Wilayah pengelolaan perikanan di Kab. Lampung Barat, sumber: JE 2021 |
Ekosistem perairan atau dikenal sebagai ekosistem aquatik, terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu ekosistem laut (marine), dan ekosistem air tawar (freshwater). Ekosistem air tawar (freshwater) memiliki ciri salinitas rendah (<0,5 ppt), suhu perairan yang relatif sama antara permukaan dan dasar, serta sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca. Berdasarkan aliran airnya ekosistem air tawar terbagi menjadi Lotik dan Lentik.
Lotik adalah ekosistem air tawar yang airnya mengalir, karenanya lotik sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi. Contoh ekosistem ini adalah sungai.
Lentik adalah ekosistem air tawar dengan keadaan air yang tenang. Dicirikan dengan adanya stratifikasi (lapisan-lapisan) secara vertikal, yang disebabkan karena adanya perbedaan suhu, infiltrasi cahaya matahari, dan oksigen terlarut. Organisme pada ekosistem lentik umumnya beragam dengan jenis yang tetap, namun didominasi oleh jenis-jenis alga dan tumbuhan air. Contoh ekosistem lentik adalah danau, rawa, telaga, waduk, embung, kolam.
Kabupaten Lampung Barat tidak memiliki ekosistem laut akan tetapi memiliki ekosistem air tawar yang sangat potensial diusahakan secara lestari, guna tujuan ketahanan pangan, ketahanan energi, ketahanan air, kesehatan lingkungan hidup, dan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sumber daya ekosistem air tawar di Lampung Barat bisa dimasukan sebagai target sasaran penerapan ekonomi hijau yang merupakan salah satu dari pencapaian strategi transformasi ekonomi yang tengah digaungkan oleh pemerintah saat ini.
Pemanfaatan utama ekosistem air tawar adalah pengelolaan sumber daya perikanan. Sumber daya perikanan walaupun termasuk katagori renewable resources (sumber daya yang dapat diperbaharui), namun harus tetap dikelola secara lestari, berbasiskan kewilayahan. Mengapa harus berbasis kewilayahan? karena setiap ekosistem perairan darat memiliki karakteristik ekologi, limnologi, dan zoogeografi yang berbeda-beda, sehingga memiliki daya tahan lingkungan yang juga berbeda di setiap wilayah. Contohnya adalah fenomena upwelling di danau Ranau.
Baca Juga: Bintelehan: Fenomena kematian ikan di danau Ranau
Adanya karakteristik ekosistem perairan darat yang berbeda di tiap wilayah, maka Pemerintah Pusat membagi pengelolaan perikanan di perairan darat kedalam satuan wilayah pengelolaan, yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No: 9/Permen-KP/2020 Tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia di Perairan Darat (WPPNRI PD).
Berdasarkan peraturan ini Kabupaten Lampung Barat terbagi ke dalam 2 (dua) WPPNRI PD, yaitu: WPPNRI PD 438 Sumatera Bagian Timur dan WPPNRI PD 439 Sumatera Bagian Barat – Utara. WPPNRI PD adalah Wilayah Pengelolaan Perikanan yang terdiri dari usaha penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi perikanan, penelitian dan pengembangan perikanan. Ruang lingkup perairan darat yang dimaksud dalam WPPNRI PD meliputi sungai, danau, waduk, rawa, dan/atau genangan air lainnya.
Wilayah Pengelolaan Perikanan
Hasil deliniasi dan overlay terhadap peta geologi dan penutupan lahan, diperkirakan potensi sumber daya perairan darat untuk pengelolaan perikanan di Kabupaten Lampung Barat mencapai luas ± 13.272 Ha, dengan produksi ikan lestari diperkirakan mencapai ± 454.042 kg/tahun atau ± 454 ton/tahun. Dengan rincian luas dan potensi berdasarkan wilayah pengelolaan perikanan sebagai berikut:
- WPPNRI PD 438 – SUMATERA BAGIAN TIMUR, di Kabupaten Lampung Barat memiliki perkiraan luas sumber daya perairan darat mencapai ± 8.273 Ha (62%) dengan potensi ikan lestari diduga mencapai ± 320.205 kg/thn. Wilayah pengelolaan perikanan meliputi Kecamatan Lumbok Seminung, Sukau, Belalau, Batu Ketulis, Sekincau, Pagar Dewa, Way Tenong, Sumberjaya, Kebun Tebu, Gedung Surian, Air Hitam.
- WPPNRI PD 439 – SUMATERA BAGIAN BARAT – UTARA yang masuk Kabupaten Lampung Barat memiliki perkiraan luas potensi perairan darat ± 4.999 Ha (38%) dengan potensi ikan lestari diduga mencapai ± 133.837 kg/thn, meliputi Kecamatan Balik Bukit, Batu Brak, BNS, Suoh.
Nama Kecamatan |
Potensi Luas (Ha) |
Potensi Ikan lestari (Kg/Tahun) |
---|---|---|
Lumbok Seminung | 3.197 | 196.208 |
Sukau | 1.175 | 27.021 |
Balik Bukit | 681 | 16.365 |
Batu Brak | 486 | 12.244 |
Bandar Negeri Suoh | 2.011 | 51.830 |
Suoh | 1.821 | 53.398 |
Belalau | 458 | 11.279 |
Batu Ketulis | 157 | 4.003 |
Sekincau | 80 | 1.809 |
Pagar Dewa | 253 | 8.563 |
Way Tenong | 670 | 15.068 |
Sumber Jaya | 482 | 14.012 |
Kebun Tebu | 855 | 19.610 |
Gedung Surian | 561 | 13.376 |
Air Hitam | 387 | 9.256 |
Total | 13.272 | 454.042 |
Dari Tabel diatas, kecamatan-kecamatan dengan luas perairan darat dan potensi ikan lestari yang tinggi dan berpeluang untuk dikembangkan menjadi sentra pengelolaan perikanan berkelanjutan antara lain berada di Kecamatan Lumbok Seminung, Bandar Negeri Suoh (BNS), Suoh, Sukau, dan Kebun Tebu.
Produksi Perikanan Perairan Darat
Produksi perikanan perairan darat di Kabupaten Lampung Barat tahun 2020 mencapai 9.326 ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp 304,7 milyar, dimana sekitar 475 ton produksi berasal dari perikanan tangkap dengan nilai ekonomi mencapai Rp 18,23 milyar dan sekitar 8.851 ton dengan nilai ekonomi Rp 286,5 milyar berasal dari perikanan budidaya.
Lampung Barat merupakan kabupaten penyumbang ke-5 produksi perikanan tangkap perairan darat di Propinsi Lampung dengan nilai kontribusi sebesar 10,35% dan penyumbang ke-6 produksi perikanan budidaya dengan kontribusi sebesar 4,85%.
Statistik perikanan Lampung Barat, analisa JE, 2021 |
Produksi perikanan tangkap perairan darat tahun 2020 cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan laju produksi mencapai 37,3% (naik sebesar 129 ton). Perikanan tangkap di Lampung Barat sebagian besar berasal dari perairan danau sebanyak 284 ton (59,8%) dan sungai sebanyak 155 ton (32,6%).
Beda halnya dengan perikanan tangkap, produksi perikanan budidaya cenderung mengalami penurunan sebesar -2,1% (turun sebanyak 195 ton) di tahun 2020. Turunnya produksi perikanan budidaya diduga karena adanya wabah covid 19.
Produksi utama perikanan budidaya di Lampung Barat berasal dari budidaya Jaring Apung (KJA) sebanyak 5.234 ton (59,1%) dan Kolam Air Tenang 3.170 ton (35,8%). Jenis ikan utama yang dibudidayakan dan diusahakan adalah Ikan Nila. Produksi ikan nila mencapai ± 6.336 ton/tahun atau sekitar 71,6% dari keseluruhan jenis ikan yang dibudidayakan (sumber: Propinsi Lampung Dalam Angka, tahun 2022).
Konsumsi Ikan Perkapita
Berdasarkan PDRB Propinsi Lampung Tahun 2021, lapangan usaha sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan masih menjadi pendukung utama perekonomian Propinsi Lampung dengan kontribusi sebesar 27,5%, dimana subsektor perikanan memberikan kontribusi terbesar kedua setelah subsektor pertanian yakni sebesar 20,6% terhadap Sektornya atau sebesar 5,7% terhadap keseluruhan total PDRB adhk Propinsi Lampung. Pertumbuhan ekonomi subsektor perikanan mencapai 1,7% per tahun.
Berbeda dengan peningkatan ekonomi dari produksi perikanan, justru berbanding terbalik dengan tingkat konsumsi ikan. Konsumsi ikan perkapita masyarakat Lampung Barat tahun 2021 masih jauh dibawah target Propinsi (36 Kg/kapita/tahun) maupun Nasional (60 kg/kapita/tahun), yakni hanya sebesar ± 19,5 kg/kapita/tahun, dengan nominal pengeluaran untuk konsumsi ikan rata-rata sebesar Rp 42.086/kapita/bulan (4,2% dari total pengeluaran perkapita perbulan). Dengan kata lain bahwa pendapatan yang diperoleh hanya mampu memenuhi konsumsi ikan perkapita perbulan rata-rata sebanyak ± 1,6 kg. Kondisi ini masih jauh dibawah konsumsi ikan ideal perbulan, yakni sebesar 5 kg/kapita/bulan.
Padahal kandungan gizi ikan, diyakini mampu untuk mencegah permasalahan stunting dan gizi buruk yang saat ini menjadi sasaran prioritas pembangunan nasional. Kandungan gizi ikan terdiri dari protein sebagai sumber pertumbuhan, asam lemak omega 3 dan 6 yang bermanfaat bagi kesehatan ibu dan pembentukan otak janin, vitamin, serta berbagai mineral yang mudah diserap oleh tubuh.
Issue Strategi
Pengelolaan perikanan terdiri dari 4 (empat) kegiatan utama yaitu penangkapan, budidaya, konservasi, penelitian dan pengembangan. Beberapa rumusan issue strategis yang mempengaruhi upaya pengelolaan perikanan di Lampung Barat, antara lain sebagai berikut:
- Konsumsi Ikan: Penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan di Lampung Barat dikarenakan daya beli yang rendah, sulitnya akses, ikan merupakan makanan pelengkap atau komplementer, dan rendahnya tingkat pengetahuan serta mitos yang berkembang di masyarakat.
- Produktivitas dan Nilai Tambah: Sektor perikanan memiliki peran penting untuk mewujudkan diversifikasi pangan dan meningkatkan pendapatan rumah tangga, karenanya sektor perikanan dapat diintegrasikan dengan sektor ekonomi domestik lainnya, seperti integrasi antara perikanan dan pertanian yang disebut dengan aquaponik, bahkan sektor perikanan dapat pula mendukung pariwisata.
- Konservasi sumber daya perikanan: Sektor perikanan sangat tergantung dengan kualitas sumber daya air, keragaman jenis biota perairan, dan teknologi. Sebagian besar usaha perikanan di Lampung Barat berada pada ekosistem air tenang (lentik) seperti di danau Ranau. Tanda-tanda terganggunya produktivitas ekosistem perairan danau Ranau antara lain langkanya ikan semah daun (Tor douronensis), fenomena bintelehan, dan tanaman ekspansif eceng gondok dan ledakan populasi jenis ikan predator.
- Manajemen dan Teknologi: Penting untuk diperhatikan adalah menyangkut manajemen pakan ikan. Pemberian pakan yang berlebihan, tidak hanya menambah beban biaya produksi, akan tetapi juga berpotensi mencemari perairan. Penggunaan teknologi ramah lingkungan termasuk didalamnya tata kelola dan perizinan yang pro lingkungan menjadi indikator penting terpenuhinya “investasi hijau” di sektor perikanan.
ikan semah daun (Tor douronensis) Sumber: Wikipedia |
Strategi Pengelolaan Perikanan
Kebijakan pengelolaan perikanan di Lampung Barat, sebaiknya tidak hanya bertujuan untuk peningkatan produktivitas dan konsumsi ikan perkapita, akan tetapi turut pula diarahkan guna memenuhi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goal’s) khususnya Tujuan ke -1: Tanpa Kemiskinan, Tujuan ke-2: Tanpa Kelaparan, Tujuan ke-3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Tujuan ke-12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, Tujuan ke-13: Penanganan Perubahan Iklim, dan Tujuan ke-15: Ekosistem Daratan.
- Penguatan Fungsi Ekosistem Perairan Darat, antara lain: melakukan restocking di perairan umum, pengaturan dan pengendalian penangkapan ikan baik jenis, ukuran dan alat tangkap, pengendalian pencemaran perairan darat, pendekatan sanitasi lingkungan pada kawasan permukiman, penerapan budidaya organik dan konservasi tanah dan air di sektor pertanian, rehabilitasi DAS (secara vegetatif maupun sipil teknis), pembangunan penangkaran, zona konservasi ikan di danau, jalur migrasi ikan, dan penetapan instrumen pengendalian perikanan tangkap dan budidaya melalui peraturan bupati atau peraturan daerah.
- Penerapan teknologi perikanan yang ramah lingkungan sebagai bentuk komitmen dari penerapan ekonomi hijau yang meliputi teknologi alat tangkap, teknologi budidaya, pakan, pengolahan, penyimpanan dan pendistribusian, serta manajemen kualitas air. Salah satu teknologi budidaya perikanan air tawar yang ramah lingkungan adalah sistem budidaya bioflok, dan KJA SMART.
- Pembinaan Komunitas Hijau Perikanan, Komunitas hijau perikanan ini merupakan kader potensial membangun sumberdaya manusia yang handal sebagai pengelola sumber daya perikanan berbasis ekosistem. Komunitas hijau perikanan menjadi kontrol sosial terhadap praktik-praktik perikanan yang mengancam kelestarian dan juga kehidupan manusia.
- Tata Kelola dan Perizinan yang SMART (Specific (Spesifik), Measurable (Terukur), Achivable (Dapat dicapai), Relevant (Relevan), Time-bound (berdasarkan waktu)). Guna memudahkan dalam hal perencanaan, pemanfaatan, perizinan, pengawasan, dan pembinaan, perlu dilakukan pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan Perairan Darat sekala Kabupaten, berdasarkan satuan sistem daerah aliran sungai. Kabupaten Lampung Barat memiliki tiga wilayah berpotensi sebagai pengembangan perikanan perairan darat berbasis DAS yaitu Cekungan Ranau yang merupakan bagian dari DAS Musi dengan elevasi 540 mdpl, Cekungan Suoh dengan elevasi 250 mdpl yang merupakan bagian dari DAS Semaka, dan Cekungan Gedungsurian (± 830 mdpl) yang merupakan bagian dari DAS Mesuji - Tulang Bawang.
Melihat potensi lahan, kemampuan produksi, dan kontribusi nilai ekonomi yang dihasilkan, sektor perikanan perairan darat, patut untuk didorong pertumbuhan dan perkembangannya, tidak hanya untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas sektor ekonomi, akan tetapi juga mendukung ketercukupan gizi dan ketahan pangan untuk mencetak generasi penerus Lampung Barat yang berkualitas dan berdaya saing.
Tingginya kerentanan ekosistem perairan darat di Lampung Barat, pada akhirnya mempengaruhi produktivitas perikanan dan sektor ekonomi domestik lainnya, serta mengancam buruknya sanitasi masyarakat, maka strategi pengelolaan perikanan darat di Kabupaten Lampung Barat, harus dilakukan dengan berbasiskan ekosistem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar