku POC maupun Eco Enzym, karena sudah berubah struktur dan kandungan kimianya.  Metode efektif dan menguntungkan untuk pengolahan sampah makanan sisa konsumsi (food waste) adalah dengan metode kompos maggot (kasgot), metode kompos cacing (Vermicomposting), atau dengan teknik vertical mulch (biopori).

Maggot adalah larva dari serangga lalat hitam atau black soldier fly (BSF) yang bernama ilmiah Hermetia illucens. Dalam satu meter persegi kumpulan larva maggot dapat menghabiskan 7-15 kg sampah makanan. Salah satu kegunaaan dari maggot adalah sebagai campura pakan ikan dan ternak, karena kandungan proteinnya yang tinggi.  Vermicomposting adalah teknik pembuatan kompos dengan menggunakan cacing tanah. Ada dua jenis cacing tanah yang digunakan sebagai makro organisme pengurai, yaitu  Eisenia foetida dan Lumbricus rubellus. 

9. Berbagi makanan kepada sesama

Berbagi makanan merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat di Indonesia. Berbagi makanan tidak hanya bermanfaat mengurangi resiko food waste, akan tetapi juga bernilai sedekah.  Ada lima manfaat ikutan dari berbagi makanan, yaitu: yang utama adalah menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosial, memperkuat tali silaturahmi, mendukung ketahanan pangan, mengurangi stres, dan menumbuhkan rasa syukur serta saling menghormati. 

Sebenarnya masih banyak tips untuk mengatasi pemborosan pangan dan mengurangi sampah makanan, akan tetapi tidak akan berhasil apabila tidak diikuti oleh komitmen yang kuat untuk memulai merubah kebiasaan konsumsi makan yang tidak sehat, dan berlebihan.

Sobat, tanggal 21 Februari 2023, diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Tema HPSN tahun 2023 adalah “Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat”. Tema ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi seluruh elemen dan lapisan masyarakat agar fokus pada kegiatan pengelolaan sampah dan berkontribusi nyata dalam mencapai target zero waste dan zero emisi, serta kesejahteraan.  Nah sebagai bentuk kepedulian, dan bukti nyata, mari kita gunakan momentum HPSN, untuk saatnya meneguhkan komitmen dan memulai aksi mengurangi sampah makanan mulai dari diri dan keluarga, agar terbangun lingkungan rumah tangga yang sehat, bersih, berakhlak, dan rendah Karbon. 

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Al Araf ayat 31)


Salam Sehat,  Salam Lestari


Referensi:

  • Food Loss & Food Waste: Ketika Makanan yang Terbuang Menjadi Masalah Bagi Lingkungan (Sumber:  https://envihsa.fkm.ui.ac.id/2022/05/25/food-loss-food-waste-ketika-makanan-yang-terbuang-menjadi-masalah-bagi-lingkungan/)
  • Polemik Isu Pemborosan Pangan (FOOD LOSS dan FOOD WASTE) (Sumber: https://distanpangan.baliprov.go.id/polemik-isu-pemborosan-pangan-food-loss-dan-food-waste/)
  • Food Loss dan Food Waste dalam Supply Chain Makanan (https://ppm-manajemen.ac.id/food-loss-dan-food-waste-dalam-supply-chain-makanan/)
  • Hermanu, Bambang. 2022. Pengelolaan Limbah Makanan (Food Waste) Berwawasan Lingkungan Environmentally Friendly Food Waste Management. Jurnal Agrifoodtech, Vol. 1, No. 1. 
  • Sampah Makanan Indonesia Mencapai Rp 330 Triliun (Sumber: https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2022/05/18/sampah-makanan-capai-lebih-rp-330-triliun)
  • Kenali penyakit Bawaan Pangan, Cermat Konsumsi Makanan dan Olah Bahan Pangan dengan Tepat (Sumber: https://unkartur.ac.id/blog/2022/01/06/waspada-penyakit-bawaan-pangan/)

Kamis, 02 Februari 2023

Menolak Lupa: Mengenal Arti dan Makna Tugu Ara Liwa Lampung Barat

Setiap daerah pasti memiliki tugu atau monumen sebagai penanda tentang identitas atau karakteristik dari kawasan dimana tugu atau monumen tersebut berada.  Sebagai penanda, tugu atau monumen  berfungsi sebagai media komunikasi visual suatu peristiwa sejarah, ketokohan atau kepahlawanan, keunikan atau “branding”, tradisi dan adat istiadat (culture).  Sebuah tugu atau monumen tidak hanya dituntut dengan bentuknya yang artistik dan estetik, tapi juga mampu mendeskripsikan nilai-nilai filosofi maupun makna secara jelas, dan tidak multitafsir, agar fungsi dan tujuan pembangunannya dapat diterima publik secara baik dan positip.  Tugu atau monumen dapat menjadi landmark sekaligus “orientasi” dari pertumbuhan suatu kawasan, bahkan bisa menjadi wisata kota yang dikenal dengan nama “city tour”.     

Tugu Ara Liwa
Tugu Ara Liwa,  2018

Begitu pula halnya dengan Tugu Ara Liwa yang terletak di Kelurahan Pasar Liwa, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat. Tugu setinggi  ± 10 m ini berada di simpang tiga ruas jalan yang  menghubungkan jalan propinsi Liwa – Ranau OKU Selatan, dan jalan nasional yang menghubungkan Liwa – Krui dan Liwa – Bukit Kemuning.  Tugu Liwa seolah-olah menjadi perekat ke-3 arah tujuan ini, bahkan dijadikan semacam kompas jika pengendara kebingungan mencari arah menuju Muara Dua atau ke arah Bengkulu.  

Sebelum bentuknya yang sekarang, Tugu Liwa dikenal dengan nama Tugu Merdeka. Tugu Merdeka ini berbentuk kerucut setinggi ± 4 m, dan bagian atasnya terdapat ornamen berbentuk “siger” dan dibawahnya bertuliskan nama tempat tujuan. Tugu Merdeka selain penanda pusat Kota Liwa merangkap pula fungsinya sebagai rambu penunjuk arah.  

Tugu Merdeka @liwakruiheritage
Tugu Merdeka Liwa 1995,  sumber:  @liwakruiheritage_

Mungkin karena alasan ini, Bupati Lampung Barat I Wayan Dirpha (Periode 1997-2002) menggagas untuk dilakukannya perubahan terhadap bentuk desain dan makna dari Tugu Merdeka, agar lebih mencerminkan karakteristik alam dan budaya Lampung Barat yang unik dan khas.  Hanya saja kapan dimulainya pembangunan fisik Tugu Liwa, masih belum Jejak Erwinanta peroleh secara pasti.  Ada yang menyampaikan bahwa perencanaan teknisnya disusun pada tahun 2000 dimasa Bupati I Wayan Dirpha dan pembangunan fisiknya dimulai pada masa Bupati Erwin Nizar (Periode 2002-2007).  Jika sobat ada yang mengetahui sejarah pembangunan tugu ini, bantu di share di kolom komentar ya.

Kini Tugu Ara Liwa tidak hanya menjadi simbol dari eksistensi  masyarakat Adat Lampung Barat, akan tetapi menjadi ikon dan landmark kota Liwa.  Tidak hanya itu, Tugu Ara Liwa juga digunakan sebagai logo dan merk dagang berbagai produk khas Lampung Barat.  Ibarat sebuah buku, Tugu Ara adalah Sampul dan Mukadimahnya.  

Seorang sahabat pernah bertanya, “Apa makna tugu ini? Bentuknya unik, ikonik, dan tak lazim sebagai tugu pada umumnya, seperti parabola beruas tiga”.  Waktu itu saya jawab sekenanya saja “Mungkin karena ada di simpang tiga”, dan sahabat itupun hanya tersenyum mesem, mungkin dibenaknya berkata “Syukur cuman tiga, jika macam simpang lima Semarang, banyak kali ruasnya ini tugu...”.

Selaku warga Liwa, kadang jadi malu sendiri, karena hampir tiap hari antar jemput anak sekolah dan antar istri ke pasar, selalu melewati tugu ini, tapi belum mengetahui arti dan maknanya.  Nah berikut informasi yang berhasil Jejak Erwinanta himpun dari berbagai sumber terpercaya tentang arti dan makna Tugu Ara Liwa, silahkan disimak ya.


Tugu Ara Liwa dilihat dari atas, 2018

Tugu Liwa yang sekarang, merupakan representatif dari bentuk pohon Ara, kayu Aro, atau pohon Hagha. Pohon Ara dalam ilmu taksonomi tumbuhan dikelompokan kedalam famili Moraceae (suku ara-araan), ada dua genus dari famili ini yang berhubungan erat dengan kebudayaan atau dikenal dengan istilah etnobotani, yaitu genus Ficus (beringin) dan Artocarpus (nangka-nangkaan). Dalam sistem kepercayaan kuno di Nusantara, “pohon ara” yang berasal dari genus Ficus dianggap sebagai “tanaman suci”, yang dimaknai sebagai “pohon kehidupan” atau dalam bahasa sanskerta dinamakan “kalpataru”. Beberapa jenis pohon Ficus spp. yang diabadikan sebagai simbol religi maupun bermakna filsafah antara lain: Beringin (Ficus benjamina), Bodhi atau kalpataru (Ficus religiosa) dan Tin (Ficus carica).  Mungkin karena alasan dan pertimbangan sebagai simbol “Kehidupan” yang juga mengandung makna kelestarian, pengayom, dan kebermanfaatan, maka Pohon Ara inilah yang kemudian dipilih sebagai desain utama bentuk tugu. 

Pada bagian atas tugu yang mirip parabola terbalik dianalogikan sebagai “Tajuk” yang tersusun melingkar berjumlah 12 dengan anak tajuk berjumlah 12 pula. Jika dijumlahkan menjadi 24 yang menandakan sebagai hari jadi Lampung Barat yaitu tanggal 24.  Dibawah tajuk ada “tangkai daun/cabang” sebanyak 9 buah menandakan bulan ke 9 (September) sebagai bulan lahirnya Lampung Barat.  Tinggi tugu ± 9 m dengan dudukan alas setinggi ± 1 m yang menandakan tahun berdirinya Lampung Barat yakni pada tahun 1991. Jika digabungkan tajuk, tangkai daun, dan tinggi tugu menandakan hari jadi diresmikannya Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 24 September 1991


Tugu Ara Liwa
Tugu Ara Liwa, 2018

Tangkai daun/cabang sebanyak 9 buah menandakan pula kesepakatan Sembilan Marga Lampung yang memberikan Tanah Ulayatnya sebagai Cagar Alam yang saat ini dikenal sebagai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).  TNBBS ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2004 sebagai warisan dunia hutan hujan tropis Sumatera. 

Dibawah tangkai daun terdapat 4 buah bulatan yang merupakan ikon “buah kopi”. Kopi robusta melambangkan hasil bumi utama dan sokoguru perekonomian Lampung Barat.  Angka 4 juga menggambarkan ekoregion dan geostrategis Lampung Barat yang meliputi Daerah Pesisir (sekarang menjadi Kabupaten Pesisir Barat), Dataran Rendah, Dataran Menengah, dan Dataran Tinggi. 

Terdapat 4 buah Danau yaitu Danau Ranau, dan 3 Danau di Suoh (danau Lebar, danau Asam, dan danau Minyak), 4 buah gunung tertinggi yaitu Gunung Pesagi, Gunung Seminung, Gunung Sekincau, dan Bukit Subhanallah, serta 4 buah sungai besar yang menjadi hulu dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu Way Warkuk (DAS Musi), Way Semaka (DAS Semaka), Way Umpu (DAS Mesuji), dan Way Besai (DAS Tulang Bawang). Empat Geostrategis yaitu: konservasi, agriculture (kopi), pariwisata, dan energi baru terbarukan.

Tugu Ara
Tajuk, Cabang, Buah, Tunas, Akar - Tugu Ara Liwa, 2015

Di bagian bawah dari ikon buah kopi, terdapat bentuk yang menyerupai “tunas” yang mirip ornamen paku sura, dan diselingi dengan bentuk ornamen yang menyerupai “akar nafas” dibagian sisi bawahnya.  Baik tunas maupun “akar nafas” masing-masing berjumlah 4 buah.  Tunas melambangkan Kebuwayan, sedangkan “akar nafas” melambangkan Kepaksian.  Empat Kebuwayan dan Kepaksian tersebut yaitu: Umpu Bejalan Di Way (Paksi Buay Bejalan Di Way),  Umpu Belunguh (Paksi Buay Belunguh), Buay Nyerupa (Paksi Buay Nyerupa), dan Umpu Pernong (Paksi Buay Pernong).  

Apa perbedaan Kebuwayan dengan Kepaksian ? Sejujurnya Jejak Erwinanta sendiri belum banyak mengetahuinya.  Adapun yang Jejak Erwinanta ketahui bahwa persekutuan Kepaksian ini membentuk Kerajaan Sekala Brak, yang menjadi cikal bakal suku bangsa Lampung.  Kerajaan Sekala Brak diperkirakan sudah ada sejak abad ke-3 masehi. 

Tugu Ara Liwa, memang bukan peninggalan arkeologis, tapi suatu karya seni modern yang berhasil memadukan sejarah, karakteristik alam, eksistensi dan nilai-nilai luhur budaya kedalam bentuk seni rupa 3 dimensi.  Tugu Ara Liwa mungkin akan mengalami perubahan, tereduksi atau tereliminasi oleh berbagai alasan kepentingan, namun makna dan falsafah yang ditampilkannya saat ini, penting untuk dipertahankan dan terus dikomunikasikan sebagai literasi khususnya kepada generasi muda Lampung Barat. 

Kesan dari Tugu Ara Liwa bagi Jejak Erwinanta bahwa “Lampung Barat eksis, karena keluhuran nilai-nilai sosial budaya masyarakatnya”, dan “Lampung Barat maju, karena keberagaman dalam persatuan yang menjadi kekuatannya”.  Semoga Tuhan Yang Maha Esa menjaga Kabupaten Lampung Barat tetap lestari, kondusif, makmur dan sejahtera ... aamiin.

Dan semoga apa yang disajikan ini semakin menambah kecintaan dan kebanggan untuk bumi Lampung Barat yang semakin baik.  jika ada beberapa informasi yang kurang pas dan kurang lengkap, bisa Sobat tambahkan dan sempurnakan di kolom komentar ya.

Salam Sehat ... Salam Lestari. 


Terimakasih untuk:

Rekan-rekan di WAG Silaturahmi Bidang Fisik Bappeda Lampung Barat, dan senior-senior di PKBI Lampung Barat, sukses dan sehat selalu untuk kalian.  

Referensi:

Kepaksian Sekala Brak (sumber: http://p2k.unimus.ac.id/id1/3058-2937/Kepaksian-Sekala-Brak_41700_kepaksian-sekala-brak-unimus.html)





Minggu, 29 Januari 2023

Anggrek Merpati (Dendrobium crumenatum), si Harum Mewangi yang Tak Pernah Ingkar Janji

Anggrek Merpati, koleksi JE
Anggrek Merpati (Dendrobium crumenatum) 
Anggrek merpati ini paling sering kita jumpai hidup secara liar di alam.  Tumbuh subur menempel secara efipit di batang-batang tanaman hidup ataupun di batang tanaman yang sudah mati. Anggrek ini hidup baik pada ketinggian tempat di atas 500 mdpl. 

Di areal komplek Pemda Lampung Barat, tanaman ini banyak dijumpai menempel pada tanaman mahanoni, gmelina, angsana, pinus, dan tanaman peneduh lainnya. Memang anggrek ini terlihat tidak begitu menarik, dengan bentuknya yang seperti semak kering, tapi jika berbunga barulah keindahan dan keharumannya bikin suasana menjadi semarak.  

Berdasarkan taksonominya anggrek merpati bernama latin Dendrobium crumenatum Sw, ini masuk kedalam Famili: Orchidaceae, Subfamili: Epidendroideae, Tribus: Dendrobieae dan Genus: Dendrobium.  Anggrek ini memiliki penyebaran habitat yang luas di Asia Tenggara mulai dari Thailand, Malaysia, Singapura,  Indonesia, hingga ke Filipina dan Papua.  

Dendrobium crumenatum, termasuk anggrek yang memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi dan toleran terhadap sinar matahari, suhu dan kelembaban. Tumbuh optimal pada ekosistem  hutan dataran rendah kering semi gugur seperti savana hingga pada ekosistem hutan dataran tinggi.

anggrek merpati, koleksi JE
D. crumenatum, Foto JE

Dikutip dari halaman situs kebunraya.id  Anggrek merpati termasuk dalam anggrek golongan simpodial dengan bentuk bulb membengkak pada bagian bawah dan pipih pada bagian atas.  Tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh atau muncul di sisi-sisi batangnya.  Bentuk batang utama tersusun dari ruas tahunan dan setiap ruas batang dimulai dari daun sisik dan berakhir dengan pertumbuhan tangkai bunga. Batang bercabang banyak, agak kaku, dan sepertiga bagian tidak berdaun. Helaian daun memiliki tekstur berdaging lunak dan daun sangat pendek, berbentuk lonjong hingga lanset.  Terdapat dua tipe akar yaitu, akar lekat tumbuh ke arah permukaan kayu pohon dan akar udara tumbuh dari pangkal batang dengan jumlah yang banyak. 

Bunga tunggal (soliter), muncul di rangkaian cabang yang kering. Bunga dengan kelopak dan mahkota berwarna putih dengan bentuk lidah (labellum) bervariasi dan berwarna putih dengan sedikit kekuningan. Bunga beraroma harum seperti wangi melati atau sedap malam.  Interval berbunga setiap 1-2 bulan, dengan umur mekar hanya bertahan 1 hari. Kelopak bunga berbentuk segitiga sempit dan lancip mirip seperti seekor merpati yang sedang terbang mengepakkan kedua sayapnya. 

anggrek merpati
Bunga  D. crumenatum, foto JE
Buah berbentuk kapsul, dengan biji yang terdapat di dalamnya sangat kecil sehingga mudah terbawa oleh angin ataupun hewan yang hinggap.  Anggrek merpati termasuk anggrek yang rajin menghasilkan keiki, sehingga mudah dilakukan perbanyakan. Perbanyakan anggrek dapat dilakukan dengan cara pemisahan rumpun, atau keiki.  "... karena perawatannya yang mudah, rajin berbunga dan harum, rasa-rasanya ingin menanam merpati ini disetiap dahan pohon yang ada di halaman ... 🤣"

Daerah Lampung Barat yang banyak ditanami tumbuhan kopi, anggrek merpati terkadang dianggap masyarakat  sebagai gulma yang harus dihempaskan 😭.  Sebagai pecinta anggrek sungguh rasanya gak sampai hati melihat nasib anggrek yang tersia-sia begitu saja, dan tentunya anggapan ini harus diluruskan, karena anggrek merpati bukanlah tanaman parasit atau benalu.   

Bayangkan bila anggrek-anggrek merpati ini menempel di pohon-pohon peneduh di sepanjang trotoar dan berbunga serentak di kanan - kiri jalan dengan warnanya yang putih dan harum.  Mungkin akan tersajikan suatu pemandangan indah dan asri, penuh kesan mendalam, dan tentunya slogan "Liwa Kota Berbunga" sedikit terwakili dan memang begitulah seharusnya ...😁

Simak juga: |  Liparis latifolia  |  G. stapeliiflorum  |  G. speciosum  |

Aahhh itu cuma sedikit imajinasi penulis ketika dibuai keharuman merpati seraya memandang kelopaknya yang putih bersih... Dendrobium crumenatum  si merpati putih yang tak pernah ingkar janji memberikan keharuman mewangi walau hanya satu hari...  🥰.


Happy Gardening 



wie
Penulis yang lebih akrab disapa Wie' ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Orang nomor dua di Jejak Erwinanta ini sebelumnya adalah seorang karyawan swasta yang rela meninggalkan jabatannya untuk tinggal di Liwa menemani suami dan membesarkan anak-anaknya sambil menekuni hobinya merawat bunga anggrek. Silahkan follow instagramnya di @ pratiwy_y 
 


Terbaru

Selamat Datang 2024

"Hari ini tanggal 2 Januari 2024, pukul 07.32 WIB, hari pertama masuk kerja! Berdiri di barisan paling depan, acara apel pagi, di lapan...

Populer